4th July 2020 (Billa's Birthday)

313 17 0
                                    

Seperti yang kalian tau bahwa Ana lebih dekat dengan Billa daripada yang lainnya, dan bahkan saya sendiri terkadang merasakan cemburu ketika mereka bersama. Bukan berarti saya tidak percaya pada mereka, hanya saja saya kurang suka saja ketika melihat Ana lebih dekat dengan orang lain. Wajar sih, karena mereka lebih dulu dekat dibanding saya.

————————————————————————

'This fvckn corona made us can't celebrate my queen's birthday!' ocehan pertama yang keluar dari mulut Ana ketika saya baru saja sampai dirumahnya.

Kududukkan diriku disebelah Ana dan mulai membawanya kedalam dekapan.

'That's okay darl, it'll past. At least we can give her a cake and some gifts' tenangku.

Iya, hanya itu yang bisa saya lakukan saat ini. Menenangkan dia yang sedang kalut dan memberi beberapa solusi untuk tetap merayakan ulang tahun Sahabatnya itu.

'Beneran deh aku pengen ngerayain ulang tahunnya, bukan cuman ngasih kue dan kado'

'Untuk saat ini, jalani saja ya? Kan masih bisa dilakuin di tahun tahun selanjutnya. Ayo mending kita langsung kerumahnya aja'

'Tapi hari ini ulang tahun dia, Sham! Kamu tau dia spesial buat aku! Kamu gabakal ngerti karena kamu gapunya sahabat kan?!'

Wait, kenapa rasanya sangat sakit ya? Mungkin memang benar jika Billa adalah 'sahabatnya' tapi mengapa saya harus merasakan hal seperti ini? Entah karena cemburu atau ? entahlah.

Mungkin ini adalah hal yang sangat romantis bagi beberapa orang, tetapi tidak bagi saya. Saya tau jika saya kekanakan merasa kesal hanya karena perkataan dia, tetapi itu wajar bukan? Bahkan dia menyematkan panggilan 'Queen dan spesial' ditengah nama Billa.

'Kamu diem kan? Karena kamu gatau rasanya!'

'Enough, Ana!'

Salahkan saya untuk saat ini, saya tidak dapat mengontrol emosi saya. Saya telah keterlaluan karena sedikit menegaskan kata yang saya lontarkan. Tidak, saya tidak membentaknya. Hanya saja saya menegaskan katanya.

Bahkan sampai saat ini, dikediaman Billa pun Ana masih sangat terdiam. Setelah akhirnya Ana pergi bersama Aan karena merasa takut oleh penegasan kata yang saya katakan tadi dan sedikit perayaan ulang tahun untuk Billa, dengan saya susul tentunya. Sampai saat inipun saya masih tidak tau harus bagaimana, haruskan saya meminta maaf dan sedikit membawanya kencan bersama atau harus saya ikhlaskan Ana dan Aan untuk kali ini?

— A few minutes later —
'Ana, wanna talk?'

Iya, saya beranikan untuk meminta maaf dan ingin membawanya jalan-jalan untuk kesalahan yang saya buat. Mungkin hanya ini yang bisa saya lakukan untuk membuatnya sedikit bisa percaya lagi pada saya.

Dengan sedikit tersentak karena perkataan saya yang mendadak, Ana menoleh dengan tatapan yang sedikit arrrgghhh(?) takut, kesal, puppy eyes, bahkan sexy(?) tidak. Saya bercanda. Membuat saya tersenyum dan hanya mengusak rembutnya lembut.

'Gapapa kalo gamau, sana ngobrol lagi. Your queen is waiting for you'

'Boleh?'

Hanya anggukan yang saya berikan. Mungkin bukan saat ini Sham, ternyata Ana masih merasakan ketakutan. Maaf.

— Since i being ignored —

Sampai kapan saya harus melihatnya begini? Saya juga berhak untuk dia bukan? Saya tau Ana selalu curi pandang, tetapi saya tidak tau harus berbuat apa. I mean, apa saya harus mengajaknya bicara, lagi(?)

