15 (END)

673 78 10
                                    

Sinar matahari pagi masuk, menyorot seisi kamar setelah tirai berwarna cream dibuka, membangunkan seseorang dari tidur. Begitu membuka mata, pandangan Jungkook tertuju pada wanita cantik berambut panjang yang tengah duduk termenung dekat jendela, memangku sebuah buku dengan ketebalan yang membuatnya bergidik ngeri. Pasti sangat sakit jika terkena lemparan buku itu.

Suzy menoleh lalu tersenyum ketika mendapati pria serupa kelinci tengah memperhatikannya. Matanya mengikuti pergerakan Jungkook yang perlahan turun dari ranjang, lalu melangkah mendekat dan mengambil tempat di sebelahnya. Ia pun memejamkan mata ketika si pria Jeon mengecup kening pipi dan terakhir bibirnya dengan begitu lembut.

"Sedang membaca apa?" Tanya Jungkook, sembari mengelus surai Suzy yang dijawab dengan senyuman lebih dulu oleh wanita itu.

Sangat cantik, senyuman itu masih selalu berdampak padanya. Hatinya masih selalu berdebar hanya dengan melihat lengkungan yang terbit dari bibir Suzy.

Setiap kali senyuman itu muncul, bukan hanya perasaan senang yang hadir, melainkan juga kecewa sebab senyuman itu pernah menghilang, digantikan dengan derai air mata sebab keegoisan dan keangkuhannya.

Ia menyesal, bahkan jika ia melakukan jutaan cara untuk penebusan dosa, tidak akan sebanding dengan luka yang pernah di derita wanitanya. Meski begitu, Suzy masih selalu memberinya senyuman yang begitu tulus dan menenangkan.

Jungkook tau, ia tidak boleh larut dalam penyesalannya begitu saja, melewatkan banyak waktu hanya untuk menyesal tanpa berbuat apapun. Karena itu setiap detik yang ia lalui hanya berputar soal Suzy.

Setiap lagu yang ia ciptakan, Suzy adalah sumber inspirasinya. Begitupun ketika ia berada di atas panggung, nyanyiannya adalah kalimat cinta untuk wanitanya.

Semua yang ia lakukan, ia persembahkan untuk Suzy, untuk kebahagiaan wanita itu. Bahkan jika hanya sedetik, Jungkook harap Suzy tidak akan menyesal sebab memutuskan untuk bersama pria bodoh sepertinya.

"Buku parenting, kau juga harus membacanya" sahut Suzy menunjukkan buku yang tebalnya berkisar 400 sampai 500 halaman.

Sebagai persiapan untuk kelahiran anak pertamanya, Suzy sengaja membaca buku tersebut. Ia tentu saja ingin menjadi orang tua terbaik untuk anak-anaknya kelak.

Jungkook jadi ingat ketika ia masih sekolah, tidak ada satu buku pun yang pernah ia baca sampai habis. Ia hanya akan membaca halaman-halaman awal dari buku pelajaran yang berimbas pada buruknya nilai yang ia peroleh.

Ayah dan ibunya seringkali memarahinya, terlebih ketika mereka melihat rapot Jungkook yang sudah seperti kebakaran sebab semuanya berwarna merah. Ia juga tidak peduli, ketika para guru bolak-balik memberinya nasihat.

Ia tidak suka, rasa kantuk selalu mendera setiap kali ia membuka buku, walau masih di halaman pertama. Ia tidak pernah berhasil dengan yang namanya buku bacaan.

Satu-satunya buku yang habis ia baca sepanjang hidupnya, hanyalah buku karangan Naeun yang juga dibaca oleh Suzy, dan buku yang kini ada pada pangkuan wanitanya mungkin akan jadi yang kedua.

"Aku tidak suka membaca, tapi aku akan melakukannya demi kau dan demi anak kita" Suzy tersenyum mendengar kalimat yang terasa seperti kepasrahan dari pria yang sejak 10 bulan lalu berstatus sebagai suaminya. Jauh dari kesan tak terkalahkan seperti yang ia ingat untuk pertama kali.

Dulu, apapun yang Jungkook mau, harus ia dapatkan, begitupun soal cinta. Ingat ketika Jungkook menginginkan IU? Suzy bagaikan samsak tinju yang menerima pukulan demi pukulan akibat kemarahan si pria Jeon yang gagal mendapatkan wanita Lee itu.

Suzy mengingatnya, masih ia ingat dengan jelas rasa sakit yang pernah tertoreh dihatinya. Bahkan jika hari terus berganti, tahun berlalu hingga rambutnya memutih luka itu masih akan tetap ia ingat. Ia pernah terluka, oleh orang yang sama yang membuatnya sembuh dari rasa sakit.

Suzy bahagia sekarang

Setiap kali ia mengingat kalau Jungkook adalah suaminya, ia bahagia. Jungkook mencintainya, fakta itu membuatnya bahagia. Jungkook adalah miliknya, Suzy harap mereka akan hidup bahagia bersama sampai kapanpun.

Kebersamaan mereka adalah bukti dari ketulusan Suzy, bahkan jika ia sempat terluka, sempat takut untuk memulai suatu hubungan ia tidak mundur, sebab ia percaya akan hatinya, percaya akan hati Jungkook yang sepenuhnya terisi oleh dirinya.

Kepercayaan yang Suzy berikan adalah hasil dari gigihnya seorang Jungkook dalam meyakinkan wanitanya. Kesabarannya, bagaimana ia tetap tinggal saat memiliki banyak kesempatan untuk pergi ditengah Suzy yang sedang tak berdaya merupakan wujud dari rasa cintanya.

Jungkook egois dan tak terkalahkan, tapi rasa cinta membuat ia membuang jauh-jauh keangkuhan dalam dirinya. Seperti yang ia katakan asalkan untuk Suzy dan anak-anaknya, ia rela melakukan apapun.

Asalkan wanita itu bahagia, ia akan bahagia, lebih-lebih jika sumber kebahagiaan Suzy adalah dirinya. Berkat ketulusannya, Suzy bahagia.
.
.
.
.
.
END
Padahal udah revisi, ternyata endingnya gini-gini aja yak 🤭
Wkwkwk maapim 🤣

PURE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang