Saat ini [Name] tengah berkeliling rumah, mencari adik tercintanya, tapi masih belum ketemu.
Dia ingin bertanya tentang materi pelajarannya. Tenang, [Name] bukan gadis bodoh, dia hanya ingin melihat adiknya menjelaskan materi.
Sangat berdamage.
[Name] sudah mencari dibelakang rumah, ruang tamu bahkan dikamar papa Enji.
Dan disinilah dia berada, didepan pintu kamar Shoto.
Inilah opsi terakhir dari tempat yang [Name] datangi. Kalau Shoto tidak berada dikamar, [Name] pastikan dia akan menyalahkan papa Enji.
Kok gitu?
Apapun untuk dendam.
Selain karena Shoto jarang berada di kamarnya, [Name] mau menjaga privasi adiknya, mungkin saja ada hal yang Shoto tidak ingin diketahui kakak-kakaknya.
Yah walaupun tidak ada sih.
[Name] membuka sedikit pintu kamar Shoto.
"Tidak dikunci."
[Name] masuk ke kamar Shoto dengan perlahan. Siapa tau Shoto bisa dikagetin, kan lumayan ngeliat muka kagetnya Shoto.
Setelah masuk [Name] melihat Shoto tidur di ranjangnya dengan wajah sedikit memerah.
"Oh? Shoto tidur ya."
[Name] menaruh bukunya dilantai dengan perlahan. Tuh buku kalau jatuh nimpa kaki bahaya, bisa bangun orang sekampung dengar suara teriakan [Name].
[Name] mendekati Shoto yang masih terpejam.
Setelah melihat wajah Shoto yang tertidur dengan rona tipis, [Name] meremas baju yang dipakainya.
Ini muka Shoto ganteng banget, helpp!
[Name] meraba-raba bajunya. Mencari keberadaan ponselnya.
Shit! Dia lupa lagi bawa ponselnya.
Kenapa? kenapa?!
[Name] mengulangi kesalahan yang sama seperti di chapter 2.
Yah bajunya juga tidak ada kantongnya sih.
[Name] menghentikan kegiatan menyesalanya, dia menyentuh pipi kiri Shoto dengan tangan kirinya.
Dih, panas.
Oh iya inikan sisi kirinya.
[Name] berbalik menyentuh pipi kanannya Shoto.
Panas juga.
Shoto membuka sedikit matanya, merasa sedikit terganggu dengan sentuhan yang ada di pipinya.
Melihat adiknya terbangun, secara refleks [Name] menyingkirkan tangannya dari pipi Shoto.
Cuma refleks kok, bukan apa-apa.
"Nee-chan..."
Shoto mengubah posisinya yang tadinya berbaring menjadi duduk.
"Ada apa Nee-chan?"
Shoto bertanya dengan wajah bantalnya.
"Tidak-tidak. Tadi ada yang ingin kutanyakan tentang materi pelajaran, tapi Shoto tidur."
[Name] hanya menggaruk tengkuknya, merasa tidak nyaman sudah membangunkan Shoto.
"Tapi Shoto kenapa wajahmu memerah?"
[Name] menyibak rambut Shoto yang menutupi dahinya lantas menaruh tangannya di dahi Shoto, menyamakannya dengan suhu tubuhnya.
"Panas."
Shoto hanya memperhatikan tangan kirinya.
"Mungkin ini efek dari penggunaan quirk api, Nee-chan."
"Mana mungkin, Shoto."
Rasanya sekarang [Name] mau menempeleng kepala Shoto.
"Shoto sepertinya demam."
Shoto hanya mengangguk.
"Mungkin karena kehujanan kemarin."
Kemarin [Name] sama Shoto kehujanan, padahal Shoto udah bilang tunggu Fuyumi jemput aja tapi [Name] maunya pulang sambil ujan-ujanan.
Kenapa [Name] tidak sakit? [Name] mah udah kebal sama yang ginian.
"Shoto diam disini, aku carikan obat."
[Name] segera berlari menuju dapur mencari kotak obat.
"Obat panasnya dimana lagi..."
[Name] menghamburkan semua isi kotak obat.
"Kalau obat sakit gigi boleh kan ya."
[Name] menggeleng. Jangan macam-macam sama obat.
"Dahlah males cari."
[Name] kembali ke kamar Shoto dengan hanya membawa segelas susu hangat.
"Shoto minum dulu susu ini, nanti aku telpon Fuyumi Nee-san minta belikan obat."
Shoto hanya menjawab dengan gumaman kecil dan meminum susu hangatnya.
"Nee-chan."
"Hm?"
[Name] menjawab panggilan Shoto tanpa menoleh dari buku pelajarannya.
"Bisakah Nee-chan buatkan aku soba? Aku mau makan soba buatan Nee-chan."
[Name] berkedip dua kali.
Shoto minta buatin soba dengan wajah memerah dan rambut acak-acakan karena ulahnya.
Sungguh berdamage.
[Name] berlari menuju kamarnya untuk mengambil ponselnya, dengan kecepatan kilat dia memotret wajah Shoto.
Setelah itu baru dia buatkan soba.
Shoto kembali berbaring menunggu sobanya datang.
[OMAKE]
"Shoto!"
Fuyumi langsung memeluk Shoto yang sedang memakan sobanya.
"Nee-san sudah belikan obatnya?"
Fuyumi berhenti mengguncang tubuh Shoto dan meraba isi tasnya.
"Nee-san lupa!"
Saking paniknya mendengar Shoto sakit Fuyumi sampai melupakan hal terpenting.
Gimana tidak panik [Name] ngasih tau lewat telepon sambil teriak-teriak, pakai sok nangis lagi.
"Obat sakit gigi aja boleh kan?"
[Name] masih belum melupakan ide yang sempat terlintas dipikirannya.
Dan akhirnya [Name] ditampol oleh Fuyumi.
"Tidak apa-apa, aku akan tidur besok juga akan sembuh."
Shoto menengahi aksi tampol-tampolan kedua kakaknya.
Shoto mengusir [Name] dan Fuyumi dari kamarnya, mau tidur tenang.
Udah pusing makin pusing kepala.
Cepat sembuh ya mas.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Twins | Todoroki Shoto
FanfictionLahir dihari yang sama dengan sifat yang berbeda. Membuat mereka memiliki cara tersendiri untuk menunjukkan kasih sayang. Todoroki Twins, yang satu datarnya kelewatan tapi fansnya bejibun dan yang satunya ekspresif berjiwa dagang . Penasaran cerita...