Perintah atau Ego

218 57 10
                                    

Nanami dan Maki beranjak pulang. Suasana di dalam mobil begitu tenang, Nanami sibuk memperhatikan jalan di depannya, sedangkan sang nona muda hanya diam. Dari tadi gadis berkacamata itu terus menatap ke arah luar, perasaan bimbang tengah menghantui dirinya sekarang.

Maki mengepal tangannya erat. Marah, ia sangat marah mengambil keputusan ini.

"Kenapa tidak kau jelaskan saja, dengan begitu dia paham"

"Aku tidak bisa, kakek tua itu akan menggangu Nobara jika aku tak mau menuruti keinginannya" gusar Maki.

Maki berpikir, tidakkah semuanya seperti dejavu baginya. Bibirnya tidak dapat jujur, hingga menyakiti perasaan si cantik lagi.

"Bicaralah sedikit padanya, pasti dia khawatir. Setidaknya lakukan itu saja" saran Nanami.

Maki belum bisa jujur, ada hal yang harus ia lindungi saat ini. Menjauh dari Nobara adalah pilihan terbaik untuk sementara, selama ini ia menyembunyikan begitu banyak masalah dari Nobara. Maki cuma tidak mau Nobara terlibat dalam masalahnya. Belum lagi perihal hubungannya yang di tentang keras oleh sang kakek.

.
.

Kepalanya menyembul dari balik selimut, memandangi ponsel dan tak bergeming. Padahal sudah bertemu tapi terlihat belum ada niat menjelaskan apapun. Sebuah pesan ia kirimkan, bertujuan untuk menanyakan perihal rumit apa yang sebenarnya terjadi, tapi tak juga kunjung dibalas.

"Arghh !" Nobara mengusak surainya kasar, lelah ia menanti.

"Sebenarnya kak Maki kenapa ?"

"Tidak merindukanku apa ? Setidaknya walaupun tidak mau memberitahu apapun tetap berada di sampingku apa salahnya? Aku tidak makan orang, aku juga tidak bau" rasa frustrasinya membuat Nobara mulai berkata tidak jelas.

Jam telah menunjukkan pukul dua pagi, matanya belum juga terpejam karena amat penasaran dengan keputusan sepihak yang Maki ambil.

Kelopak matanya berkali-kali mencoba untuk terpejam namun sang empu masih gigih menunggu balasan dari Maki. Tak sanggup lagi Nobara menahan kantuk akhirnya gadis itu tertidur dengan posisi yang tidak nyaman.

Baru saja si pemilik ponsel tertidur, sebuah notifikasi masuk ke ponsel pintarnya. Pesan dari orang yang ia tunggu sedari tadi.

Jangan tidur terlalu larut, dan jaga dirimu selama aku tak ada.

Hanya itu saja. Tak ada kalimat panjang yang menjelaskan sesuatu, Maki benar-benar tidak mau Nobara terlibat dalam masalah keluarganya.

Keesokan paginya Nobara dilanda suasana hati yang sangat buruk. Menyesal ia tertidur tadi malam, Maki langsung membalas pesan setelah ia terpejam dan sialnya lagi nomornya telah diblokir oleh sang kekasih.

Omelan demi omelan terus keluar dari bibir manisnya, sumpah serampah juga ia lantunkan di pagi yang dingin. Kepalanya serasa ingin meledak, sudah tidur larut ditimpah masalah rumit pula.

"Shake"

Sapaan Toge tak dihiraukan, bukannya sombong tapi Nobara tidak dengar karena sibuk berbicara dengan diri sendiri.

"Dia kenapa ?" timpal Yuuta.

Jam istirahatpun tiba, namun Nobara sama sekali tidak menunjukkan raut manis diwajah cantiknya, muka masam terus mendominasi aura sekitarnya.

"Hei bisa bicara sebentar ?" Nobara menoleh. Ini dia gadis yang selama ini ia cari.

Nobara mengangguk, mengikuti ke mana langkah Maki membawanya. Hingga tiba di samping gedung olahraga, keduanya masih bungkam, Nobara tak tau harus mengatakan apa, canggung setelah lama tak bertemu.

Elysian [MakiNoba]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang