38

198 60 7
                                    

Pencet tanda bintang di pojok bawah ya, jangan lupa! Aku jamin gratis tis tis tisssss...

Kalau mau nambahin komentar atau mau follow aku juga boleh bangettt hehe (~ ̄³ ̄)~

•  •  •

Bugh.

Farhan tersungkur ke samping karena pukulan yang ia terima secara tiba-tiba. Niatnya untuk mengejar Luna yang tengah buru-buru berjalan ke halte langsung pupus begitu saja. Ia berusaha bangkit dan menatap seseorang bermasker yang merupakan Sang Pelaku kekerasan.

"Lo siapa?" tanya Farhan.

"Nggak penting gue siapa. Yang penting, gue mau ngasi balesan sama lo karena lo udah bikin Luna nangis kemarin!" jawab seseorang itu yang langsung menarik tubuh Farhan masuk kedalam salah satu gang sempit.

Bugh.

Bugh.

Bugh.

"Denger ya, Anak mami! Gue bisa ngelakuin hal yang lebih keji kalau lo masih bikin Luna nangis!" ancam seseorang itu. Farhan yang sudah lemas karena serangan bertubi-tubi itu hanya bisa mengangguk pasrah.

Seseorang bermasker itu akhirnya pergi dari hadapannya. Sembari masih tersungkur Farhan berfikir, "Kayaknya salah banget gue cari gara-gara sama lo, Lun." Tak ingin berlama-lama di gang sempit ini, Farhan berusaha untuk bangun dan berjalan menuju motornya dengan tertatih-tatih serta wajah yang lebam.

***

Gilang menata oleh-oleh yang dibawanya ke atas meja makan. Wajah tampan Gilang tersenyum lebar saat membayangkan wajah Luna yang sumringah karena melihat oleh-oleh yang sudah ia siapkan ini.

Rambut panjang yang bergelombang itu pasti akan bergerak aktif mengikuti tingkah heboh Luna. Mata gadis itu yang membulat lucu kala terkejut dengan apa yang sudah ia siapkan ini. Dan pasti, suara-suara heboh Luna yang selalu membuat rindu indera pendengarannya.

Satu hari tak berhubungan dengan Luna ternyata mampu membuat Gilang rindu dan ingin segera bertemu dengan gadis cantik yang baik hati itu. Tak ingin berlama-lama dirumah, Gilang segera keluar dari rumah dan menunggu Luna di halte.

Tak sampai lima menit ia menunggu Luna di halte, samar-samar suara Luna sudah memasuki indera pendengarannya.

"Halte depan ya, Pak!" pinta Luna semangat saat melihat Gilang yang tengah duduk di halte. Tukang ojek tersebut mengangguk sekilas dan segera memberhentikan motornya tepat di depan halte.

Melihat Luna yang sudah ada didepannya, Gilang segera bangkit dan mendekat ke arah Luna yang sedang membayar ojeknya. "Makasih, Pak," ucap Luna sebelum tukang ojek itu berlalu.

"Kok naik ojek?" tanya Gilang.

Luna menyengir, "Biar cepet sampe aja."

Gilang terkekeh pelan, "Langsung ke rumah gue yuk! Gue udah siapin lo oleh-oleh paling spesial buat lo!" Dengan semangat Luna mengangguk girang. Keduanya kini berjalan berdampingan menuju rumah Gilang.

Gilang membuka pintu rumahnya dan menyuruh Luna masuk kedalam. Dan dimata Luna semua tampak sama, tak ada yang berubah. Tak ada tas belanjaan khusus oleh-oleh atau apapun itu yang terlihat dimatanya. "Ohh, oleh-olehnya pasti lo pulang dengan selamat dan sehat kan?" tebak Luna.

"Ya nggak lah! Namanya oleh-oleh ya barang atau makanan, bukan gue pulang dengan selamat dan sehat," jawab Gilang.

"Tapi kayaknya nggak ada apa-apa," bingung Luna.

Gilang memegang kedua bahu Luna lalu mendorong pelan gadis itu menuju meja makan. "Ini oleh-olehnya! Seblak asli dari Bandung! Dibuat khusus sama abangnya buat lo!"

GILALUNA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang