Suara deru motor bersautan, memekakkan keheningan malam di Kota Jakarta, entah sejak kapan, suara-suara nyaring dari knalpot motor sport itu terus berbunyi lantang memasuki setiap daur telinga orang yang berada di sana. Meninggalkan jeritan-jeritan histeris yang meneriakan nama salah satu dari ke tiga orang yang saat ini memacu motornya melintasi area-area balap.
Persaingan sengit dari balapan motor itu menaikkan suhu panas dalam dinginya malam, suara jeritan, teriakan , kegaduhan semunya melebur menjadi satu menyoraki masing-masing kubu.
Hingga salah satu dari ketiga pembalap liar itu mendekat kearah garis finish dengan decitan ban belakang motor yang berdecit indah pada teling-telinga pendukungnya.
Suara tepuk tangan membahana, derap langkah kaki terburu menghampiri sang pemenang yang saat ini membuka helmnya sembari mengumbar senyum kemenangan. Kepuasan terlihat jelas dari kedua matanya. Tanganya menyambut setiap tangan orang yang mengajaknya ber tos ria.
"Lo hebat, man!" puji Anton sambil mendorong tubuh Alvin yang masih terduduk pada motor sport merah metalik itu.
Alvin. Ya cowok itulah yang menjadi pemenang balap motor malam ini. Suara tawa yang begitu lepas mengundang berbagai pihak untuk bergabung bersamanya dalam satu lingkaran kebahagiaan.
"Alvin!" teriak Rian, salah satu temanya itu memeluk dirinya erat. Menyerukan gelak tawa dari teman-teman satu lingkarannya.
"Motor gue, Vin, astaga, untung nggak kenapa-napa," seru Rian setelah melepas pelukanya dari Alvin. Serta merata cowok itu menoyor kepala Rian dan memiting leher sahabatnya itu diikuti tawa.
"Lo dari tadi mikirin motor lo kenapa-napa, tau gitu tadinya gue jatohin aja ya ni motor."
"Yah jangan dong, masih kredit ini, Bray!" seru Rian yang menyebabkan gelak tawa sekali lagi.
Pletak!
Anton menjitak kepala Rian dan merangkulnya sembari memiting sahabatnya itu. "Lo jangan bilang ni motor masih kredit napa? Malu bego didengerin orang!" bisik Anton kepada Rian.
"Ye pan gue ngomong jujur, Bray," bela Rian pada dirinya sendiri.
"Jujur si jujur, liat sikon kek," gerutu Anton lagi yang kini sudah adu piting bersama Rian. Menjadi sebuah tontonan menarik yang menimbulkan tawa atas kekonyolan mereka.
"Alvin!!!"
Teriak seseorang yang menyeruak masuk ke dalam lingkaran. Seorang cewek dengan celana jeans selutut serta jaket bisbol yang dikenakanya berdiri dengan wajah paniknya. Hal itu mampu menarik semua perhatian orang yang berada tak jauh dari sana.
"Paan?" jawab Alvin sesantai mungkin.
"Alden masuk rumah sakit!" jawab cewek itu lantang, menghadirkan keheningan dalam waktu sekejap, bahkan orang yang diberikan kabar itu pun hanya terdiam di atas motor dengan mata yang memancarkan keter-kejutan.
Detik-detik berjalan dengan keheningan yang muncul saat kata itu terucap lantang dari bibir Fio, hingga keheningan itu tergantikan oleh kepanikan saat Alvin menyalakan mesin motor yang tengah didudukinya. "Ikut gue Fi!"
Fio melompat naik di belakang Alvin, bukan karena patuh, tapi lebih karena reflek, karena kencangnya suara Alvin mematikan kerja otaknya sehingga alam bawah sadarnya lah yang berfungsi, terlebih berita masuknya Alden ke rumah sakit sudah menjadi kepanikan tersendiri untuk Fio. Bahkan saat motor itu melaju kencang, Fio masih terpengaruh dengan alam bawah sadarnya sehingga tangannya tidak sengaja memeluk Alvin.
Anton masih terdiam dengan tangan yang masih memiting Rian. Cowok itu mencoba mencerna teriakan Fio.
Alden. Saudara kembar Alvin masuk rumah sakit. Jelas terlintas diotaknya bahwa saudara Alvin yang lain pasti akan terkena amukan cowok itu, tidak peduli bagaimanapun keadaanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fault
Teen FictionAku tidak pernah tau mengapa kalian selalu menganggapku tidak ada... Mengacuhkanku ketika kita bersitatap.... Berbicara padaku dengan amarah yang membara... Dan menatapku seakan aku hanyalah duri dalam keindahan bunga mawar... Mungkin kehadiranku ha...