"Woooiii!!! Hati-hati!"
Suara jeritan Kafa terdengar sampai ke telinga Aji dan Abi. Kafa langsung berlari membantu Aji dan Abi yang keberatan mengangkat kayu penyangga yang barusan jatuh dari atas mobil.
"Gimana sih kalian! Pada ngeliatin apaan woi sampai kayu nih jatoh?" (Kafa mengomel)
"Tuh si Dita ngagetin, manggil orang sampe jerit-jerit kan gue jadi kaget." (Abi berusaha membela diri)
Aji hanya diam. Mereka bertiga Kembali membereskan kayu yang jatuh dan menggantinya dengan yang baru.
"Setengah jam lagi kita udah harus stand by, Ji, lo siap-siap ganti kostum." perintah Kafa
"Ji, kalo ada acara lagi, gue jadiin sie acara. Enak banget bisa nyuruh-nyuruh ketua." (Abi melempar candaan yang sedikit menyindir)
"Ini bukan nyuruh-nyuruh, tapi ngingetin.Huuu, gue gampar lo." (Kafa langsung menimpal candaan Abi)
"Hahaha santai kali. Tunggu pembalesan gue. Woi, Dit. Urus nih pacar lo." (Abi sedikit berteriak ke
arah Dita)
Kania dan Amira masih diam di tempat menyaksikan ketiga kakak kelasnya yang bekerja keras untuk mengembalikan posisi kayu yang jatuh tadi. Hingga Kafa Kembali ke tempatnya, Kania dan Amira baru mendekati Dita yang sudah siap dengan riasannya.
"Eh sebentar lagi udah siap semua dan mau otw ke lapangan. Kalian boleh ke sana duluan, bareng juga gapapa. Nanti kalian ikutin Kak Kafa aja."
"Kita berdua ke lapangan langsung aja deh, Kak!" (Amira sontak memberi jawaban atas pilihan Dita)
"Hmmm gitu. Oke deh, hati-hati ya Kania, Amira, soalnya di sana rame banget. Kalian baik-baik ya. Nanti liat Kakak."
"Siap, Kak. Aku sama Amira jalan dulu ya, Kak. Daaahhh."
"Daahhh, Kak!"
***
Suasana di lapangan benar-benar ramai hingga Kania dan Amira sulit sekali mencari celah agar bisa menyaksikan penampilan masing-masing sekolah. Dari kejauhan, mobil SMAN 2 Nusantara yang berlapis dengan hiasan-hiasan ala kejaraan terlihat dari pandangan Kania.
"Mirrrr, itu lo liat nggak itu SMA kita."
"Wahhh, gilaaaa! Keren banget cuy. Yuk ke sana biar lebih jelas."
Amira langsung menarik tangan Kania dan mendekat ke mobil SMA-nya. Setelah menemukan tempat, mereka berdua berdiri di bawah pohon yang tepat di sebelah mobil SMA.
"Gilaaa, Kak Dita cantik banget, An. Pantes sih, pacarnya juga ganteng, tapi agak nyebelin. Ya nggak, An? (sambil menyenggol Kania yang sedang diam dengan mata mengarah ke salah satu penampilan kakak kelasnya yang sedang menumpangi mobil kerajaan)
"Hah? Apa Mir?"
"Ih lo kok nggak dengerin gue sih, malah ngelamun. Lo lihat Kak Dita, cakep banget."
"Bener-bener, makanya gue nge-fans banget sampe bela-belain ngajak lo dateng lebih awal buat nge-iya-in ajakannya Kak Dita. Udah cantik, baik lagi. Nggak salah banget Kak Kafa punya pacar kayak Kak Dita."
"Iya cuy. Ini bener-bener anugrah kita kenal baik sama dia."
***
"Ji, nih gue berdiri terus gini? Pegel kaki gue anjir." (suaranya pelan berbisik ke Aji)
"Lah lo kan prajurit, mana ada ceritanya prajurit duduk. Aneh lo." (Aji menimpa dengan posisi tegak agar kewibawaannya masih tetap terjaga sebagai raja.)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tokoh Fiksi [SEGERA TERBIT]
JugendliteraturCinta yang belum selesai cuma jadi cerita meninggalkan banyak tanya. Nanti ia akan datang kembali dan akan sulit kita tolak. Ya, karena memang ada yang perlu diselesaikan atau bahkan mungkin bisa dilanjutkan sampai akhir. Maka, selesaikan sebelum k...