51

195 72 21
                                    

Pencet tanda bintang di pojok bawah ya, jangan lupa! Aku jamin gratis tis tis tisssss...

Kalau mau nambahin komentar atau mau follow aku juga boleh bangettt hehe (~ ̄³ ̄)~

• • •

"Lo nggak papa, Syif? Mau gue panggilin dokter?"

"Gue perlu ustadz, bukan dokter!"

"Serius gue," jawab Gilang. Beruntung dahi Syifa hanya lecet sama memar saja, tidak sampai terjadi pendarahan atau semacamnya.

"Bismillahirrahmanirrahim. Ya Allah, jauhkanlah segala jenis mahluk mengerikan dari hidup hamba."

Gilang mengusap wajahnya kasar. Mereka berdua sudah sepuluh menit berdebat, karena saat Syifa sadar cewek itu langsung menutupi kepalanya dengan menggunakan selimut dan meminta di panggilkan seorang ustadz.

"Ya Allah kenapa bisa arwah teman hamba ada disini. Tunjukkanlah kepada dia jalan yang benar," doa Syifa.

Gilang menggeleng-gelengkan kepalanya, lebih parah dari Luna saat baru pertama kali bertemu dengan dirinya. Tangan Gilang terulur untuk menyentuh punggung tangan Syifa yang tak tertutupi selimut. "Apasih! Nggak usah pegang-pegang. Emangnya di alam lo nggak ada cewek secantik gue apa?!"

Mendengar ucapan Syifa, Gilang semakin gencar untuk menoel-noel tangan gadis itu yang tak tertutupi selimut. "Udah ih! Rese! Bener-bener mirip Gilang!" kesal Syifa sembari membuka selimutnya dan menatap Gilang yang tengah tersenyum geli.

"Ya emang gue Gilang."

"Boong. Oplas kan lo? Ngaku gak, lo ini siapa?!"

"Gilang. Gue Gilang."

"Lo jujur aja deh sama gue. Lo bohong, atau lo setan sebenarnya?"

"Gue asli Gilang. Lo nggak percaya banget!"

"Apa yang bisa bikin gue percaya kalau lo beneran Gilang."

"Tanya sama Luna, dia juga kayak lo waktu ketemu gue. Bedanya dia lebih kalem aja, nggak kayak lo yang lebay gini."

"Masa sih lo Gilang? Kan lo udah mati!" Sedetik kemudian, Syifa melebarkan matanya, "Atau jangan-jangan malah gue yang nyasar ke alam lo?!"

"Kebanyakan nonton film! Sama aja kayak Luna." Jeda sejenak, "Ngomong-ngomong, lo kenapa ada disini? Siapa yang sakit?"

Raut wajah Syifa langsung berubah seketika. Gadis itu tampak murung dan sendu, "Luna, dia kecelakaan. Sekarang dia ada di ruang ICU."

Deg.

"Luna? Gimana bisa? Dia masih chat sama gue tadi pagi," ucap Gilang.

"Luna kecelakaan di Jogja dan akhirnya dia dipindahin kesini sama orang tua gue."

Bahu Gilang merosot begitu saja. Pandangan cowok itu kosong, mengingat perasannya yang sedari tadi terasa tak nyaman. Ternyata, ini penyebabnya. "Jadi, yang gue khawatirin soal lo bener-bener terjadi, Lun?" batin Gilang.

Syifa mengguncang tubuh Gilang karena bingung kenapa Gilang tiba-tiba terdiam seperti ini. Jujur saja ia masih takut sekaligus bingung dengan sosok Gilang yang sudah dikabarkan meninggal, namun sekarang berdiri nyata didepannya. "Lo kenapa?" tanya Syifa.

"Kata dokter Luna bakal baik-baik aja kan, Syif?" lirih Gilang.

"Kalau tadi dia nggak ketemu sama Farhan, mungkin Luna bakal baik-baik aja."

"Farhan?"

"Dia yang udah bikin Luna celaka kayak gini!" ucap Syifa menggebu-gebu. Terlihat jelas jika gadis itu tengah emosi saat ini.

GILALUNA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang