NAUGHTY GIRL | CHAPTER 5

689 122 36
                                    

AYOK VOTE DULU KAWAND!

WARNING 16+. Not too Vulgar! Tipis tipis doang kayak rasa dia yang semakin menipis😐

HAPPY READING :)
_______

“Ini pak uangnya, kembaliannya ambil aja.” ucap Mira ketika sudah sampai di apartemen miliknya, ia sengaja membawa Chika ke apartemen karena tidak mungkin ia membawa Chika ke rumahnya pasti ayahnya akan bertanya-tanya terus.

“Chik, bangun. Udah sampe ini, bangun kagak atau gue dorong nih!” Chika menggeliat membuka matanya walaupun masih begitu sangat ngantuk.

“Gendong.” ucap Chika dengan manja.

Mira menepis kasar tangan Chika, “Nggak usah manja! Buruan turun!”

Chika berdecak sebal mau tidak mau keluar dari mobil dengan berjalan sempoyongan seperti orang mabuk. Matanya benar-benar sudah memerah karena begitu ngantuk, tapi apalah daya Mira terus membentaknya agar berjalan sedikit cepat.

Saat keluar dari lift Chika hampir terjatuh karena menginjak kakinya sendiri untung saja Mira menahannya, posisi mereka berhadapan dengan wajah yang sangat dekat hanya beberapa senti saja, ini kalau di toyor dikit pala Chika jadi dah tuh ciuman mereka.

Cekrek!

“Mantap, ini kalo gue pajang fotonya di Mading kampus seru nih pasti.” ucap Seseorang yang memotret Mira dan Chika.

Mira mendorong Chika agar menjaga jarak, “Lo tuh kalo jalan lihat-lihat, kaki sendiri di injek.”

“Ya maap, orang aku ngantuk kamu juga lama banget buka pintu doang.” ucap Chika kesal.

“Bawel! Apartemen kan gue yang punya, kok lo yang sewot?! Buruan masuk duluan sana.” Chika dengan kesal masuk ke dalam kamar milik Mira dan langsung kembali tidur.

Mira lebih memilih membersihkan diri setelah itu membuang teh hangat, udara malam membuat tubuhnya kedinginan apalagi sweater miliknya ia pinjamkan kepada Chika.

Tubuhnya tersentak kaget ketika sebuah tangan melingkar di perutnya, “Chika! Lepas nggak?!!”

Pelakunya si Yessica Tamara. Bilang mau tidur tapi nyatanya malah mencari Mira ke dapur lalu memeluk perempuan yang umurnya lebih tua darinya itu.

Bukannya melepas pelukan itu, Chika malah mengeratkan pelukannya sambil menenggelamkan wajahnya dipuncak kepala Mira. Posisi Mira yang pendek membuat Chika dengan mudah memeluk Mira.

“Lepas, Chik! Gue siram air panas nih, lo budeg ape ya?! Lepasin woi!” Gertak Mira menaruh kasar gelas berisi teh hangat lalu menepis kasar tangan Chika dan membalikkan tubuhnya.

“Lo tuh, ap—

Matanya membulat sempurna ketika Chika mencium bibirnya begitu saja bahkan sekarang perempuan itu mulai melumatnya. Mira meremas sweater yang masih Chika kenakan, matanya terpejam dan sepertinya Mira juga mulai menikmati ciuman itu.

“Mmphmm, Chikhh.” Desah Mira saat Chika memperdalam ciumannya, membuatnya mendorong kuat bahu perempuan itu karena kehabisan nafas.

“Hah hah lohh gilahh Chika!” ucap Mira sambil mengatur nafasnya.

Chika tak menjawab, justru malah mencium bibir Mira bahkan kembali memperdalam ciumannya, hingga suara berisik berasal dari ciuman mereka terdengar seisi dapur. Biarlah mereka berdua menikmati waktu bersama, biarkan mereka saling bertukar kenikmatan yang bahwasannya ini tidak boleh terjadi di antara mereka dan biarkan ini menjadi rahasia mereka saja tanpa orang lain tahu.

°•°•°•°

Di sebuah warung kecil dua orang laki-laki paruh baya sedang asik mengobrol ringan sembari meminum secangkir kopi hitam.

“Lo bego banget! Anak secakep dan se-prestasi Chika malah lo jual, mending Chika gue yang ngurus deh kehidupannya. Dia enggak berhak dapet bapak brengsek kayak lo, anak perawan lo jual ke temen sendiri begonya nggak ketulungan!” Ujar laki-laki paruh baya berkumis tipis serta berkacamata.

