7. Pengagum Rahasia

38 3 4
                                    

Pelajaran jam pertama akhirnya selesai juga. siswa mulai keluar kelas satu per satu. ada yang langsung menuju ke kantin karena di rumah tidak sarapan. ada yang menuju ruang guru untuk mengumpulkan tugas satu kelas. ada yang langsung bermain ke lapangan. juga beberapa ada yang tetap diam di kelas dengan alasan masing-masing.

seperti biasa, Kania memilih mengunjungi kelas Amira yang berada di sebelah kelasnya. tampaknya dunia masih baik-baik saja kalau mereka berdua masih meluangkan bermain berdua. Kania langsung duduk di samping Amira yang kebetulan kosong karena teman sebangku Amira entah sedang ke mana.

"Mau ke kantin nggak, Mir?"

"Yahhh, gue bawa bekal nih. lo nggak bawa?"

"Nggak, nih." (sambil membuka buku catatan Amira)

"Yaudah makan bareng gue, ke tempat biasa aja deh, yuk."

"Boleh. Yuk!"

Kania dan Amira beranjak menuju tempat duduk aula tempat biasa mereka menghabiskan waktu istirahat sambil melahap bekal makanan.

"Heehmmm, seger ya."

"Nih." (Amira menyodorkan garpu kepada Kania)

"Wihhh!! Enak nih. Mama lo yang masak?"

"Iya lah."

Kania dan Amira mulai melahap bekal makanan hingga habis. Kania menyudahi dulu dan meneguk air putih.

"Mir. menurut lo, suka sama kagum itu beda nggak?"

"Emmmm, ya beda sih menurut gue." (sambil membereskan tempat makanan) "Kalau kagum, lo cuma suka sesuatu dari dia, misal lo kagum karena dia pinter, good looking, wawasannya luas, dan yaudah gitu aja, lo cuma sekadar suka, nggak pengen milikin dia. kayak sekadar lewat aja gitu tuh manusia."

"Kalau suka?"

"Ya kalau suka, kadang lo nggak punya alasan kenapa lo suka, dan yang pasti lo pengen milikin dia. Tapi bisa aja sih, lo kagum sama orang, nah karena suatu kondisi lo terus bersinggungan sama orang itu, yang tadinya cuma kagum, jadi suka, dan akhirnya jadi pengen milikin orang itu."

Kania terdiam mendengar pendapat yang baru saja dilontarkan Amira.
"hal yang paling sulit dilakukan adalah mengagumi tanpa menyukai." Kania bergumam

"Emang kenapa? Lo lagi kagum atau suka sama orang?"

"Nggak sih, gue cuma nanya aja. "

"Halah, gue tau kenapa lo nanya itu, sok-sok an bilang enggak lagi."

"Sotoy, lo."

"An! Emangnya kita baru temenan? Kita udah temenan lama, gue tau apa yang lo rasain tanpa lo bilang. Heeehhhhmm" (Amira menghela napas setelah mendengar elakan Kania)
"Kalau pun gue kagum sama orang, paling gue cuma bisa jadi pengagum rahasia dan jadi pengecut selamanya."

*krrriiiingggg kriiinggggg

"Yahhhh, kenapa cepet banget sih istirahatnya." (Amira mengeluh)

"Eh, Mir. Gue pengen pipis nih, gue ke toilet dulu aja deh."

"Oke. Gue ke kelas dulu, ya."

"Yaudah bye! makasih ya makanannya."

"Yoi. Bye!"

mereka berdua ke arah berlawanan. Kania berlari menuju toilet, di tengah perjalanan, Kania melihat dari arah berlawanan, ada Aji dan Ulfa jalan berdampingan. Kania mulai melambatkan langkahnya dan menghela napas ketika masuk ke toilet. Setelah selesai dari toilet, Kania iseng memilih jalan yang lebih jauh hanya untuk berjalan-jalan sebelum masuk kelas. Pikirannya jadi sedikit kacau, dia berjalan dengan sedikit menunduk.

*Brakkk!!!

Kania menabrak siswa laki-laki yang sedang membawa setumpuk buku paket dari arah kantor guru.

"Ehhh!! Maaf maa maaf!" (Kania langsung mengambil buku-buku paket yang jatuh)

Kania terkejut ketika orang yang ditabrak adalah Abi.

"Eee Kak, ehm maaf maaf, Kak. aku nggak sengaja."

"Makanya kalau jalan sendirian jangan sambil ngelamun." (Abi mengambil buku paket di tangan Kania)

"Eee, iya kak. Maaf." (Kania menyunggingkan senyum malu dan menunduk)

Abi lantas meninggalkan Kania yang masih terdiam.

"Heeeeuuuhhhhhffff, goblok goblok! mikirin apa sih lo, Kania." (Kania merutuki dirinya sendiri)

***

"Dari mana lo, Kan? Untung Pak Andre belum dateng."

"Dari aula tadi, terus ke toilet."

"Lo kenapa sih, lesu banget kayaknya."

"Hah? Lesu? Gue? Enggak! Eh iya, Ca, lo mau ikut daftar anggota OSIS nggak?"

"Nggak sih, gue. Mager. Lo mau ikut?"

"Yoi."

"Seminggu lagi deh kayaknya dibuka pendaftaran."

Kania mengeluarkan buku, sesaat kemudian Pak Andre datang dan kegiatan belajar mengajar dimulai.

***

"An, gimana jadi daftar OSIS kita?"

"Jadi dong! Lo jadi juga kan?"

"Iya. Eh anyway, gimana lo sama Kevin? masih berlanjut?"

"Masih, dia masih chat gue."

"Kalau misal dia nembak lo, lo mau nggak?"

"Menurut lo? gue nggak pernah pacaran cuy."

"Nah itu! Lo yakin dia bakal jadi pertama lo?"

"Hadeehh nggak ngerti deh gue. Eh itu bus udah dateng. Yok cepet."

Kania menggandeng tangan Amira menuju bus.

***
Aji dan Abi sedang sibuk menyiapkan keperluan untuk perekrutan anggota OSIS di rumah Abi. Rumah Abi selalu sepi, ibunya yang kini jadi kepala keluarga sibuk bekerja sebagai guru sekolah dan guru les, sedangkan adik-adiknya bersekolah di Bogor dan tinggal dengan pamannya karena keadaan finansial keluarganya yang mulai menurun sejak kepergian ayah Abi beberapa tahun yang lalu.
"Ji, bentar lagi siapa ya yang gantiin lo?"
"Gue harap sih Daffa nyalonin diri tanpa paksaan. selama ada event besar gue liat dia cekatan banget, ide-idenya juga selalu bagus."
"Ulfa bakal daftar OSIS gak tahun ini?"
"Nggak kayaknya, dia susah kalo urusan sama luar akademik."
suasana hening beberapa saat. keduanya menatap layar laptopnya masing-masing.
"Bunda lo pulang jam berapa, Bi?"
"Nanti sore. Bunda ngajar les private juga sekarang."
"Kabar adik lo gimana?"
"baik sih, kayaknya weekend ini gue mau jenguk mereka. kangen banget gue."
***
Angin subuh menyelinap ke kamar Kania. Dinginnya menembus hingga ke selimut yang menutupi tubuh mungil Kania.
Drrrrrrtttr
Ponsel Kania bergetar, satu pesan masuk dari Kevin.
Kania, nanti abis pulang sekolah, bisa enggak kita ngobrol berdua sebentar?
Kania membaca dengan mata yang masih terkatup-katup. Ia membiarkan kantuknya menguasai dirinya dan memilih mematikan ponsel tanpa membalas pesan Kevin.
***
Bus sekolah hari ini datang lebih awal dari biasanya. Gerimis pagi selalu menghadirkan aroma tanah dan hujan menjadi satu kesatuan dan diikuti ketenangan. Kania dan Amira menempati kursi paling depan di bus agar bisa melihat pemandangan sepanjang jalan menuju sekolah.
"Mir, nanti pulang sekolah lo tungguin gue di gerbang aja ya."
"Emang kenapa? Ada urusan apa lo?"
"Gue mau ngobrol bentar sama Kevin, dia chat gue tadi katanya ada yang mau diobrolin"
"Hilih modus." Kania tidak menjawab, "Hehh!!!! jangan-jangan dia mau nembak lo, An???!!!"
"Hah? seriusnlo? gak ah gila." raut wajah Kania memperlihatkan kekhawatiran.

***

Tokoh Fiksi [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang