Jingga masih tergambar jelas pada langit bagai kanvas. Kicau burung, angin semilir, Jake berandai-andai bagaimana rasanya hidup dengan bebas.
Maniknya menelisik pada bunga Eglantine yang teman akrabnya bawakan dari toko bunga milik sang ibu. Bunga yang cantik, hanya itu yang dapat terlintas di kepala Jake saat melihat bunga tersebut.
"Apa waktu ngga bisa berhenti sebentar, Hoon?" tanya Jake pada Sunghoon yang duduk di sebelahnya seraya mengabadikan momen sore ini melalui kamera tuanya, "Aku juga mau istirahat sebentar..." lanjutnya.
Lalu Sunghoon mematikan kameranya, ia menatap lekat taman akrabnya, Sunghoon tau jelas selelah apa Jake, dirinya kerap menjadi saksi atas menderitanya hidup anak itu.
"Hidup itu berjalan maju, Jake. Jangan mau kalah dengan hitungan detik, menit, jam, hari bahkan tahun sekalipun, hidup itu game, kalau kamu bertahan maka kamu bisa ke level yang lebih tinggi, lalu kamu bisa menang jika benar-benar bertahan sampai akhir."
Sore, tenang sekali. Rasanya bagai Jake di hiplotis dengan segudang harapan bahwa ia berhak bahagia, berhak mengecap manisnya dunia. Tapi fakta yang ada menjatuhkan segudang rasa tersebut.
Fakta dimana bahwa anak yang lahir tanpa orang tua yang jelas tak akan pernah di terima dimanapun. Jake tegaskan sekali lagi, itu fakta.
• • •
Pulang. Setiap manusia pasti memiliki tempat berpulang. Apa makna dari tempat berpulang? Apakah itu sesuatu yang akan membuatmu nyaman? Hangat? Dan merasa aman?
Jake bertanya-tanya dalam perjalanannya. Bukan, Jake tak melakukan perjalanan untuk pulang. Anak itu akan menyentuh luka lamanya yang tak pernah sembuh hingga saat ini.
Di dalam bus Jake termangu dengan telinga tersumpal earphone berkabel biru muda. Indera pendengarannya di hibur oleh musik sendu khas bulan Januari yang terus di rundung hujan.
Maniknya memandang tanah bumi yang terguyur hujan deras. Bulan Januari selalu kental dengan hujan, katanya begitu. Tapi Jake tak perduli karena menurutnya hujan datang di setiap bulan, di setiap langkahnya tanpa seorangpun yang memayunginya.
"Ibu, silakan duduk di sini." Jake berdiri dari duduknya kala melihat wanita berperut buncit tengah kebingungan mencari tempat duduk.
Wanita tersebut tersenyum pada Jake, "Terimakasih ya, Dek." ucapnya seraya duduk di kursi penumpang yang awalnya Jake duduki.
Tak lama setelah itu Jake tersenyum sumir kala sang wanita yang tengah mengandung itu tersenyum seraya mengusap lembut perut buncitnya.
Apakah Bunda melakukan hal yang sama saat sedang mengandung dirinya dan kedua adiknya? Iri sekali rasanya pada bayi di kandungan tersebut.
• • • • •
"Bunda..."
Tidak. Jake sama sekali tidak memanggil wanita berparas luar biasa cantik di depannya, anak itu hanya bergumam lirih dengan sepasang mata yang memperhatikan sang Bunda yang tengah mendorong satu kereta bayi bersama sang... suami.
Dari pandangan banyak orang, mereka terlihat seperti keluarga yang sangat bahagia. Bahkan di pandangan Jake sekalipun.
Ah, Bundanya sudah bahagia dengan keluarga kecilnya yang sekarang.
"Bunda, bahagia selalu ya." harapnya dalam hati. Tak apa ia tak bahagia, asal orang yang ia sayangi dapat merasakan bahagia.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Eglantine ; SungJake
FanfictieKata Sunghoon, Jake itu serupa dengan bunga Eglantine yang memiliki arti "Aku terluka untuk sembuh." Namun apakah Sunghoon tau kalau semua yang terluka belum tentu akan sembuh? Apakah Sunghoon tau kalau semua luka yang tertoreh bekasnya belum tentu...