Nobara mempersilahkan Maki masuk. Pada akhirnya ia tidak bisa menolak yang satu ini, sejujurnya ia agak kesepian, jadi tak ada salahnya mengajak Maki menginap sementara.
Maki melangkahkan kakinya lebih dalam ketika si adik kelas membuka pintu, iris kuning gelapnya mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan. Bau khas si adik kelas jelas melekat di mana-mana.
"Aku tinggal sendiri, jadi maaf kalau berantakan" Maki bingung, berantakan di bagian mana yang Nobara maksud. Rumahnya begitu rapih, beberapa barang juga terletak di tempatnya, ah mungkin yang ia maksud adalah beberapa pakaian yang setia menunggu si pemilik memasukkan ke mesin cuci.
Maki tertawa kecil, Nobara sibuk mengurusi bajunya, dan bergerak ke sana kemari, entah apa yang membuatnya sibuk.
"Kugisaki, biarkan saja. Tidak perlu repot" Maki memegang kedua lengan Nobara, semula lengan kurus itu sibuk mengelap meja.
"Jangan paksakan, masih sakit" teguran lembut Maki di balas anggukan.
"Aku ganti baju dulu, sekalian di kamar mandi, kalau kak Maki lapar ada cemilan di kulkas" ia melesat meninggalkan Maki setelah mengatakan hal tersebut.
Maki duduk di bantal lembut yang ada di ruang tengah. Tak ada yang spesial, hanya sofa kecil, beberapa bantal dan selimut, rumah yang cukup besar untuk di tinggali sendirian.
Maki melepas kacamata, lalu mengusap kedua matanya. Lelah mengenakan benda itu seharian, namun mau bagaimana lagi, kalau ada kutukan harus segera di basmi.
Tangan kanan di angkat ke atas, matanya terfokus pada telapak tangan. Padahal bibirnya juga cerewet kalau bersama Yuuta dan Toge, tapi mengapa ketika di sebelah Nobara ia jadi lebih sedikit bicara. Tidak berniat cari muka, hanya saja seperti ada sesuatu yang menahan dirinya.
Pandangannya berpindah pada beberapa bingkai foto, ada foto Nobara dan beberapa temannya. Gadis itu terlihat sangat manis kala bibirnya melengkung ke atas, walau kasar tapi ia tidak pernah canggung kalau bersama orang baru.
Seperti pertemuan pertama mereka. Maki ingat, kala itu Nobara memukuli pemuda yang sedang meganggu dirinya.
.
."Ku bilang minggir" ketus Maki pada dua pemuda di hadapannya.
"Ayo kita bermain-main dulu manis" dengan tak sopannya tangan kotor si pemuda mencolek dagu Maki. Tangannya berusaha menepis namun suara teriakan mengagetkan mereka bertiga.
"Oi ! Jangan macam-macam brengsek !" teriaknya lantang. Seorang gadis mengenakan sweater biru muda, senanda dengan langit cerah sekarang. Gadis itu berjalan mendekat, jarinya menunjuk tepat di wajah sang pemuda.
"Aku ingat kau, karena kau juga aku jadi terlambat antri barang diskon" iris oranye itu menatap nyalang. Wajahnya tak terlihat ragu sedikitpun, Maki tidak tau apa yang sebelumnya terjadi, ia lebih memilih diam.
"Kau juga ingin ikut bermain ?" tangan lancang itu berusaha menggapai dada Nobara, tentu sang empu sadar, ia menahan kemudian memutar tangan si pemuda. Menendang kakinya hingga pemuda itu jatuh terjerembab, Nobara menginjak perut si pemuda, kemudian berucap. "Kau kira aku adalah gadis yang akan berteriak minta tolong bodoh ?"
Nobara berjongkok kala sebuah ayunan tangan akan memukul dirinya dari belakang. Kaki kirinya menendang kemaluan si pemuda satu lagi.
Maki tertegun, dalam sekejap gadis di depannya menumbangkan dua orang sekaligus. Dari yang ia tangkap, gadis berambut pendek itu terbiasa dengan perkelahian, jarang ia bisa menemui gadis seperti ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Elysian [MakiNoba]✔
Fanfiction[Tamat] Ambisi yang semula ingin menantang kakak kelas malah berubah jadi kekaguman. Nobara belum pernah melihat gadis setangguh Maki, kakak kelasnya bahkan dapat mengalahkan makhluk kutukan hanya dengan senjata. Tantangan terbesar Nobara bukanlah...