"Mark hyung, apa kau lihat bintang malam ini? Begitu banyak di langit, seperti yang biasa kita lihat di atap panti waktu itu.
Dulu rasanya begitu sulit jika membayangkan untuk jauh dari hyung. Tapi sekarang aku yang melakukannya. Maafkan aku, hyung.
Aku tidak bermaksud untuk membuatmu marah. Aku juga tidak ingin berbohong tapi aku tidak ingin kau selalu khawatir. 18 tahun sudah lebih dari cukup bagiku, hyung.
Maaf karena aku selalu egois. Tidak semestinya aku selalu menggantungkan seluruh hidupku pada hyung, kan? Aku harus bisa berdiri dengan kakiku sendiri. Aku juga tidak ingin menjadi beban bagi hyung, menghambat langkah hyung untuk melakukan apapun hanya karena memikirkan diriku.
Hyung, sepertinya aku melupakan ini.
Terima kasih.
Terima kasih karena sudah menjadi sosok hyung yang selalu aku dambakan. Terima kasih untuk selalu berada di sisiku selama ini. Aku sangat bahagia bisa mengenalmu dan memilikimu sebagai saudaraku di dunia ini.
Hyung, meski nanti kita tidak bisa lagi bersama. Aku akan tetap berada di dekatmu. Aku berjanji, karena aku selalu ingin melihatmu bahagia. Bagaimana pun caranya. Meski harus menukar nyawaku untuk itu, aku rela.
Hyung, hiduplah dengan baik. Makan yang teratur, jangan terlalu sering menumpuk kerjaan sampai kepalamu sakit. Minum air yang banyak. Kau harus memiliki waktu hidup yang panjang hyung, Haechan menyayangimu. Dan aku minta jaga Jaemin untukku ya? Hehehe
Hyung, sepertinya aku mengantuk. Aku tidur dulu ya hyung? Semoga kau lekas membaik. Aku menyayangimu, hyung. Selalu, dan akan selalu seperti itu.
Adikmu,
Jeno."⠀⠀⠀
⠀⠀
—
⠀⠀⠀
⠀⠀
Tetes airmata membasahi kertas yang berada di genggaman Mark. Lelaki itu bahkan sudah menangis sejak ia membaca kalimat awal yang Jeno tulis di sana.Jeno, adiknya. Ia bahkan tidak bisa melihat wajah Jeno untuk terakhir kalinya. Dan kini, hanya sepucuk surat berisi tulisan tangan Jeno yang ia dapatkan.
Jaemin dan Haechan sengaja memberinya ruang untuk membaca surat dari Jeno, setelah Mark benar-benar pulih pasca operasi transplantasi jantung. Ada beberapa kerusakan pada jantungnya karena kecelakaan waktu itu. Dan karena itu lah, Jeno menitipkan pesan terakhirnya pada Jaemin untuk mendonorkan apapun dari dirinya untuk Mark.
Sebelum Jeno benar-benar menutup mata untuk selamanya.
"Jeno..."
Mark tak sanggup berbicara apapun lagi. Ia meremat baju bagian dada kirinya. Di sana, berdetak jantung Jeno. Sakit sekali. Apa ini yang adiknya rasakan setiap kali Mark marah padanya. Mark yang terus menuntut kejujuran Jeno sedangkan adiknya hanya peduli tentang kebahagiaan Mark? Jeno, sungguh. Bukan ini yang Mark inginkan.
Satu usapan lembut membuat Mark sedikit mengangkat kepalanya. Di sana, ada Haechan dan Jaemin yang berpakaian serba hitam. Sepertinya ia tahu darimana keduanya tadi.
"Nana."
Pemilik nama bergumam sebagai sahutan. Wajah Jaemin sembab, sepertinya terlalu banyak menangis.
"Aku ingin bertemu Jeno."
️
️
️
️—
️
️
️
️Di larang bagaimana pun juga, Mark tetap ingin pergi. Sebuah buket bunga peony putih kesukaan Jeno, di letakkan Mark di atas tanah kuburan yang masih baru.
"Anak nakal."
Mark berusaha membuat suaranya tetap stabil. Air mata sudah berkumpul di pelupuk matanya sejak tadi.
"Tidak, hyung tidak menangis Jeno. Yang sering menangis itu kau."
Jaemin dan Haechan terdiam, mereka menatap punggung Mark yang mulai bergetar. Namun suara lelaki itu tetap terdengar seperti biasanya.
"Kau tidak mau memelukku? Atau mengomel padaku karena kecelakaan itu? Ah, kau pasti akan mendiamkanku semalaman karena aku tidak menurut padamu. Jeno, aku tidak sengaja. Kau tahu kan? Sekarang cepat obati lukaku."
Hening.
Suara Mark seketika hilang bersama angin yang berhembus menerpa wajahnya. Jaemin sudah menangis, di pelukan Haechan yang juga menahan tangisnya.
Mark? Dia sudah tidak bisa lagi menahan semuanya.
"Ayo Jeno, obati aku."
"Hyung! Kalau tidak bisa hati-hati, jangan keluar! Semut saja pasti bisa melukaimu tau!"
"Aku berjanji akan menuruti keinginanmu, Jeno."
"Hyung, besok kita ke sungai Han? Kita beli balon, lusa kan ulang tahunku!"
"Jangan tinggalkan aku, Jeno..."
"Hyung jangan menangis. Kalau kau menangis, hatiku sakit hyung. Sudah ya, kan ada Jeno. Jeno akan melindungi hyung dari semua orang jahat!"
⠀⠀⠀
⠀⠀
Mark seakan mendengar suara Jeno, dulu. Setiap kali ia menangis, bersedih. Jeno selalu di sana. Menjadi orang pertama yang menenangkannya. Bahkan ketika usia mereka masih sangat muda.
Mengapa Mark sampai tidak mengerti tentang kebohongan yang Jeno buat setelah mereka keluar panti. Seharusnya, ia tahu. Jeno tidak akan bisa berbohong padanya. Seharusnya, ia lebih bisa mengerti dengan perubahan diri Jeno.
Jeno yang semakin kurus, wajahnya yang selalu pucat. Meski Jeno terus menampilkan senyumnya, namun jelas lelaki itu menahan sakit yang tidak ingin ia tunjukkan pada Mark.
"Jeno, maafkan aku."
Mark menatap potret Jeno di sana, mengusapnya dengan lembut.
"Beristirahatlah dengan tenang, adikku."
️
️
️
️️
️
️
️️
️
️
️️
️
️
️️
️
️
️️
️
️
️
Aku berjanji, setelah ini tidak akan ada air mata lagi. Aku akan melanjutkan mimpimu yang belum usai, Jeno. Kau masih di sini, bersamaku. Benar kan?—Mark
️
️
️
️️
️
️
️
️️
️
️
️
️️
️
️
️
️SELESAI.

KAMU SEDANG MEMBACA
Promise.
Teen FictionTentang Jeno yang mencoba menepati janjinya pada Mark, keluarga satu-satunya yang ia miliki. Pair: MarkNo!brothership NoMin, MarkHyuck