- Prolog

74 24 41
                                    

Happy reading!

°•°•°•°•

Nikah itu bukan siapa yang paling cepat dia dapat, tapi siapa yang paling tepat dan mampu bertahan sampai akhirat.

°•°•°•°•

"Kita pasti menikah, tapi tunggu dulu aku lulus ya," ujar gadis itu dengan lembut menyentuh tangan seorang pria yang duduk di kursi taman tersebut.

Pria itu menatap manik mata kekasihnya sendu, sedetik kemudian dia mengucapkan sesuatu.
"Orang tuaku akan menjodohkanku."

Deg!

Gadis itu langsung terdiam, melepaskan tangannya yang menggenggam pria tadi. Hatinya sakit mendengar kejujuran kekasihnya, padahal dirinya sudah berjuang untuk pria itu selama lima tahun ini, tapi hasil yang didapatkan hanya itu? Sungguh, ia sangat kecewa!

Gadis itu berdiri, "Kamu nerima perjodohan itu?" tanyanya.

Pria itu ikut berdiri.
"Yah, mungkin itu yang terbaik. Mamihku menjodohkanku dengan wanita karir yang menjadi CEO di perusahaaan sahabat Mamih, dan wanita itu mau menerimaku," jelasnya.

"Terus kamu mau?"

"Kalya, dengerin aku ya. Jelas saja aku mau, jika dibandingkan denganmu, kamu tidak ada apa-apanya kamu hanya anak sekolah yang butuh pendidikan, masa depanmu juga masih panjang aku gak sanggup kalo harus menunggu dan menunggu. Beda dengan dia yang sudah suk--"

"Okey! Gak usah bandingin gue sama cewek yang lo maksud itu. Gue tau, gue cuman bocah yang bodoh karena salah memilih, harusnya dulu gue gak milih lo."

"Nyesel?"

"Iya, gue nyesel banget! Inget ya, harta yang lo miliki sekarang, suatu saat akan hilang. Harta memang bisa di cari, tapi menghargai tak dapat di beli!" Kalya bersedekap dada, ia tersenyum miring saat melihat ekspresi Mantannya itu kena mental.

Nafas pria itu sudah memburu, rahangnya-pun mengeras. Kesabarannya sudah hilang, ia harus membalas gadis ini.

Pria itu mengangkat tangannya hendak menampar Kalya. Namun, ada sebuah tangan yang mencekalnya.

•••

"Neng?"

"Apa, Mamahku cayang?"

"Em, kamu punya pacar gak?"

Seolah diingatkan kembali akan masa lalu, baru juga ia berdamai dengan keadaan, sudah dibuat gamon lagi.

"Apa sih, Mah. Boro-boro pacar, deket sama cowok aja males," jawabnya sembari berjalan mengambil buku Novel.

"Iyalah, kerjaanmu terus aja baca novel! Percuma ya, cogan-cogan yang ada di dalam buku novelmu itu gak bakal--"

"Iya, deh iya. Udah nih aku simpen lagi," potongnya menyimpan novel tersebut, lalu mendekati Sinta-Mamahnya yang duduk di sofa. Memeluk Sinta dari samping.

Lalu ia iseng untuk menanyakan sesuatu, agar mamahnya tak melihat raut wajahnya yang galau ini.
"Mah? Emang kalau pacaran wajar gak sih?" tanyanya pada sang Mamah.

"Kalya sayang, dengerin ya. Itu hal yang wajarlah, itu tandanya kamu masih punya perasaan pada lawan jenis, dan itu normal. Kalau kamu gak suka atau cinta sama seseorang, kayaknya Mamah harus bawa kamu ke dokter deh, biar nanti sama dokter di cek. Kamu punya hati apa enggak?" Mamahnya mencolek hidung putri bungsunya yang manja.

"Ish, aku serius lho. Yaudah deh, bay maksimal! Aku mau baca ceritanya di wattpad, wlee," kata Kalya meledek Sinta.

"Awas ya, kamu!" Mamahnya melempar bantal sofa.

Tidak tepat sasaran! Bantal itu justru malah kena Kenzie, saudara dari Kalya.

"Astagfirullah, Abang. Maaf, tadinya Mamah mau lempar bantal itu ke Kalya," ucap Sinta terkaget.

Abangnya yang mendengar itu mengambil bantal, melirik adiknya. Bantal tersebut kembali melayang.

Brukk!

Bantal itu menimpa pintu kamar Kalya.

"Yee, gak kena, wlee!" Kalya membuka sedikit pintunya, dan menutupnya kembali.

"Gak gue kasih coklat lu!"

"Bodo amat, gue udah bongkar celengan buat beli stok novel sama coklat gue!" balasnya berteriak.

Ken terkekeh melihat tingkah adik satu-satunya ini, menggelengkan kepalanya.

"Bang? Sini deh," panggil Mamahnya menyuruh Kenzie duduk di sampingnya.

"Kenapa, Mah?" tanya Ken.

"Kapan Abang nikahin pacar Abang?"

"Ya, haha! Pertanyaannya masih persoalan nikah, mending sini gabung sama gue, Bang. Kita ngopi bareng sambil nonton anime kesukaan lo itu," sergah Kalya yang diam-diam menyimak percakapan mereka dari atas tangga.

"Boleh tuh. Abang duluan ya, Mah. Mamah tunggu aja sampai Papah pulang, bayy!" Ken berlari mengikuti adiknya untuk menonton anime.

Mamahnya hanya bisa menghela nafas, kedua anaknya itu memang tidak peka! Tidak sadarkah anaknya itu, bahwa orang tuanya ini menginginkan seorang cucu?

○○○

Sabar ya, Mah. Tunggu aku lulus dan bisa membahagiakan kalian dulu🙃<3

Thanks for readers! Ily so much, avv♡

Never Ending LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang