Siang itu sepulang sekolah, Jeno hendak membeli sesuatu di minimarket sebelum punggungnya di lempar oleh sesuatu.
"Ya! Jeno ssi!"
Pemilik nama menoleh. Di sana, seorang pemuda dengan seragam yang sama dengannya tengah berjalan menghampiri. "Jaemin?"
"Iya, aku Na Jaemin. Menyuruhmu berhenti, kau tahu apa salahmu Jeno ssi?"
Kedua mata sipit itu membuat lengkungan samar, namun sangat nampak dan membuat Jaemin menautkan kedua alisnya.
"Apa senyum senyum begitu?"
"Tidak. Memangnya ada larangan tersenyum di sini?" Kemudian setelah berkata demikian, Jeno kembali melangkah masuk ke mini market.
Membiarkan Jaemin mengekorinya dengan umpatan-umpatan mengiringi.
Jeno dan Jaemin adalah teman satu sekolah menengah atas. Lebih tepatnya berada di kelas yang sama dan duduk bersisian. Mereka sudah mengenal sejak awal dan menjadi semakin lengket setelahnya.
Ya, itu pun karena Jaemin yang selalu mengikuti Jeno kemanapun kecuali rumah.
"Kenapa kau ke mini market tidak mengajakku? Apa kau sudah tidak menganggapku teman Jeno ssi?"
"Berhenti berbicara formal padaku, Nana."
Jika sudah di panggil begitu, Jaemin hanya mengerucutkan bibirnya kesal. Jeno bahkan terkekeh saat ini.
"Mau es krim?"
"MAU!"
Lihat, mudah sekali merubah suasana hati seorang Na Jaemin. Eh, tidak. Itu hanya berlaku jika Jeno yang melakukannya.
"Lagi pula, aku harus cepat pulang karena ada perayaan kecil-kecilan di rumah. Kau mau ikut juga?"
"Apa aku harus berganti pakaian dulu?"
"Tentu saja. Dan kau juga harus izin pada orang tuamu. Nanti mereka khawatir." Jeno meraih kantung plastik belanjaan setelah proses pembayaran selesai.
"Kau hanya beli satu milk teadan banyak sekali cola. Apa itu kesukaanmu?"
"Bukan. Ini kesukaan Mark hyung."
"Ah, jadi dia datang?"
Jeno mengangguk. Jaemin memang tahu soal Mark. Karena Jeno merasa Jaemin adalah teman cerita terbaik sejak awal mereka bertemu. Jeno yang selalu tertutup dan tenang, menjadi lebih mudah bercerita pada Jaemin.
Apapun itu, sekecil apapun masalahnya. Jeno akan selalu menceritakannya pada Jaemin, begitu pula sebaliknya. Namun, masih ada satu rahasia yang belum bisa Jeno katakan pada Jaemin.
"Eh, nak Jeno. Apa kabar?" itu ibu Jaemin.
Saat ini keduanya sudah sampai di kediaman megah milik Jaemin, si anak tunggal. Ibu Jaemin baik sekali, begitu juga ayahnya. Namun sayang, terkadang mereka berdua sibuk bekerja. Jaemin kesepian. Itu lah mengapa Jeno juga menjadi dekat dengan keluarga Jaemin karena jika orang tuanya sibuk, Jeno akan senantiasa menemani Jaemin bahkan terkadang sampai menginap.
"Tante." Jeno tersenyum dan mengangguk sopan. "Kabar baik, tante sendiri bagaimana?"
Wajah cantik itu melukis senyum, ibu Jaemin sangat menyukai pribadi Jeno yang seperti itu. Tidak salah ia membiarkan Jaemin berteman dengan Jeno, sudah sopan juga baik hati.
"Tante baik, Jeno. Ah tapi tante harus pergi lagi, tante titip Nana ya? Kalau dia berulah, langsung cubit saja pipinya."
"Maaa!"
Jaemin yang sudah selesai berganti pakaian pun kembali mendatangi ruang tamu. Ibunya tertawa sedangkan Jeno hanya tersenyum saja. Jaemin pun pamit juga meminta izin dari sang ibu, mana tahu nanti menginap di tempat Jeno. Ibunya selalu mengizinkan dengan syarat, harus dengan Jeno.
"Jeno, Mark hyung sudah punya pacar?"
Jaemin tiba-tiba bertanya. Mereka berdua sudah di panti dan tengah membereskan beberapa kaleng cola untuk di masukkan ke kulkas, supaya dingin sampai nanti malam.
"Kenapa? Kau tertarik padanya?"
Jawaban yang di berikan Jeno sontak membuat Jaemin mencibir.
"Padahal kau sendiri cemburu kan, makanya bertanya begitu? Aku tau kau menyukaiku Jeno ssi!"
Jeno terkekeh dan beranjak menuju ruang tengah dengan membawa camilan di tangannya. Meninggalkan Jaemin lagi yang juga mengekorinya dengan rentetan kalimat penuh kekesalan.
"Ya! Awas saja kalau nanti kau menyatakan perasaanmu padaku, tidak akan ku terima!"
Padahal, Jaemin yang sudah tidak sabar menunggu hari itu datang.
— bersambung.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.