Gimme a Break - 4

2.4K 359 57
                                    


Insiden ciuman tak disengaja terus membayangi otak jenius Sasuke hingga ia membenci dirinya sendiri. "Apakah semua omega akan membuatnya terangsang? ARG! ITULAH MENGAPA AKU MEMBENCI ALPA!" Sasuke menggaruk kepalanya kasar.

Menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur, Sasuke berguling tengkurap. "Sial! Aku terus terbayang wajahnya. Rasanya aku ingin terlahir kembali sebagai beta."

***

Hari masihlah pagi, harusnya dilalui dengan hari yang terlihat segar dan nyaman. Namun lihatlah yang berada di depan Sasuke. Omega yang harusnya terlihat lemah, berdiri tegak menantang di depannya.

"IKUT AKU!"

Sasuke menutup wajahnya dengan telapak tangan kirinya. Ia merasa malu menjadi tontonan teman satu sekolahnya yang kebetulan  baru datang, memasuki pintu gerbang sambil melirik penasaran ke arahnya. "Sekarang aku harus mengikuti pelajaran."

"Bisakah kau melewatkannya?"

Sasuke menjauhkan telapak tangannya dari wajahnya. "Cukup ... pulanglah dan jangan tunjukkan wajahmu di depanku lagi." Sasuke menunduk tak ingin melihat langsung wajah Naruto.

"Apa!? Kau mau lari?"

Melarikan diri? Lebih tepatnya jika ia melihat wajah Naruto, apa pun keadaannya maka ia akan berakhir membayangkan ....

"Kali ini aku kaan benar-benar menghajarmu sampai kau menyesal terlahir ke dunia ini."

Sasuke menatap tajam Naruto yang terlihat memiliki tenaga yang terlalu berlebihan. Meski terlihat kuat, tapi bukankah Naruto juga melakukan hal mesum seperti kebanyakan omega.

"Hei! Apakah kau mendengarku, bodoh?" Pelipis Naruto berkedut saat Sasuke hanya terdiam tanpa membalas ucapannya.

"Aku tidak memiliki banyak waktu senggang seperti dirimu. Aku sangat sibuk. Waktu itu hanya kebetulan saja aku bermain sekali denganmu."

"HAH!?" Naruto semakin kesal saat Sasuke malah berbalik pergi meninggalkannya memasuki pintu gerbang sekolah. "Lawan aku! Dasar pecundang!

Sasuke tetap berjalan meninggalkan Naruto tanpa menggubris teriakan pemuda tersebut. Samar ia mendengar guru piket menanyai Naruto, tapi guru itu sepertinya sangat kerepotan karena Naruto tak menggubris ucapan guru tersebut.

"Jangan melarikan diri, dasar ayam!"

Ia pikir bertatap muka kembali dengan Naruto membuatnya merasa lebih baik, rasa benci terhadap dirinya terlahir sebagai alpa serasa membunuhnya.

***

"Lalu? Apakah kau melakukannya dengan Naruto?"

Sasuke menggenggam erat kaleng minuman dalam genggamannya hingga penyok mendengar ucapan Deidara. "Aku tidak melakukannya. Kau sangat keras kepala."

"Eh? Bukan, maksudku bukan melakukan itu. Aku berbicara tentang pertarungan antara dirimu dengan Naruto yang tertunda."

"Oh, masalah itu." Sasuke menaikkan salah satu kakinya ke atas semen yang didudukinya yang berfungsi sebagai wadah tempat tanaman di sepanjang pagar pembatas sekolahnya. "Dia sangat berisik masalah itu, tapi pada akhirnya semua tidak terjadi.

"Ah! Itu Sasuke. Sudah kuduga kau berada di sini."

Sasuke menoleh ke asal suara seorang gadis yang sedang berjalan ke arahnya sambil menenteng sebuah bungkusan.

"Kami membuat beberapa kue kering di kelas memasak. Maukah kau menerima semuanya?"

"Terima kasih." Sasuke mengambil bungkusan dari salah seorang gadis berambut sebahu di depannya.

いい加減にしろ ( Ii Kagen ni Shiro )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang