32

238 57 2
                                    

Pencet tanda bintang di pojok bawah ya, jangan lupa! Aku jamin gratis tis tis tisssss...

Kalau mau nambahin komentar atau mau follow aku juga boleh bangettt hehe (~ ̄³ ̄)~

•  •  •

"Perkembangan Mama saya gimana, Dok?" tanya Gilang kepada seorang wanita berbalut jas dokter yang biasanya kerap dipanggil dengan 'Dokter Sarah'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Perkembangan Mama saya gimana, Dok?" tanya Gilang kepada seorang wanita berbalut jas dokter yang biasanya kerap dipanggil dengan 'Dokter Sarah'.

"Keadaan Ibu Hana semakin hari semakin membaik. Kontrol emosionalnya sudah bagus. Ibu Hana juga terlihat sering ceria dan jarang murung lagi," jelas Dokter Sarah.

Wanita cantik yang sudah tak muda lagi itu tersenyum, "Sepertinya faktor memori indahnya tentang Bandung yang membuat keadaan Ibu Hana semakin hari semakin membaik."

"Bandung?" bingung Gilang. "Sejak kapan mama saya suka ngomongin soal Bandung, Dok?" tanya Gilang karena sudah hampir dua ninggu ini ia sibuk dengan car wash bahkan mengambil lembur setiap hari. Baru hari ini saja ia memilih untuk meninggalkan lemburnya demi menemui Hana.

Dokter Sarah mengangguk, "Ibu Hana sangat terobsesi dengan Bandung. Sudah beberapa minggu ini Ibu Hana sering bercerita soal Bandung. Ceritanya juga sangat bervariasi dan terlihat sangat menyenangkan. Kemungkinan besar jika keadaan seperti ini berlangsung secara terus menerus, keadaan Ibu Hana akan cepat membaik."

"Support terus Ibu Hana ya. Saya yakin beliau akan bisa sembuh dan segera pulang untuk berkumpul dengan keluarga."

Gilang mengangguk. Matanya menatap lurus ke pintu ruangan Hana. Dan setelah Dokter Sarah berlalu pergi, ia segera masuk kedalam. "Assalamualaikum, Ma," sapa Gilang.

Hana tersenyum lebar menyambut Gilang. "Kamu dateng!"

"Iya, Ma. Gilang dateng."

"Sendiri? Cewek Bandung itu mana?" tanya Hana.

Gilang tersenyum. "Nggak ikut, Ma. Dia ada acara."

Hana mengangguk lalu sibuk memperhatikan gantungan kunci berbentuk burung merpati. Gilang ingat gantungan kunci ini, masing-masing dari Mama dan Papanya memegang satu. Dan sejak penangkapan itu, Hana tak pernah melepaskan gantungan kunci ini dari tangannya.

"Kamu kesini naik apa?" tanya Hana.

"Naik motor, Ma. Tadi pinjem temen," jawab Gilang.

Hana langsung menatap Gilang dengan raut wajah sedih. "Naik motor? Kamu nggak punya uang ya?" tanya Hana.

Gilang menggeleng. "Ada kok, Ma. Cuma tadi motor Gilang lagi di servis aja," bohongnya.

"Kasian anak Mama," ucap Hana sembari mengelus kepala Gilang dengan lembut.

Gilang yang tak menyangka Hana akan berbuat seperti itu kepadanya hanya bisa mematung sejenak. Ia ingat sekali dulu Hana tak pernah mengelus kepalanya seperti ini, menanyainya kabar, bahkan mengatakan jika ia adalah anaknya. Paling tidak Hana hanya akan mengatakan, 'Gilang anak hebat.'

GILALUNA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang