let me do your make-up (Vil S.)

73 9 0
                                    

Kadang aku bertanya-tanya; untuk apa aku "diperhatikan" seperti ini? Aku bukan anak dari Pomefiore, bahkan aku tidak berasal dari Twisted Wonderland. Lantas, apa yang menjadi alasan Vil-senpai (ya, Vil Schoenheit yang satu negeri kenal itu) tiada henti memberiku jasa make-up gratis setiap harinya?

"Matamu kurang tertutup," suaranya terdengar sangat dekat di telingaku, dan itu sanggup menyentak bahuku akibat terkejut. "Kalau kau tidak ingin maskaranya masuk dan melukai matamu, maka tutup yang benar."

Aku menganggukkan kepala ragu-ragu. "... Uh, apa begini cukup?" tanyaku. Bingung sekali maksudnya "mata kurang tertutup" itu bagaimana, di saat aku sudah sangat merasa kelopak mataku menutup mataku dengan sempurna.

Sejenak bisa kudengar embusan nafas Vil-senpai di dekat leherku. "Tadi kau sempat mengintip dan memperhatikanku, kan?"

Eh? Memang benar begitu? Kenapa aku tidak menyadarinya?

Well, daripada banyak berdebat—mengingat dia juga kakak kelas, aku mengiyakan saja. "M-maaf, Vil-senpai. Aku ... aku hanya memikirkan; kira-kira kapan make-up-ku selesai, begitu ...." Jelas sekali kalau itu hanya alasan yang dibuat-buat, tapi biarlah.

"Kalau kau mau terlihat mempesona, maka diamlah sebentar lagi," balas Vil-senpai dengan nada yang agak ditinggikan. Suara langkah kaki dari sepatu bot berat yang mendekat, menyusul kemudian. "Kau ini perempuan, tapi kenapa kau tidak bersikap anggun sedikit pun? Jangan buat aku mengingat hari-hari pertamaku di NRC bersama Rook."

"Oui? Apakah itu yang sekiranya membuatmu mengingatku?"

"Butuh ribuan bulan melintas di atas kepalaku dulu baru aku akan mengingatmu, Rook Hunt." Suara Vil-senpai amat menunjukkan betapa ia kesal dengan masa kelas satunya, dan itu hampir membuatku tertawa. Tak sanggup aku bayangkan interaksi antara dua seniorku ini di masa-masa "anak baru" mereka.

"Oh, betapa kejamnya, Roi du Poison!" Rook-senpai dengan segala sikap dramatisnya. "Di saat aku memikirkanmu siang dan malam, kau butuh ribuan bulan menyapamu sebelum kau bisa mengingatku? Itu menyisakan masa tuaku nanti! Kau akan mengingatku saat aku sudah jadi orang tua berkumis dan berjenggot putih!"

"Justru itu yang aku tunggu karena aku tidak perlu repot-repot lagi untuk melupakanmu."

"Mon Dieu!"

"Pfft—!"

"Hei, kenapa tertawa?" Ups, rupanya aku kelepasan.

Dengan tanpa merasa takut, kubiarkan bibirku menyisakan satu senyuman tipis, sementara kepalaku menggeleng cepat. "Tidak. Aku hanya 'tertarik' dengan percakapan kalian. Itu membuatku sedikit lebih rileks dari sebelumnya."

"Oh, dear. Apa sebelumnya kau tegang?" pertanyaan dari Rook-senpai langsung kubalas dengan gelengan lainnya. "Lalu—"

"Sshh, sudah, sudah. Kau lebih baik langsung ke kelas dan temui Leona," potong Vil-senpai. Setelah itu aku dengar suara heels-nya beradu dengan bot Rook-senpai. Beberapa keluhan sempat dilontarkan Rook-senpai, tapi hanya dianggap angin lalu oleh Vil-senpai hingga suara pintu tertutup mengakhiri kegaduhan pagi itu.

Heels Vil-senpai terdengar mendekat, kemudian jari-jari lentik itu kembali bekerja dengan make-up yang belum selesai terpoles di wajahku. Beberapa kali brush blush-on-nya mengenai hidungku, dan nyaris memanggil satu bersin keluar dari dalam sana.

"Kalau kau sampai berani bersin," komentar Vil-senpai sambil jarinya menyapu bibirku, kemungkinan besar mulai sibuk dengan gincu, "aku akan langsung mengadakan kelas rias khusus untukmu. Tak 'kan kubebaskan kau sampai kau menguasai semua pelajaran yang kuberikan."

Senyumku kembali, dan aku sempat terkekeh saat mendengar itu. "Dimengerti, Vil-sensei. Bersinnya tidak jadi keluar, kok. Tidak perlu khawatir."

Vil-senpai tidak berkata apa-apa lagi dan bibirku terus disentuhnya. Awalnya mungkin biasa, toh dia juga sudah menyentuhku di bagian-bagian wajah yang lain. Hanya saja, khusus di bibir, mendadak aku merasa tidak tenang.

Memikirkan bagaimana jari panjang nan indah milik Vil-senpai memberi usapan-usapan pelan di bibirku yang kalah lembut dengan jemarinya. Gerakan-gerakan dari jari itu mungkin tidak ada yang spesial, tapi bisa terasa sensual ketika kau mulai memikirkannya. Tak bisa kubohongi diri ini kalau aku tidak merasa panas karena itu.

"Mukamu panas." Ketika kata-kata itu keluar begitu saja dari Vil-senpai, lantas aku kehilangan pegangan. Kaki-kakiku gemetar, ingin rasanya dibawa berlari langsung sampai ke Ramshackle. Rasa malu merambat cepat sampai ke ujung kepala, bahkan mungkin rambutku.

Aku menggigit bagian belakang lidahku, mencoba menahan segala kegugupan sebelum membalas, "Oh ... m-mungkin karena ruangannya panas? Aku tidak merasakan AC-nya sama sekali."

"AC masih menyala dengan baik dan suhunya tidak kuturunkan dari tadi." Counter attack-mu itu keterlaluan, Senpai. "Kenapa? Apa kau tiba-tiba gugup karena aku menyentuh bibirmu, hm? Bukannya kau sudah terbiasa mendapat perlakuan spesial dariku setiap hari?"

Memang, sih. Itu sama sekali tidak salah. Aku sudah terbiasa mendapat service darinya itu hampir—atau malah memang—setiap hari. Hanya saja, khusus untuk urusan gincu, ini baru yang pertama Vil-senpai lakukan padaku. Karena sekalipun aku tipe perempuan yang jarang menggunakan make-up, aku setidaknya tahu bagaimana cara mewarnai bibirku sendiri. Itulah kenapa Vil-senpai biasanya akan melewati proses yang satu itu dan mempercayakannya sepenuhnya padaku.

Dan ini yang pertama ia lakukan ... apa tujuannya?

Sebelum aku sempat menyuarakan isi hatiku, Vil-senpai sudah lebih dulu memberi jawaban, "Karena aku tidak tahan melihat bibirmu yang seperti kurang terurus, sekalipun sudah kau tutupi dengan lipstick. Aku sudah mempercayakan urusan bibir pada dirimu sendiri, tapi rupanya kau tidak bisa menjaganya dengan baik. Makanya aku mengambil kembali kepercayaanku itu."

Typical. Seperti apa yang diharapkan dari Vil-senpai. Alasannya pasti tidak jauh-jauh dari kesempurnaan. Haaah, memangnya sejelek itu, ya, polesan gincu di bibirku? Aku merasa kalah jadinya.

Senyum bahagiaku tadi berubah menjadi kecut setelah memikirkan kata-kata Vil-senpai. "Apa sekarang sudah lebih baik setelah Vil-senpai urus? Rasanya aku benar-benar membutuhkanmu sebagai tutorku."

"Ya ...." Vil-senpai terdengar menggantung kata-katanya, dan apa yang kudapat berikutnya memaksaku membuka mata seketika.

Sentuhan lembut dari jari halus sang model, berubah menjadi sapuan manis bibir ranumnya dengan merah muda milikku. Aku tidak sanggup bergeser seinci pun, atau menarik pendek oksigen. Bisa kupastikan mataku melotot sempurna, dan pantulan kecubung indah menyambut pandanganku. Kami saling bertatapan, dengan bibir kami yang bersua satu sama lain.

Vil-senpai menarik diri setelah beberapa detik. Tak ada perubahan sedikit pun pada wajahnya, sedangkan aku yakin 100 persen kalau make-up di wajahku tidak bisa menutupi rasa maluku. Ditambah ketika Vil-senpai menarik dua ujung bibir tipis itu ke atas, menggetarkan jantungku kian parah.

"Kita akan terlambat masuk kelas kalau kau tidak segera kembali dari bulan, Yuu." Suaranya manis, sanggup mengembalikan kakiku menapak bumi. "Make-up-mu sudah sempurna. Kau bisa pergi sekarang."

Masih dengan kondisi yang tidak memungkinkan bahkan untuk bernafas, aku memaksa kakiku untuk menopang tubuhku berdiri. Aku sempat hampir tergelincir dari sepatuku sendiri kalau tidak segera kembali ke kesadaranku. Seakan lupa dengan apa yang sudah terjadi, mataku masih tidak lepas dari sepasang kecubung menyilaukan itu.

Bibirku bergetar, dan rasanya aneh. Rasa itu ... rasanya masih tersisa. Rasa dari bibir Vil-senpai dan apa yang mereka sebut cinta.

Akhirnya aku menundukkan kepalaku, membungkuk dalam-dalam, kemudian berlari keluar ruangan dengan kekuatan ekstra. Tidak ada melihat belakang, apalagi sekeliling yang seolah memanggil namaku. Aku tidak kepikiran hal lain lagi selain melarikan diri sejauh mungkin dari jangkauan Vil-senpai.

Racun! Orang itu penuh dengan racun!

Danmeskipun aku mendapat pengalaman yang "memberatkan" seperti hari ini, tampaknyaaku tidak akan menolak kalau Vil-senpai memanggilku lagi untuk meriasku. "Diperhatikan"olehnya ternyata tidak seburuk itu.

...

[August 7, 2021]

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our Stories in Twisted WonderlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang