Seringkali sesuatu yang kita inginkan justru jadi sesuatu yang mustahil untuk kita miliki.
***
Kamis malam, Kania sedang mengemasi keperluan yang akan ia bawa untuk diklat besok. Kedantangan Amira membantu Kania yang suka sedikit ceroboh.
"Huh! Akhirnya udah semua!" ucap Kania menghela napas penjang.
"Mana sini gue cek," Amira mengambil kertas catatan daftar barang yang wajib dibawa. "Tuh kan! Senter sama lilin lo belum masukin," lanjut Amira.
"Hah emang iya? Ah lupa gue."
"Dasar!"
"Besok gue tetep bareng kok berangkat sama lo. Gue pergi abis bel masuk sekolah."
"Pokoknya lo harus jaga diri, jaket tebel jangan lupa, di puncak bogor dingin, apalagi musim hujan gini. Bawa payung juga."
"Iya, bawel. Udah kayak emak gue aja deh lo."
***
Para anggota OSIS dan pendamping berkumpul di sekret OSIS. Mantan OSIS yang ikut hanya kelas 12. Mereka ditugaskan untuk mendampingi selama masa diklat, termasuk Aji, mantan ketua OSIS. Juga Abi yang ikut sebagai pendamping dan bertugas mendokumentasikan seluruh kegiatan selama diklat berlangsung.
Rombongan dibagi menjadi dua, masing-masing berisi 25 orang, termasuk siswa dan beberapa guru. Butuh waktu sekitar tiga jam untuk sampai di tempat diklat, tepatnya puncak bogor, Cianjur. Mereka bermalam di penginapan yang cukup untuk menampung sekitar 50 orang.
Kania duduk sebelahan dengan rekannya yang satu bidang, Aliya. Aliya, anak kelas IPA yang belum dikenal sebelumnya oleh Kania. Mereka hanyut dalam obrolan sampai sama-sama terlelap.
"Al, udah mau sampe deh ini." Sambil mengucek matanya, Kania membangunkan Aliya.
"Hm? Emang iya?"
"Iya, cepet bangun, beberes jangan ada yang ketinggalan di bus."
Bus berhenti tepat di garasi penginapan. Semua siswa turun dari bus kecuali panitia inti yang sedang briefing untuk apel pembukaan diklat. Abi yang menjadi pendamping sekaligus tukang dokumentasi sibuk dengan kamera dan tas bawaannya.
"Kaf, pegangin tas gue bentar dong, gue mau motret-motret nih."
"Alesan mulu lo. Sini!"
Abi kembali memotret sudut-sudut yang ia anggap penting untuk didokumentasikan. Sementara semua panitia inti turun dari bus, Aji masih di dalam membereskan barang bawaannya.
Tiga puluh menit kemudian setelah waktu istirahat diberikan kepada calon anggota OSIS, semua peserta bergegas menuju tempat lapang untuk mengikuti apel pembuka sebelum mereka resmi menjadi anggota OSIS periode baru hingga diklat selesai dilaksanakan.
Kevin, Nando, dan Arya berjalan bersama menuju tempat apel. Mata kevin mencari keberadaan Kania di tengah ramainya siswa yang baru keluar dari pengingapan. Hingga akhirnya ia menyerah karena tanda-tanda Kania tidak terlihat.
"Ar, nitip Kania," ucap Kevin sambil menyenggol Arya di sebelahnya
"Dih apaan lo, emang gue tempat penitipan anak di bawah umur hahaha?" Arya meledek.
"Hahaha, udah cinta mati banget gitu tu, kemarin aja kagak mau," celetuk Nando.
"Diem lo, Nan, ini semua gara-gara lo."
"Dihh, lo mau-mau aja, harusnya lo makasih sama gue udah ngenalin lo sama Kania, mana yang ngechat awal gue lagi, Ar. Hahaha."
"Hahaha, terima jadi doang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tokoh Fiksi [SEGERA TERBIT]
Fiksi RemajaCinta yang belum selesai cuma jadi cerita meninggalkan banyak tanya. Nanti ia akan datang kembali dan akan sulit kita tolak. Ya, karena memang ada yang perlu diselesaikan atau bahkan mungkin bisa dilanjutkan sampai akhir. Maka, selesaikan sebelum k...