Gimme a break - 7

2.1K 319 53
                                    


Terdiam mengikuti arus, namun hati kian memberontak. Otak rasanya tak berfungsi dengan baik jika dihadapkan dengan sikap posesif seorang ayah pada anaknya. Mulut terkunci, namun hatinya berteriak kalap ingin bertanya, sebenarnya apa yang dibicarakan oleh pria dewasa di seberang meja. Maksud dan tujuannya mengintrogasinya bagai penjahat yang baru saja tertangkap basah melakukan kejahatan.

"Aduh! Sakit!" Minato mengelus pucuk kepalanya sesaat setelah Kushina melayangkan pukulan di sana.

"Berhenti berbicara seperti itu Minato. Kau membuat Sasuke kesulitan." Kushina meletakkan 2 piring lauk makan malam untuk yang dibawanya dengan satu tangan ke atas meja. 

Di sebelahnya Karin meletakkan nampan berisi 4 buah mangkuk nasi ke atas meja.

"Tapi …."

"Tidak ada tapi-tapian. Jangan mengintimidasi Sasuke. Dia masih anak SMA."

"Sasuke-kun, kau sangat keren." Karin duduk di samping Minato menatap Sasuke dengan pandangan berbinar.

Sedangkan Sasuke yang mendapat pujian dari seorang bocah hanya tersenyum kaku.

"Maaf Sasuke. Kami tidak mengundangmu untuk menakut-nakuti dirimu. Hanya saja waktu itu Naruto … kau mengerti, kan … bagaimana aku mengatakannya." Kushina menjelaskan keadaan Naruto saat pulang ke rumah beberapa hari lalu. Rambutnya terlihat lepek, berbau seperti XXX. Terdapat tanda kemerahan di lehernya yang tidaklah sedikit. Saat Minato bertanya dengan nada khawatir, Naruto menjawab, jika dirinya baik-baik saja. Ia melakukan bersama seorang alpa didasari suka sama suka.

Suka sama suka? Sasuke menoleh ke samping. Entah bagaimana ia menjelaskan situasinya. Naruto terlihat makan dengan tenang meski sedang berbicara masalah serius dengan orang tuanya.

"Berapa kali pun kami meminta Naruto untuk menggunakan obat penangkal, dia selalu menolaknya. Saat pertama mengonsumsinya, Naruto merasakan efek sampingnya. Ia merasa mengantuk sepanjang hari dan itu membuatnya tidak nyaman. Setelah itu, Naruto tidak mau lagi mengonsumsi obat penangkal meski kami memaksanya." Kushina duduk di samping Minato. 

Sedangkan Karin duduk di sebelah Kushina bagian ujung meja bersebrangan dengan Naruto.

Sasuke mengusap wajahnya kasar. Jadi selama ini Naruto membuat dirinya berurusan dengan masalah sepele yang membawanya ke urusan yang lebih besar. Memang benar jika mengonsumsi obat penangkal ada efek sampingnya, tapi efek sampingnya masih terlihat wajar dan tidak begitu berbahaya.

"Kami sudah memperingatkannya agar tetap berada di rumah saat heat, tapi Naruto adalah tipe anak yang suka kabur dari lantai dua."

Sasuke memandang ke arah Kushina yang duduk bersebrangan dengannya. Sungguh Naruto itu anak yang bodoh. Selalu mengabaikan kekhawatiran orangtuanya.

"Aku takut jika suatu hari sesuatu hal buruk terjadi padanya, tapi saat aku mendengar dia memiliki kekasih, kami memintanya untuk dipertemukan denganmu."

Kekasih? Sasuke memiringkan kepala. Ia tak mengerti dengan maksud ucapan Kushina. Jadi mereka menganggap dirinya kekasih Naruto?

"Dan bagaimana bisa anak SMA memiliki hubungan sebelum menikah!? Papamu tidak akan menerimanya!" Minato menatap tajam Sasuke. 

Kushina memejamkan mata, meredam rasa jengkelnya mendengar ucapan Minato. "Kau juga melakukannya, Minato," Kushina berbisik memperingatkan suaminya.

"Sebagai orangtua, kami malu karena tidak dapat megontrolnya dengan baik, tapi mengetahui ada seseorang yang mencintainya meski dia ceroboh, aku merasa bahagia. Tolong jaga dia mulai dari sekarang, Sasuke."

いい加減にしろ ( Ii Kagen ni Shiro )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang