Baca Please.
Sebelumnya aku mau minta maaf, kalo jalan cerita ini nggak sesuai sama apa yang udah kalian fikirkan... Aku tetep bakal usahain cerita ini selesai sampai ending kok, tapi aku nggak bisa ngejanjiin gimana endingnya nanti, karena konfliknya aja belum bisa aku munculin.
Okey, happy reading ^^
===The Fault ===
Hingar bingar suasana sekolah pagi ini menuntun langkah Alvin melewati koridor-koridor kelas. Hari ini cowok itu terlihat sama dengan hari-hari sebelumnya, tapi kali ini penampilanya benar-benar terlihat sangat kacau.
Kantung mata yang terlihat jelas di kedua matanya, menampilkan kesan kurang tidur pada diri cowok yang terbalut seragam putih abu-abunya itu. Bukan hanya kantung mata, rambut yang biasanya terlihat rapi meski sedikit berantakan, kini terlihat benar-benar berantakkan dan kusut. Jelas bahwa cowok itu tidak memperhatikan rambutnya saat ini.
Bisikan-bisikan serta tatapan-tatapan bertanya, hadir pada setiap mata yang menatap langsung kearah Alvin, cowok itu kini hanya berjalan tanpa memperdulikan sekitarnya.
Langkah-langkah tak acuhnya itu semakin pelan saat dilihatnya cewek yang beberapa hari ini tidak lagi ditemui di rumahnya, saat ini cewek itu sedang berjalan ke arahnya dengan senda gurau bersama teman akrabnya. Seakan kehadiranya disitu, tidaklah terlihat oleh mata indah dari orang yang sampai saat ini masih dianggapnya sebagai duri dalam keluarga.
Sampai langkah cewek itu hanya tinggal seujung sepatunya, Selena tetap tidak menyadari keberadaan Alvin. Barulah ketika cowok itu mencekal pergelangan tanganya, Selena terpekik kaget, tatapan matanya mencari siapa orang yang menghentikan langkahnya itu.
"Betah lo disana?" Pertanyaan itu terdengar sangat tajam, membuat cewek yang berada dicekalanya itu bergidik ngeri.
"Lepasin gue!" desis Selena tak kalah tajamnya. Desisan itu mampu membuat Alvin terpaku di tempatnya.
Sekalipun tidak pernah ditemuinya Selena mengucapkan kata tajam, terlebih kepadanya diikuti dengan kata "gue" yang ia ucapkan sebagai pengganti kata "aku" saat berbicara kepadanya.
"Lo bilang Apa?" Pertanyaan itu masih sama tajamnya, bahkan diikuti dengan cekalan yang semakin erat di tangan adik kandungnya itu.
Selena bergenyit sekilas, cewek itu merasakan sakit pada pergelangan tanganya, tetapi ia tidak mau kesakitan itu menghadirkan tawa dari orang yang selama ini menamparnya berulang kali meski tanpa suatu alasan yang jelas.
"Lo bisa denger gue Alvin Andreas! kuping lo nggak rusak kan ? Apa perlu gue anterin lo ke THT?" Jawaban dan pertanyaan Selena terdengar santai meskipun hatinya sangat bertentangan dengan kata santai itu.
"Berhenti manggil nama bokap!" tajam Alvin saat nama belakangnya disebutkan dengan mudah oleh cewek yang berada di depanya itu.
Selena mengedikan bahunya "Ada masalah, Vin?"
"Elo!" geram Alvin tertahan, tangan kirinya sudah terangkat siap menampar adik kandungnya itu tapi gerakanya terhenti saat didengarnya suara Selena.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fault
Teen FictionAku tidak pernah tau mengapa kalian selalu menganggapku tidak ada... Mengacuhkanku ketika kita bersitatap.... Berbicara padaku dengan amarah yang membara... Dan menatapku seakan aku hanyalah duri dalam keindahan bunga mawar... Mungkin kehadiranku ha...