'Sham~~~'

Kualihkan fokusku untuk sekedar melihat siapa yang berbicara, dan sedetik kemudian objek yang tadinya berada digenggaman kini sudah tergantikan dengan tangan Ana yang memulai untuk saling menggenggam. Kini bayi saya sudah dalam mode manjanya, yang artinya dia sedang bosan, lapar atau bahkan mengantuk.

'Yes, babe?'

'Ana maaf, ana childish, ana nakal, ana maaf'

'No need, skip ya?'

'Ana maaf sham, Ana maaf'

'Kalo kamu terus minta maaf, Sham gabakalan ajak kamu jalan-jalan'

'Jalan-jalan?!' Tanyanya sedikit antusias dengan puppy eyesnya

'Iya, setelah ini bukannya kamu mau mainan baru?'

'Leggooo sekarang!!!'

'Billa belum nutup acaranya, sayang. Jam 7 kita ke mall beli mainan lalu pulang, deal?'

'Deal!'

Itu yang harus kalian ketahui, hanya perlu sabar menunggu hingga akhirnya dia sendiri yang akan mendatangi dan merubah suasana membaik.

— Paris van Java —

'Sham ini?' tanyanya sangat antusias. Iya, kini kita berada di salah satu mall di Bandung yang memiliki toko sebagai tujuan utama Ana kesini, Toko mainan. Dimasa depan nanti, saya hanya ingin membuatkan dia toko mainan yang tentunya itu khusus untuk diberikan kepada dia, seperti toko namun hanya Ana yang dapat membelinya. Meskipun ternyata dimasa depan nanti saya tidak bersamanya, tetapi hal ini sangat amat saya ingin wujudkan. Ana, tunggu saya ya?

'Sudah punya?'
'Sham:( biar ada dua mainannya'
'Yang lain'
'Please?:('
'Don't ':(' me'
'Promise ini beli satu ini ya ya ya?'

Apalagi yang dapat saya sampaikan selain 'Iya' untuk kesayangan saya ini?

Dengan sedikit terburu Ana mengambil dan membawanya ke kasir. Disana hanya saya lihat tatapan 'sinis' dari beberapa pegawainya, mungkin karena aneh melihat Ana atau mungkin ini hanya perasaan saya saja?

'Ana tunggu diluar ya? Nanti Sham nyusul sama barangnya'

Dengan anggukan dan berlari kecil Ana pergi keluar terlebih dahulu dari toko tersebut dengan kekehan kecil yang keluar dari mulutnya.

'Saya lihat mba sama masnya ngeliatin dia terus, suka ya? Jangan mau suka dia, orangnya suka makan sama beli mainan, yang ada nanti kalian pusing ngeluarin duitnya. Oh iya mba, mas, satu lagi sekarang masuk kerjaan gampang ya? Punya tampang doang juga bisa masuk, apalagi orang dalem. Yang susah itu punya attitude dan good manner. Ahhh saya pikir poin itu gaperlu disekolahin ya? Dan lagi, kalo mau sinisin orang jangan didepannya, kalian disini kerja buat melayani bukan buat mengomentari. Last but not least, pawang dia banyak, kalo kalian macem macem bukan cuman saya yang akan bertindak, tapi semua macannya bakalan nyakar muka kalian yang songong ini. Inget saya terus mba, mas. Kalo kesel ke saya aja jangan ke Kelinci saya'

Apa yang salah dengan berbicara seperti itu? Toh apa yang saya katakan sudah benar menurut saya. Dan lagi, saya tidak suka dengan tatapan mereka yang seperti itu pada Kelinci saya, milik saya.

— Letter —

How is it? The days went well or not guys? It's been a long long time we never met again. Hope you guys good n healthy.
Sincerely, Sham Satia.

Just him, Only himTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang