Bab 8 : Mine

3.2K 262 12
                                        

Enjoy your reading

Saat jam istirahat

Seperti 4 bulan yang lalu, Mark juga Jeno, ia Jeno sudah kembali dan langsung menemui Mark.
Mereka tengah duduk dengan Haechan dan dua anak ayam yang selalu mengikuti Haechan.

Saat tengah menikmati waktu makan siang mereka, ada seseorang yang menghampiri mereka.
"Mark aku boleh duduk disini?"tanyanya, mereka langsung berbalik dan mendapati Mina.

Mina awalnya takut kepada Haechan tapi ada yang mengatakan kalau Haechan tidak akan mungkin seberani itu menggunakan pistol di sekolah, jadilah dia menganggap ancaman Haechan 4 bulan lalu hanya main main.

"Gk" sahut Renjun.
"Kan aku nanya sama Mark bukan Kalian" sinisnya dan menatap Mark penuh harap.
"Udh di jawab sama Renjun, kamu pergi aja dari sini" Mina kaget mendengar Mark, biasanya Mark tidak akan menolak jika ada yang ingin makan bersmaa mereka.
"Mark kok gitu sih" protes Mina.
"Gk denger? Udh disuruh pergi juga" sahut Jeno yang tengah fokus makan.
"Tapi Mark aku mau makan siang sama kamu, udh lama loh kita gk makan bareng" ucap Mina sambil membuat Suaranya terdengar imut, Jaemin dan renjun memasang wajah ingin muntah mendengar nada bicaranya.

"Emang kamu siapa nya saya? Dekat juga gk" Jaemin langsung tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Mark.
"Astaga Sok dekat rupanya hahahaha" Jaemin memegangi perutnya yang terasa keram karna tertawa. Jeno yang kebetulan duduk di samping Jaemin langsung mengelus punggung Jaemin agar berhenti tertawa.

"Mark bukannya kamu suka sama aku?" Fix Jaemin gk bisa nahan tawanya lagi, dia langsung menyembunyikan wajahnya di bahu Jeno agar meredam Suaranya.
"Kapan aku bilang suka sama kamu? Saya gk pernah suka sama kamu" tanya Mark Bingung.
"Terus selama ini kamu selalu bantuin aku, nemenin aku kalau telat di jemput sama ngasih aku bekal apa Mark kalau kamu gk suka sama aku?" Suara Mina mulai bergetar.
"Loh itu karna saya kasian sama kamu, kalau soal bekal bukan saya yang ngasih, yang ngasih itu orang yang suka sama kamu" jelas Mark, dia tidak menyangka kalau itu membuat Mina berpikir kalau dia menyukai Mina.

"Udh selesai dramanya?" Akhirnya Haechan angkat bicara setelah makanannya selesai.
"Diam kamu, jangan ikut campur ini urusan aku sama Mark!!" Bentak Mina.
"Ck, urusan Mark berarti urusan saya juga paham?!" Ucap Haechan masih dengan wajah datarnya.

"Kamu bukan siapa siapanya Mark jadi gak usah sok mau ngurusin kami" sinis Mina.
Ia langsung menarik Mark untuk berdiri dan memeluk lengan Mark, Mark terlihat sangat risih dan kesal.
"Mark katakan kalau kamu bohong soal tadi? Kamu cuma malu kan ngakuin perasaan kamu sama aku" Mina masih bersikeras bahwa Mark menyukainya, seisi kantin langsung melihat kearah mereka.

Haechan yang sudah terbakar api cemburu (?) Langsung mengeluarkan pistol yang ada dibalik jas seragamnya dan menembakkan ke arah jendela.

Dorr

Semua orang terperanjat kaget karna Haechan, setelah menembak kearah jendela Haechan mengarahkan pistolnya ke kepala Mina.
"Kau pikir 4 bulan lalu saya becanda? Peluru pistol ini masih penuh, mau mencobanya?" Ujar Haechan dengan santainya.
"Mark lihat dia membawa barang-barang berbahaya, disini dilarang membawa senjata" Mina langsung bersembunyi dibalik punggung Mark karna ketakutan.
"Bagaimana bisa kamu dekat dengan penjahat seperti dia" Mina terus berusaha mengompori Mark.

Dor

Satu tembakan lagi terdengar, bersyukur saja arah yang Haechan tembak tadi tidak ada orang.
Mark yang melihat kilatan marah di mata Haechan langsung menarik tangan Mina dan menghempaskan gadis itu kelantai tepat di depan kaki Haechan.

Melihat tindakan Mark semakin membuat orang kaget, sedangkan Haechan tersenyum penuh kemenangan.
"this is my boy" ujar Haechan dengan bangga.

Haechan menodongkan pistol itu kembali kearah Mina yang masih berusaha berdiri setelah dihempas begitu saja oleh Mark.
"Berhenti mengangguk milikku kang Mina, dan pihak sekolah mengetahui soal senjata ini jadi percuma kalau kau meraung-raung mengadu kan ku" ujar Haechan kemudian menjauhkan pistol itu, dan melangkah kesamping Mark.

Mark terkejut saat haechan memeluk lengannya dan membawa Mark pergi dari kantin.

Jaemin yang sudah selesai tertawa berjongkok didepan Mina yang tengah menunduk sambil menangis saat mengingat perlakuan kasar Mark.
"Kau salah memilih lawan nona kang" ejek Jaemin, Renjun ikut berjongkok dan tertawa mengejek.
"Lihat dirimu? Tidak ada apa apanya daripada Haechan, dan apa tadi? Kak Mark menyukaimu? Kalau dia menyukaimu pasti dia melindungi mu bukan membuat mu sampai tersungkur didepan Haechan" Ujar Renjun.

.
.
.
.

Markhyuck side

Haechan membawa Mark ke rooftop, sesampainya disana Haechan langsung melepaskan pelukannya dari lengan Mark.
"Haechan terimakasih" ujar Mark.
"Untuk?" Tanyanya.
"Kalung dan sudah kembali menemui ku" jawab Mark dengan tulus, hati Haechan yang dinginnya kayak Antartika seketika menghangat mendengar perkataan tulus Mark.

Haechan mendekatkan dirinya kepada Mark sambil tersenyum tipis sebelum berjinjit dan memberikan satu kecupan manis di bibir mark.
"Sama sama" bisik Haechan tepat didepan wajah Mark.

Mark yang blank akibat tindakan tiba-tiba Haechan terdiam sambil menatap wajah Haechan, Haechan yang jengah langsung Kembali menempelkan kedua bibir mereka, kali ini bukan hanya menempel tapi Haechan mulai menggerakkan bibirnya, Mark yang tersadar dari kagetnya langsung melotot melihat wajah haechan yang terlihat sangat dekat dan sedang melumat bibirnya.

Merasa tidak ada balasan, Haechan kembali menjauhkan wajahnya dari Mark tapi siapa sangka Mark malah menarik tengkuknya dan mencium Haechan bahkan melumatnya, spontan Haechan mengalungkan tangannya keleher Mark dan ikut melumat bibir sang dominan.

Mark menyalurkan semua rasa rindunya melewati ciuman mereka, tangannya sudah bertengger di pinggang ramping Haechan.

Mereka berciuman tanpa menyadari kehadiran tiga orang lainnya di pintu rooftop.
"Kayaknya kita salah timing deh datangnya" bisik Jeno, kedua uke itu mengangguk.
"Dah yuk pergi, panas dingin aku liat mereka" ujar Jaemin tanpa menyadari kalau Jeno tengah tersenyum sambil menatapnya.

"Jun pinjam Jaemin dulu yah, kamu ke kelas aja dlu" ujar Jeno dan langsung menarik Jaemin pergi.

Renjun yang ditinggal mendengus kasar dan turun dari rooftop.

Sedangkan Jeno membawa Jaemin ke taman belakang sekolah.
"No apa apaan sih main narik aja" kesal Jaemin, tapi Jeno hanya diam menatapnya.
"Jen kamu kesurupuhmmm-" Jaemin membelalakkan matanya saat Jeno menciumnya secara tiba-tiba, bukan sekedar menempel tapi juga melumatnya.

Jaemin memejamkan mata dan membalas ciuman Jeno, ciuman itu berlangsung selama beberapa menit hingga akhirnya Jaemin mulai kehilangan oksigen.
"Na Sampai kapan kita nyembunyiin hubungan kita?"tanya Jeno.

Jaemin menunduk saat mendengar itu, ada satu hal yang membuat mereka harus merahasiakan hubungan mereka, itu karna pekerjaannya dan Jeno.
"Tapi apa gpp kalau orang tau kita pacaran Jen?"tanya Jaemin balik.
"Gpp na asal identitas kita belum terungkap" jawab Jeno, Jaemin langsung memeluknya. Pekerjaan mereka terlalu beresiko untuk hubungan mereka.

Haii kangen gak ? Hehehehe sorry baru up, ide buat cerita nya abis, otak author macet

Ini bakal double up sih.

Semoga suka

TBC.

Ridin{Markhyuck}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang