Malam itu, tiba-tiba saja badan Jeno sangat dingin. Jaemin panik di buatnya. Lelaki itu bahkan semakin pucat dan puncaknya ketika Jeno terbatuk dengan cairan merah yang keluar dari hidungnya.
"Jeno ayo kita ke rumah sakit."
"Tapi Na—"
"Dengarkan aku Jeno!"
Jaemin berteriak, air mata sudah jatuh sejak tadi membuat wajahnya basah. Jaemin takut, ia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Jeno. Maka ia segera memakaikan jaket pada Jeno dan membantu lelaki itu berjalan hingga ke mobil.
Namun saat Jaemin hendak menutup pintu, Jeno pingsan. Ia tidak mampu membawa tubuh Jeno hingga ke mobilnya. Ia pun segera menelepon ambulans.
—
Sementara itu, Mark sejak pagi terlihat tidak bersemangat. Rasanya sangat mengganjal ketika Jeno sudah 3 hari ini tidak membalas pesannya.
Di tambah Jaemin yang membalas seadanya. Apa dia di suruh Jeno untuk mengabaikannya, ya? Banyak fikiran buruk berkecamuk di kepala Mark.
Hingga ia kehilangan fokusnya dalam mengemudi. Dan lampu lalu lintas yang sudah berubah warna menjadi merah itu pula di abaikannya.
TIIIIIN!
Ckiiit
BRAK!
Kecelakaan pun terjadi. Mobil yang di tumpangi Mark, di tabrak sebuah truk besar bermuatan dari sisi kanannya. Suara sirine mobil polisi tak lama bersahutan datang ke tempat kejadian. Mark di bawa ke rumah sakit, kondisinya tidak bisa di bilang baik baik saja.
—
"Jeno, bangunlah Jeno."
Jaemin terus mengulang kalimat yang sama sejak dirinya berada di dalam ambulans hingga kini ia tengah menyamakan langkah dengan ranjang Jeno menuju unit gawat darurat.
Sesampainya di sana, beberapa perawat menahannya. Jaemin sempat memaksa untuk ikut, namun tetap tidak di perbolehkan.
Ia akhirnya hanya bisa menatap pintu UGD yang tertutup dan menangis. Jaemin duduk di kursi yang tersedia di sana, mengabaikan pasien kecelakaan yang baru saja tiba dan masuk ke UGD tak lama setelah Jeno.
"Bertahanlah Jeno, ku mohon."
—
Waktu hampir menunjukkan pukul 12 tengah malam. Dan Jaemin kini sudah berada di ruang rawat Jeno. Lelaki itu bahkan sudah mendapatkan kesadarannya kembali. Tengah menatap wajah murung Jaemin dan tangannya yang sedari tadi di genggam lelaki manis itu.
"Hey, aku tidak apa-apa Na. Kau dengar kan kata dokter? Hanya kelelahan."
"Kau tidak bisa membohongiku Jeno."
Lelaki dengan eyesmile nya yang khas itu terkekeh. Menarik tangan Jaemin dan menggenggamnya dengan kedua tangannya.
"Maafkan aku."
"Kau pasti sembuh Jeno, aku yakin. Jangan menyerah untukku."
Jeno ingin sekali berharap jika dirinya dapat sembuh, terlebih tujuannya untuk Jaemin. Tapi Jeno tahu, permintaannya terlalu besar. Sudah di beri hidup sampai saat ini pun, Tuhan begitu baik.
Di kecupnya punggung tangan Jaemin sebelum Jeno tempelkan tangan Jaemin ke pipinya.
"Jangan menangis, ya? Mata indahmu itu tidak boleh di gunakan untuk menangis terus. Jadi jelek nanti."
Jaemin tak kuasa menahan senyum, ia menarik tangan Jeno dan memeluknya. "Berjanjilah kau akan sembuh Jeno, berjanjilah."
Satu tangannya yang lain bergerak mengusap kepala Jaemin. Tidak ada jawaban darinya, sebab ia tidak ingin memberi janji yang mungkin akan sulit ia tepati.
️
️
️
️"Maafkan aku, Nana."
️
️
️
️—bersambung.

KAMU SEDANG MEMBACA
Promise.
Teen FictionTentang Jeno yang mencoba menepati janjinya pada Mark, keluarga satu-satunya yang ia miliki. Pair: MarkNo!brothership NoMin, MarkHyuck