Laki-laki sebagai pelaku yang menjual anaknya sendiri itu malah berdecak sebal, “Dia bukan anak kandung gue. Lagian dia juga nyusahin pake acara kuliah, udah tau hidup gue udah susah nggak ada duit dia pake kuliah segala.” Jawabnya sambil membuang puntung rokok yang sudah mengecil.

Pletak!

Laki-laki paruh baya berkumis tipis dan berkacamata ini memukul kepala papahnya Chika menggunakan botol teh pucuk.

“Dengerin gue ya, bapak Devan Kinan Fandra yang terhormat. Mau dia anak kandung lo atau bukan, yang namanya seorang bapak itu harus bertanggung jawab ngurus anaknya. Lagian, kalo lo tau ujungnya bakal begini kenapa lo mau ngurus dia dari bayi? Lo bisa jual dia dari waktu dia masih bayi bukan ketika dia udah dewasa baru lo jual.” ucap temannya panjang lebar.

Kinan menghela nafasnya menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi, “Lo nggak paham, Boby. Gue sebenarnya anggap dia kayak anak kandung gue sendiri, tapi setiap kali ngeliat wajahnya, gue selalu ngeliat bayang-bayang Veranda saat khianati gue dulu. Itu yang buat gue benci banget sama dia.”

Boby menggelengkan kepala, “Kasih Chika ke gue, biar gue sama Shania yang ngurus semua biayanya dari mulai makan sampe lulus kuliah. Lo enggak seharusnya kayak gitu, lo cukup cuekin dia menurut gue udah cukup. Enggak seharusnya lo sampe jual dia ke temen lo yang napsuan itu.”

“Dev, gue akui hidup gue sangat berkecukupan, mau makan aja susah apa-apa juga susah dan cuma ngandelin nih warung kecil-kecilan punya Shania. Tapi seenggaknya gue bakal mikir berulangkali buat ngejual anak sendiri, walaupun dia bukan darah daging gue ataupun darah daging Shania. Kali ini gue serius, kalo emang udah nggak mampu, kasih Chika ke gue. Gue bakal kasih dia sebuah kasih sayang sebagai orang tua buat dia, bikin dia ngerasa bahagia karena punya orang tua yang sayang sama dia.. gue sama Shania bisa lakuin hal itu, sangat bisa, Kinan.” Tutur Boby menepuk pundak Kinan lalu masuk ke dalam warungnya untuk melayani pembeli yang kebetulan datang.

Sedangkan Axel Mahendra baru saja mendapat telpon dari anak buahnya yang memberikan informasi yang cukup mengejutkan.

“Fries.” Panggil Axel saat masuk ke ruang kerja anak laki-lakinya itu.

“Kenapa, Pah?” Tanya Fries yang kebingungan melihat raut wajah sang ayah.

“Papah baru dapat informasi dari anak buah papah soal anakmu yang hilang.”

Jelas, Fries terkejut. Bahkan laki-laki ini langsung menutup kasar laptopnya dan berjalan mendekati sang ayah untuk meminta penjelasan.

“Informasinya enggak begitu detail, tapi papah rasa kita masih ada harapan.” ucap Axel membuat Fries benar-benar penasaran.

“Mereka bilang apa? Mereka udah ketemu anak saya sama Naomi?” Tanya Fries.

Axel bisa melihat tatapan mata Fries yang begitu merindukan anaknya yang sudah menghilang sejak bayi, ada harapan-harapan di mata Fries.

“Mereka belum ketemu sama anakmu... Tapi mereka sempat bilang ke papah, kalau anakmu masih hidup.” Jawab Axel.

Mata Fries berkaca-kaca seakan ingin menangis sekarang juga, menatap lekat mata sang ayah seakan bahwa berita ini adalah kebenaran. Fries menangis dalam pelukan Axel saat Axel mengangguk sebagai jawaban, bahwa semua yang anak buahnya bilang adalah kebenaran.

•••••

WOUUH AKHIRNYA MOOD-KU BALIK GUYS!!

Habis denger lagu Aku Pamit - Reza Pahlevi, gilss langsung naik mood-ku..

Apakah kalian setuju jika Boby dan Shania membiayai kebutuhan hidup Chika? Atau membiarkan Kinan tetap mengurus Chika?

Baik kan saya, buatkan part kali ini sangat-sangat uaduh banget wkwkk

Jangan lupa vote ya, terimakasih sudah berkunjung di ceritaku ini..

See you
By Nopnop

NAUGHTY GIRL [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang