14. Arena

9.1K 387 9
                                        

Welcome to Arsenio⭐️

Bayaran setiap penulis : vote, komen, dan follow.

⚠️Terdapat kata kata kasar dan adegan yang tidak pantas ditiru dibeberapa part⚠️

⚠️Terdapat kata kata kasar dan adegan yang tidak pantas ditiru dibeberapa part⚠️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SORAKAN demi sorakan terdengar dari dalam sebuah bangunan bekas pabrik. Arsen yang baru saja menutup pintu mobilnya tersentak mendengar sorakan itu. Ramai sekali pikirnya.

Lalu dia menaikan bahunya sekilas.

Lelaki itu berjalan menuju bangunan tersebut dengan dua kancing teratas yang Ia buka dan lengan kemeja digulung agar terlihat lebih santai.

Baru saja Ia masuk, sorakan yang tadi terdengar dari luar, kembali menusuk indra pendengarannya. Bahkan kini terdengar lebih menusuk.

Arsen berjalan menerobos kerumunan orang yang sedang berteriak heboh, menyaksikan pertandingan dua orang di atas ring tinju.

Senyuman simpul tercetak jelas pada wajah Arsen ketika melihat siapa yang ada di atas ring. Satria—salah satu anggota graventas dengan otot besar.

Apalagi ketika melihat lawannya yang terlihat kewalahan dan mundur beberapa kali saat Satria melayangkan pukulan.

"SEN!" panggil Alan, dari arah yang tidak jauh dari dia.

Arsen menoleh mencari sumber suara, setelah matanya bertemu dengan Alan, Ia mengangguk lalu kembali berjalan menerobos kerumunan orang-orang itu.

Bugh

"Sorry—"

Nafas Arsen tercekat ketika melihat siapa orang yang tidak sengaja Ia tabrak barusan.

Sama halnya dengan orang itu. Matanya membulat terkejut, dan langsung buru-buru pergi menjauh.

Namun sialnya, kerumunan sangat padat ini membuat jalannya terjeda. Tangannya dicekal oleh Arsen.

"Bonyok lo tau?" Arsen tersenyum miring.

Orang itu menatap Arsen dengan tatapan datar, "Kita gak kenal."

Setelahnya, orang itu menyentak tangan Arsen dengan kasar lalu melenggang pergi, menerobos semua orang yang menghalangi jalannya.

Melihat itu, Arsen berdecih seraya memperhatikan punggung kecil yang semakin lama menghilang tertelan kerumunan orang yang lain.

ARSENIO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang