2 : Bertemu Mbaknya?

22 18 14
                                    

Kalya kembali ke kelasnya, ia memegang ponselnya dengan layar yang sudah pecah akibat jatuh tadi.

Stella yang sedang menulis di papan tulispun mengalihkan aktifitasnya mendekati Kalya. "Ponselnya kenapa, Dek?" tanya Stella mengambil ponsel Kalya.

"Em, anu, Ka--"

"Tadi gue gak sengaja nyenggol," jawab Arya memotong ucapan Kalya.

"Gila, bisa-bisanya lo ponsel anak orang sampai retak kayak gitu? Mana tuh ponsel lagi trend lagi, I phone dua belas pro max, behh!" Stella sangat menyayangi kejadian itu, kalau misalnya Stella berada di posisi Kalya, mungkin dia akan langsung mengabisi Arya!

"Iya, entar gue ganti. Lagian, itu gak sepenuhnya salah gue."

•••

Dari pulang sekolah, Kalya tak menampilkan senyumnya sedikitpun. Bagi sang keluarga, itu hal yang mengherankan. Pasalnya seorang Kalya itu terkenal bawel di dalam keluarganya, kali ini ia malah nampak diam saja, ada apa dengan anak itu?

Kenzie yang merasakan aneh juga langsung menghampiri adiknya yang berada di kamar. Ken membuka pintu kamar Kalya, nampaklah Kalya yang sedang menonton televisi di dalam sana dengan duduk di lantai. Ken mendekati Kalya, menaiki di kasur itu.

"Dek?" panggil Ken merebahkan tubuhnya.

"Hm." Kalya tak mengalihkan pandangannya sama sekali, apa sih yang dia tonton? Bukannya dia tidak suka kartun?

"Tumben nontonnya spongebob?"

"Pengen aja."

"Sadar gak sih? Loh aneh banget hari ini. Gue pikir, kalau lo jadi orang pendiem bakal enak, ternyata aneh. Kek sepi aja nih rumah," tutur Ken.

Kalya terdiam mencerna ucapan Ken. Kemudian, ia menaiki kasur, dan duduk di atas sana. "Bang? Kalau Ay jujur, Abang marah gak sama Ay?"

Ken merubah posisinya menjadi duduk.
"Abang akan lebih marah kalau Ay gak jujur sama Abang!"

Kalya menghela nafasnya.
"Ponsel gue jatoh, tadi waktu di kantin gue kaget, dan refleks tuh ponsel malah jatoh. Akhirnya layar depannya pecah deh." Kalya mengarang cerita, karena jika ia terlalu jujur Ken pasti akan marah.

"Masih hidup gak?"

"Gak bisa nyala!" rengek Kalya mulai menangis.

Ken memeluk Kalya, "Mana sini ponselnya? Nanti Abang coba ke Konter deh, siapa tau bisa nyala lagi."

"Kalau beli handphone baru?" tanya Kalya yang masih berada dipelukkan Ken.

"Nabung sendiri, belajarlah menghemat uang. Uang yang lo punya emang gak dibeliin skincare, tapi lo lebih parah lagi malah beli novel gak jelas kek gitu. Mau sampe kapan lo boros, Dek?"

Kalya melepaskan pelukkannya.
"Maksud Abang apa? Novel gak jelas, hmm? Itu sebuah karya, Bang!"

"Gue tau, tapi bukan elo 'kan yang buat itu semua? Kalau lo punya hobby, maka hobbylah yang bisa membuat masa depan lo cerah. Misalnya, masak, beresin rumah, atau apa kek yang bermanfaat. Kalau lo udah nikah, lo mau ngasih suami lo apaan? Suruh baca semua cerita novel yang lo beli itu?"

"Ya, kagaklah! Gue juga gak tau, Bang. Dari kecil, gue udah punya bakat membaca dengan cepat, dan sekarang malah jadi pembaca yang setia," keluh Kalya.

Never Ending LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang