08 Januari 2020

386 29 1
                                    

Telepon berdering menandakan panggilan masuk pada sebuah handphone, sang empunya terpaksa membuka matanya untuk menerima panggilan tersebut. Ah rupanya...

My Cute Baby
is calling...

'Ada apa ana?'. kataku untuk membuka percakapan

"Kamu lupa sama janji kamu? Ini udah sehari kamu lupa sama janji kamu. Kalo gamau anter gausah janji. Udah tau ana gasuka ada orang janji tapi ga ditepatin" katanya.

Terasa lega sebenarnya, karena ia masih menggunakan namanya ketika sedang marah, tandanya ia tidak benar-benar marah kali ini. Karena ketika ia marah selalu menggunakan 'Aku' dibandingkan 'Ana'. Tapi sebentar, janji apa yang telah aku buat kali ini?

'Ana aku baru bangun tidur. Maaf kalo aan lupa janji hari ini, tapi aan bener-bener lupa. Kasih tau lagi ya?'

Tut... Tut... Tut...

Ya, itulah suara terakhir yang kudengar dari handphoneku, sebab Ana memutuskan sambungan teleponnya tanpa berbicara lagi. Tuhan, sungguh kenapa Ana mudah sekali merajuk? Mengapa harus terus aku yang menjadi korbannya? Berbuat dosa apakah aku dimasa lalu?

————————————————————————

12.35 PM
Sekarang aku disini, rumah Ana tepatnya. Setelah 2 jam aku kira, Ana masih tidak memperdulikan panggilan telepon dan pesan-pesan yang aku kirim padanya. Akhirnya kuputuskan untuk mendatanginya. Sedang mencoba untuk membujuknya agar tidak merajuk lagi, dan untuk memberitahukan janji apa yang telah aku lupakan.

'Anaaa, maafin ya? Aan bener-bener lupa janjinya. Sekarang, kasih tau Aan ya?' kataku terus-menerus tidak ada lelahnya untuk membujuknya. Karena inilah satu-satunya cara agar dia mau memberi jawaban.

Ceklek...

"Aan bener lupa sama janjinya?"

Ah akhirnya

'Ah Aan gasuka Ana murung kaya gini, maafin Aan ya? Jangan cemberut ah. Aan bener-bener lupa. Pukul Aan deh yang penting Ana jangan cemberut lagi'

Benar adanya, aku tidak suka melihatnya menekukkan wajahnya seperti ini, meskipun sebenarnya salahku juga, tapi aku tidak suka melihatnya.

Diruang TV sekarang ini, Ana masih tetap menekukkan wajahnya, ditambah menempelkannya pada meja didepan kursinya. Sebenarnya ini pemandangan yang sangat lucu, tetapi aku tetap tidak suka jika Ana menekukkan wajahnya.

"5 hari lagi Sham ulang tahun, tapi Ana belum beli apa-apa karena Aan lupa sama janji Aan. Aan janji bakal nganterin Ana beli kado buat Sham."

Jadi aku melupakan janji itu? Tapi bukankah kita akan membeli kado pada tanggal 10? Sebenarnya disini aku apa Ana yang lupa? Ah tapi aku tidak berani untuk menyalahkannya, aku tidak ingin ia kembali merajuk.

'Ahhh ituu, Aan bener-bener lupa. Maafin ya? Kalo gitu ayo kita beli sekarang?'

"Ana udah ngajak Billa buat nganterin Ana, Billa bilang dia udah otw. Jadi Ana mau sama Billa aja. Ana gamau sama Aan"

Hufffttt.... Aku sudah bingung bagaimana cara untuk membujuknya lagi, tapi ini salahku juga jadi lebih baik kuterima saja kan? Lagian Billa sahabat Ana yang paling deket, aku percaya padanya.

Just him, Only himTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang