11. Sudut Pandang

71 2 0
                                    

­Kita terlalu sibuk melihat apa yang dimiliki orang lain, hingga tidak sadar bahwa sesuatu yang kita punya juga sama berharganya.

*Tiga hari kemudian

Angin sepoi-sepoi merambat ke jendela kamar Kania, udara subuh di luar bisa cukup membuat kulit berkerut. Ia yang belum sepenuhnya sadar dari tidurnya memilih kembali menarik selimut setelah alarm handphone­-nya berbunyi.

1 pesan belum dibaca

Matanya yang masih sayup-sayup membuka layar ponsel dan membuka pesan yang baru saja masuk.

Morning! Kania nanti kita ada wawancara kan? Kamu nanti aku anter pulang ya kalau bus kamu pulang duluan.

Rasa kantuknya tidak bisa dikendalikan, Kania hanya membaca dan kembali terlelap.

***

Ruang OSIS tampak sedikit ramai dari biasanya. Aji dan teman-temannya sibuk menyiapkan berkas-berkas administrasi dan berkas lainnya untuk keperluan wawancara. Wawancara akan dimulai pukul 13.00, tepat 30 menit setelah bel pulang sekolah. Para peserta yang sudah lolos tahap administrasi bersiap dengan nomor antre yang sudah mereka pegang. Raut wajah yang ditampilkan beragam, ada yang berusaha menutupi kegugupannya dengan ngobrol, memakai headset, makan, bahkan ada yang sambil mondar-mandir di depan toilet. Kania dan Amira duduk di kantin Pak Bejo sambil memakan snack yang mereka beli. Kevin, Nando, dan Arya yang juga menunggu sesi wawancara memilih duduk di kursi panjang yang ada di tempat parkir.

"Kev, tuh, samperin." Nando memecah keheningan di antara mereka sambil memberi isyarat ke arah Kania.

"Gue ajak ke sini ya."

"Ngapain lo pake izin-izin. Kania temen kita juga kali," sahut Arya.

Tanpa pikir panjang, Kevin langsung menghampiri Kania yang asyik mengobrol dengan Amira. Tanpa menyapa atau basa-basi yang lain, Kevin duduk di sebelah Kania. Suasana yang hangat antara Kania dan Amira tiba-tiba menjadi canggung ketika Kevin datang.

"Ke sana yuk, sama anak-anak," ajak Kevin.

Kania hanya diam menatap Kevin sebentar dan melihat ke tempat parkir. Kevin berdiri dan meraih tangan Kania.

"Mir, pinjem Kania bentar, ya."

"Mir, bentar ya."

Kania yang sedikit ragu karena meninggalkan Amira sendirian tapi juga tidak bisa menolak ajakan Kevin tetap pergi ke tempat parkir.

Amira berusaha menyembunyikan rasa kecewanya dengan terus memakan camilan yang ada di tangannya dan masuk ke kantin Pak Bejo mengajak ngobrol istri Pak Bejo yang kebetulan sedang menjaga kantin.

"Eh, ada Kania," sambut Nando.

Kania hanya menjawab dengan senyuman. Ia duduk di kursi panjang tempat parkir di sebelah Kevin. Tepat lurus di depannya, ada pemandangan yang membuat Kania kaget sekaligus ngilu. Ya, Kania melihat Aji dan Ulfa sedang berbagi headset di tempat duduk mading dengan mulut keduanya menggerakkan pelafalan yang sama. Ada perasaan kalut ketika ia melihat pemandangan itu meskipun ia sedang berada di sebelah Kevin. Hati kecilnya mengatakan "seandainya itu aku", "seandaianya aku yang ada di posisi itu".

Sesi wawancara pertama akan dimulai, Kania dan Kevin masuk ke lab fisika. Amira yang kedapatan di sesi kedua menunggu di depan ruang guru sambil memutar playlist lagu dengan headset. Beberapa menit kemudian, Kania keluar setelah selesai melakukan wawancara. Kevin yang satu ruangan dengan Kania langsung membuntuti Kania yang berjalan keluar lab.

"Kamu aku anter, ya?"

"Aku kan bareng sama Amira. Nanti aku naik bus aja gapapa. Lagian rumah kamu kan deket sini, ngapain jauh-jauh nganterin."

Tokoh Fiksi [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang