Mereka bertiga –Kenjiro, [m/n] dan Keisuke– berjalan-jalan setelah berhasil menyelinap keluar dari area mansion Baji, anak itu peka untuk tak bertanya kenapa mereka keluar dengan menyelinap. Sekarang mereka berada ditengah-tengah pasar malam yang diadakan, yah, surga anak-anak.
Keisuke nampak begitu bahagia dengan berada ditengah-tengah dua orang tua-nya yang mengandeng di setiap sisi. [M/n] menatap lega melihat Keisuke terus menampakan senyum lebar.
"Ayah? [M/n]-san! Apa yang kalian lakukan?"
"Heh?!" Mereka menatap terkejut kearah Keisuke yang menatap lugu mereka. Pandangan [m/n] langsung melirik tajam Kenjiro–yang masih tersungkur–meminta pertanggung jawaban. Yap, mereka lupa menutup pintu rahasianya.
Kenjiro–dengan punggung sedikit nyeri–berusaha berdiri menghampiri anaknya, ia memegang pundak putranya "kenapa kau bisa masuk ke kamarku?" Kenjiro tak begitu bodoh untuk membiarkan pintunya tak terkunci selama ia merenung dengan menatap foto-foto [m/n]. Itu cukup memalukan jika ketahuan.
"Memakai kunci?" Jawab Keisuke dengan pandangan lugu, ia berkedip beberapa kali yang tak sadar sesaat membuat serangan jantung pada seseorang.
'astaga, aku merindukan anak ini' –[m/n], seminggu tak bertemu jujur membuatnya tersiksa.
Keisuke lalu menoleh pada [m/n], memasang senyum paling manisnya, "[m/n]-san aku merindukanmu!" [M/n] tak tahan lagi, sadar-sadar sudah mengunyel-ngunyel sepasang pipi gembul dan menciuminya. Keisuke tertawa merasa geli dengan perilaku [m/n]. Sedangkan Kenjiro sweetdrop melihat adegan tersebut, merasa [m/n] berperilaku seperti pedofil.
'apa harus ku hentikan?' Kenjiro bimbang.
Kenjiro tersentak saat kesadarannya kembali ketika pundaknya ditepuk oleh [m/n], Kenjiro tampak berkedip beberapa kali sebelum benar-benar sadar.
"Ah, apa kalian sudah membeli gula kapasnya?"
[M/n] memutar matanya dan sepasang mata itu menuju Keisuke, bocah itu memegang sebuah gula kapas yang sudah kempes sebagian karena gigitannya.
"O-oh.."
"Sudahlah lupakan, kita jalan lagi?" Ajak [m/n] dan mereka berdua meninggalkan pria yang paling tua.
"W-woy, tunggu aku!"
[M/n] tampak tak memperdulikan Kenjiro yang berlari di belakangnya dan terus berjalan lurus sembari menggandeng Keisuke. Tetapi langkahnya terhenti yang mengakibatkan Kenjiro menabraknya sampai mundur beberapa langkah.
"Adu-duh.. Kenapa lagi, sih?" Kenjiro kesal dengan berhentinya [m/n] tiba-tiba.
[M/n] tak menjawab, memilih menatap apa yang mengalihkan perhatiannya. Kenjiro bergumam antara kesal dan penasaran, ia mencondongkan tubuhnya dari balik bahu [m/n] dan mencari apa yang [m/n] pandangi.
"Wah! Sasaran tembak!" Seru Keisuke spontan, menunjuk sebuah stan yang sebenarnya itulah yang [m/n] pandang. "Mau ke sana!" Keisuke menarik lengan [m/n] agar pria itu berjalan mengikutinya tanpa tau sebenarnya [m/n] sudah ingin ke sana.
Kenjiro mendengus, berjalan menyusul mereka berdampingan dengan [m/n], "apa pemiliknya masih sama?"
"mana mungkin" Jawaban [m/n] penuh nada tidak percaya dibalas kekehan Kenjiro, 'mungkin saja'
Merekapun membayar setelahnya Kenjiro menerima senapan mainan dari si penjual, "siapa yang mau menembak?" Keisuke langsung mengangkat kedua tangannya dengan antusias meminta senapan mainan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SON【Tokyo Revengers】
FanfictionSon!Sano Manjiro/Mikey x Father!Male!Readers •••• Berpusat tentang dirimu dan masalah kotamu, Sakura. [M/n] adalah bukit, bukit licin yang sulit untuk di panjat. Tetapi ia memiliki celah mutlak, dan celahnya berusaha menghilangkan celah itu sendir...