Aku kira ada ratusan juta orang didunia ini, masih banyak lagi aku kira. Tapi, apakah kalian percaya jika hati bisa menyukai beberapa orang saja? Seiring dengan berjalannya waktu kita bisa bertemu dengan seseorang yang telah ditakdirkan untuk menerima kasih sayang yang kita berikan.
Aku percaya kisahku akan berjalan dengan indah. Karena aku mempunyai hati yang tulus untuknya, Ana. Tidak bisa kujelaskan kapan dan bagaimana cinta ini hadir. Tapi aku percaya hidup bersamanya membuat perasaan itu muncul dengan sendirinya.
Saat ini dan entah sampai kapan, aku tidak perduli jika aku menjalani kisah cinta yang terlarang ini. Karena kita saling menggenggam satu sama lain. Aku tidak perduli jika awal perjalanan cinta ini begitu berat, tidak apa karena sekarang kita saling berdampingan.
Kita yakin didepan sana masih banyak rintangan, masalah dan cobaan yang akan menghadang. Tetapi kita yakin jika kita berdampingan saling menggenggam, jika kita percaya dengan komitmen ini, semua itu akan bisa kita lewati.
Biarkan kita seperti ini untuk beberapa waktu. Jika takdir memang sudah harus memisahkan kita, kita hanya berharap saat itu hati kita memang sudah siap untuk menerimanya.
———————————————————————
Hari pertama ditahun baru ini akhirnya bisa kembali bertemu dengan orang yang sangat disayangi. Sang mentari sangat menyetujui rencana sang lelaki untuk bertemu dengan sang kekasih. Burungpun berkicau senang mengetahui rencana sang manusia yang sedang dilanda rindu.
Jarum pendek dijam dinding telah menunjuk pada pukul 6 dan jarum panjang telah menunjuk pada pukul 3. Terlalu pagi aku kira, tetapi aku sudah benar-benar rindu pada seseorang yang telah beberapa hari ini tidak bertemu.
Kuturuni tangga yang menghiasi bagian dari rumahku. Berjalan santai sambil bersiul mengikuti suara burung.
'Anak bunda, masih pagi mau kemana?'
'Selamat pagi bunda, bunda bisa nebak?'
'Dari raut wajahnya, bunda bisa nebak. Kamu mau ketemu ana kan?'
'Yash bunda, aku udah rapih kan bunda?'
'Sangat rapih dan wangi, jangan lupa beri salam untuk ana dan keluarganya'
'Baik bunda, kalo gitu aku pergi ya, nanti aku sarapan disana aja. Aku pergi bun, babay'Aku menuruni tangga untuk menuju mobilku yang terparkir di garasi yang ada dirumahku. Kutancapkan pedal gas dan mulai mengendarai mobilku.
Tidak perlu berlama-lama, karena jalanan tidak terlalu padat pagi itu, 15 menit aku kira.
Tin... Tin... Tin...
Seseorang yang aku kenal yang telah bekerja sangat lama dengan keluarga ana membukakan gerbang untukku.
'Selamat pagi den, biar bapa aja yang parkirin mobilnya. Tuan sama nyonya lagi sarapan, mau pergi. Kalo ana kayanya masih tidur'
'Kalo ga ngerepotin bapa, saya minta tolong buat parkirin mobilnya ya pa. Hehe. Saya udah kangen sama ana'Begitulah hehe, bukan aku berlaga seperti seorang tamu besar, tidak. Hanya saja aku ingin cepat-cepat bertemu dengannya.
'Assalamualaikum pah mah'
Tidak terdengar sahutan dari sang empunya. Mungkin diruang makan, seperti yang pa supir katakan.
Kulewati ruang depan, ruang tengah dan menuju keruang makan untuk menemui orangtua ana.
'Selamat pagi pah mah'
Ah, sepertinya aku datang diwaktu yang salah. Karena terlihat mereka sedang sarapan dengan sangat terburu-buru. Teringat lagi, mereka pasti akan pergi untuk bekerja.
'Pagi an, sarapan bareng sini. Mamah udah masakin. Masakan mamah enak loh an'
'Ah iya pah, maaf ngeganggu waktunya. Aan sarapan bareng ana aja nanti. Biar ana ada temennya'
'Ohiya, an papah sama mamah harus pergi keluar kota beberapa hari ini. Bisa nitip ana? Ini papah dapet telponnya dadakan jadi gabisa nunggu ana bangun dulu'
'Iya pah, biar aan yang nemenin ana. Berapa hari pah perginya? Mamah juga ikut?'Karena setahuku, papah dan mamah itu bekerja di bidang yang berbeda. Tapi, mamah selalu pergi kemanapun papah pergi.
'Iya an, mamah harus ikut kemanapun papah pergi'
Tidak lama kita berbincang, karena tujuanku adalah seseorang yang tengah tertidur dikamar.
Kunaiki tangga yang menghiasi permukaan rumah yang elegant itu. Rumah yang tidak besar, tetapi tertata dengan rapih. Dipenuhi dengan pernak-pernik yang mewah, bernuansa putih dan penuh dengan foto keluarganya.
Seperti biasa, siapapun itu sangat harus membaca peraturan yang tertera didepan pintu kamar ana.
Tok... Tok... Tok...
Selamat pagi ana, ini aan. Udah bangun?
Masuk aja an
Eh? Ternyata ana udah bangun. Aku kira dia masih berada dialam mimpinya.
Ceklek...
Kubuka pintu yang menghalangi dari satu ruangan ke ruangan lainnya itu.
Pemandangan yang indah, pertama kali yang kulihat adalah ana sedang bermain dengan anjingnya. Seperti gambar diaatas. (Itu hanya ilustrasi).
Itulah yang aku lihat, seperti anak kecil. Sungguh menggemaskan. Memakai baju lengan panjang dengan ukuran oversize dengan bawahan celana pendek yang sangat pendek sehingga tertutup oleh baju yang berukuran over itu.
'Selamat pagi sayang, won't to hug me?'
'I want to do it, but if u can't see, I don't want to leave this dog🥺'Jika kalian disini, kalian bisa melihat muka ana yang sangat lucu menggemaskan ini.
'Biarkan aku yang memelukmu. Ana, aan kangen banget'
'More closer n more tighter an'
'Mmm u miss me too, right?'
'Heem, u know what i mean babe'Seperti sudah lama tidak bertemu, padahal hanya beberapa hari saja.
Ana more cute than the dog. Aku merasa gagal menjadi manusia, karena ana lebih memerhatikan anjingnya daripada aku. Pemikiran seperti apa ini.
'An, aku laper. Sarapan yu?'
'Mamah kamu udah masak, mau di gendong?'Seperti biasa, aku sangat suka ketika ana manja seperti ini.
Selama ana berada di gendonganku, seperti ada hal yang menganggu pikirannya. Dia tidak banyak berbicara, tidak mengomel ketika pipinya kumainkan, tidak mengeluh sakit ketika hidungnya dicubit.Jangan, jangan bertanya dulu. Biarkan dulu. Biarkan dia sendiri yang memulainya.
.
.
.
.
.Tbc...
![](https://img.wattpad.com/cover/231542929-288-k658467.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Just him, Only him
RomanceGegana Arsya Putra, satu-satunya cowo yang berhak mendapatkan cinta dari seorang Afnaan Ramadhan dan Sham Satia. Sebab, mereka benar-benar tidak tertarik terhadap lelaki lain, selain Ana.