"Pilih yang mana yaa..."
[Name] mengetuk-ngetuk pensilnya ke dahi. Dia ngelakuin itu untuk mendapatkan pencerahan.
"Nee-chan, aku sudah boleh pergi?"
[Name] tersentak. Dia lupa adiknya masih duduk dikamarnya.
"Ah iya Shoto boleh pergi. Aku lupa masih ada Shoto."
Shoto hanya membalas dengan tatapan datar. Dia memilih untuk keluar dari kamar [Name].
"Shoto tunggu!"
Secara terpaksa Shoto harus berhenti. Ini si [Name] udah nyuruh pergi manggil lagi, greget pen tak ih gitu.
"Shoto hari ini luangkan?"
[Name] sudah menarik Shoto untuk kembali masuk ke kamarnya.
Shoto menaruh ibu jari dan jari telunjuknya di dagu. Memikirkan jadwalnya hari ini.
"Iya Nee-chan, hari ini aku luang."
[Name] berbinar-binar. Lantas memeluk adik kembarnya.
"Bagus. Shoto ikut denganku ya hari ini!"
Shoto berkedip bingung. Laki-laki bersurai nasionalis itu sedikit memiringkan kepalanya.
"Kemana, Nee-chan?"
Mendengar pertanyaan adiknya, [Name] langsung berdiri menunjuk langit-langit kamarnya dengan berteriak.
"Pusat perbelanjaan!"
~
"Nee-chan jangan berlari."
[Name] terus berlari tak memperdulikan perkataan Shoto.
[Name] sudah berlari, melompat, kayang, jingkrak-jingkrak dan sebagainya.
Orang lain mungkin melihatnya seperti anak yang tidak pernah datang ke pusat perbelanjaan.
Padahal alasan [Name] begitu karena disini dia bisa mencium banyak aroma uang.
Entah teori dari mana itu, yang pasti itu yang tengah [Name] rasakan.
"Shoto kita ke butik dulu ya. Ada yang harus kucari."
Shoto terkejut. Sejak kapan kakaknya ini suka ke butik? Apa jangan-jangan pacar ayamnya itu yang mempengaruhinya?
[Name] itu termasuk cewek yang males cari baju. Baginya semua baju itu sama, yang penting bisa dipakai. Kalau ada acara formal, dia pakai baju punya Fuyumi.
[Name] menarik Shoto ke salah satu butik, ia melihat-lihat kain dan mencocokkannya dengan warna frostbite di wajah Shoto.
"Apa yang Nee-chan lakukan?"
[Name] tidak memperdulikan pertanyaan Shoto, dia malah menempel-nempelkan kain ke wajah Shoto.
Shoto tetap diam, dia pasrah.
Setelah beberapa jam di pusat perbelanjaan, [Name] akhirnya selesai berbelanja.
Shoto merasa shock, kali ini kakaknya benar-benar banyak berbelanja. Tidak memperdulikan uang yang dipakai.
Biasanya yang dibeli cuma buat dijual lagi.
"Oh Shoto! Dia si peringkat pertama di festival olahraga kan?"
Shoto mengikuti arah yang ditunjuk [Name].
Terlihat seorang Bakugou Katsuki dan seorang gadis disampingnya.
"Iya, Nee-chan."
[Name] terus menatap Bakugou, bajunya lebih tepatnya.
"Bisa jadi inspirasi."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Twins | Todoroki Shoto
FanfictionLahir dihari yang sama dengan sifat yang berbeda. Membuat mereka memiliki cara tersendiri untuk menunjukkan kasih sayang. Todoroki Twins, yang satu datarnya kelewatan tapi fansnya bejibun dan yang satunya ekspresif berjiwa dagang . Penasaran cerita...