Diantara Sesaat dan Selamanya: Tabir Tragedi di Panggung Kehidupan

661 30 13
                                    

"AAGGHHHH!!" Jeritan melengking memecah keheningan di tepi jalan.

Deru mesin mobil dan langkah kaki terhenti mendadak. Seperti lonceng kematian, kecelakaan yang tiba-tiba menghentikan aliran kehidupan sehari-hari. Mobil-mobil yang melintas segera berhenti. Ini menciptakan tumpukan logam dan ban yang mengaduk aspal.

Pintu mobil terbuka, orang-orang keluar, terkejut oleh pemandangan yang mengerikan. Mereka mendekat, menutup mata, berusaha memahami tragedi itu.

"Ya Tuhan!" teriakan histeris menggantikan percakapan. Wajah-wajah penuh ketidakpercayaan, kebingungan, dan kepanikan. Mereka enggan melihat ke arah kecelakaan.

Seorang pria, tiba-tiba berani, melangkah maju. "Ada kecelakaan! Tolong, panggil ambulans!" Suaranya panik, menciptakan kegugupan.

Panik menyelimuti. Jeritan dan kebingungan pecah keheningan. Jalan yang ramai kini dipenuhi kecemasan. Pejalan kaki, saksi bisu tragedi, terdiam dalam kesedihan. Detik-detik tragis itu menyadarkan mereka akan kerapuhan hidup.

Tubuh pria terbaring di aspal, seolah kehidupannya dicabut. Tubuhnya bergetar melawan dingin malam. Darahnya, setiap tetesnya, menggambarkan kepanikan.

Bibirnya, yang dulu tersenyum, kini menunjukkan penderitaan. Tenggorokannya terbakar, matanya, yang penuh harapan, kini redup.

Upaya mendekat hanya menambah kesedihan. Suara teriakan panik menciptakan dentuman di telinga. Semua ini menjadi latar belakang tragedi.

Mereka hanya memahami keadaan darurat. Dalam keheningan, mereka melihat pria itu, rasa takut merayap. Setiap napas terakhirnya menciptakan getaran, mengingatkan akan kerapuhan hidup.

Semua itu menciptakan kesan mendalam. Kerumunan terperangkap dalam keheningan duka, terpaku pada tubuh pria itu. Suasana tragis mengelilingi mereka.

Tiba-tiba, pria itu merasakan sesuatu yang aneh. Rasa ringan dan hangat memenuhi dadanya. Udara terasa berbeda, seolah mencium harum yang menenangkan.

Suara angin membisikkan, memintanya menyongsong cahaya. Matanya perlahan membuka, melihat pohon di kejauhan.

Ia tidak lagi di jalanan kota. Rumput hijau terasa nyata. Pemandangan damai menyapanya.

Dengan bingung, dia melihat sekeliling. Kakinya yang berat kini ringan. Tangannya halus, rambutnya berubah, dan tubuhnya hangat.

"Apa yang terjadi?" gumamnya, suaranya asing. Dia berdiri, merasakan keseimbangan baru. Kakinya kecil, tangannya mungil.

Dia mencoba memukul kepalan tangan, memastikan ini bukan mimpi. Semua terasa nyata. Dia menggertakkan kakinya, kegembiraan meluap.

Walau merasa aneh, dia mencoba merangkul dunia baru ini. Kehidupan lamanya berakhir, tetapi ini menawarkan peluang.

"Saya hidup kembali," bisiknya, penuh kagum. "Dalam tubuh anak kecil, di tempat yang indah! Menakjubkan!"

Dia menemukan kebahagiaan sejati. Tak perlu memalsukan apa pun. Kenangan pahit menjadi pelajaran.

Dia terhibur menghidupkan kembali momen masa lalu. Camus pernah berkata, kebahagiaan tak perlu dicari. Hidup adalah tentang menerima.

Terkadang, kita tersesat dalam pencarian makna. Tapi, kita bisa menemukan jalan kembali. Dia siap. Pencarian makna diganti dengan penerimaan. Kata-kata Camus terngiang. Kebahagiaan adalah tentang menemukan makna di setiap momen.



***

END
Bab

just in case, ini cerita pertama aku, aku harap ke pembaca jangan memaklumi pemula, kritik aja karena lagi butuh penyesuaian dalam variasi kata :)

Thanks for y'all support, if you notice something on my stories plis tell me...


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Oneiroi : Menyentuh Keajaiban Berwujud Fantasi (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang