28. Kemarahan Rouvel

2.8K 249 178
                                    

jangan lupa di vote dan komen!

||||

"Yah, mau kemana?"

Devano menghentikan langkahnya saat Rouvel bertanya, pria itu memakai jaket dengan sedikit cepat dan Rouvel curiga.

"Ayah mau ke kantor, ada berkas yang harus di bawa pulang tapi ketinggalan disana."

Alis Rouvel naik satu, dia setia menghalangi pintu agar Devano tidak pergi begitu saja.

"Ini udah terlalu malem, berkasnya bisa di ambil besok." Rouvel menyarankan.

Devano menghela nafas sambil menatap ke arah lain, dia terlihat gusar.

"Ayah harus ambil berkasnya,"ucap Devano kekeuh.

"Udah ijin Bunda?"

"Dia tidur. Ayah pergi dulu, gak lama."

Setelahnya Devano menyelonong keluar tanpa melihat kearah Rouvel lagi, pria itu pergi dengan mobilnya dan karena curiga Rouvel langsung membawa kunci motor dengan buru-buru agar bisa membuntuti mobil sang Ayah.

Rouvel lupa memakai jaket, kulitnya langsung di terpa angin malam kala motor kesayangannya melaju pelan dengan jarak lumayan jauh dari mobil Devano.

Senyum miris Rouvel terlihat di balik helm saat melihat mobil Devano malah berbelok kearah yang berlawanan dengan arah kantornya.

"Si anjir, ke rumah Tante Cacat lagi."

Motor Rouvel berhenti kala mobil Devano juga berhenti di pekarangan rumah Lyly, dia membuka helm lalu memperhatikan pergerakan sang Ayah.

"Diem disini atau gas pergok aja, ya?" Cowok itu bergumam sendirian.

Kepalanya celingak-celingukan menatap pohon besar di atasnya, lalu dia merinding karena ingat Lyly pernah menceritakan hal mistis tentang pohon ini.

"Duh, gimana kalau Neng Titi muncul terus suka sama gue? Gue kan ganteng, setan aja pasti suka liat gue." Rouvel bergidik ngeri dan langsung turun dari motornya, lebih baik dia pergoki Ayah-nya saja.

Kawasan rumah Lyly sepi, tidak ada satu orang pun yang lewat dan ini sudah jam 11 malam. Rouvel yang biasanya cuek dan tidak takut apapun malah merinding karena khawatir ada yang memanggilnya dari atas pohon rindang itu.

"Langsung pergokin apa intip dulu, ya?"gumamnya bingung.

Rouvel berdecak, dia berjalan pelan kearah jendela rumah Lyly, lalu dia bisa melihat Devano yang sedang berbicara dengan Tulip.

••••

"

Yang sakit mana?"

Tulip langsung menyingkap sedikit gaun tidurnya, dia memperlihatkan kaki kanannya yang membengkak karena jatuh dari kamar mandi.

"Sakit banget Devano, ngilu juga."

Devano menghela nafas, dia berlutut di depan kursi roda Tulip untuk lebih jelas melihat kaki sahabatnya itu. Malam-malam dia mendapat panggilan dari Lyly yang mengabarkan kalau Tulip jatuh dari kamar mandi. Tadinya dia tidak mau datang kesini karena tidak pantas saja seorang pria datang ke rumah janda anak satu, mana anaknya perempuan, tapi karena Lyly menangis akhirnya Devano datang saja.

BAROUVEL STORY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang