Sepuluh

11 2 0
                                    

Diantara sadar dan tidak sadarnya ia mendengar seseorang memanggil namanya lirih, suara isak tangis terdengar, matanya terpejam, tubuhnya terasa hampa begitu pula dengan hatinya.

Mila membuka matanya, tubuhnya terasa lemas dilihatnya infus yang terpasang di tangannya, ia melihat keseliling ada kakak dan adik adiknya, dan ada seseorang yang menggenggam tangannya dengan erat. Orang itu terlelap disamping ranjangnya.

"Auw"erangnya lirih berusaha tak membangunkan mereka yang tengah terlelap, ia bangun dari tidurnya. Ia membelai lembut sosok pria yang menggenggam tangannya itu ia tersenyum melihatnya.

Dheg

Rasa nyeri menyerang jantungnya, ia memejamkan matanya sembari memegangi dadanya yang terasa sakit itu, berusaha untuk tidak mengeluarkan suara. Ia melepaskan infus yang ada ditangannya dan berusaha melepaskan genggaman itu dari tangannya, namun malah membuatnya terbangun.

"Mila"ucap pria itu kemudian memeluk Mila erat, wajah Mila memerah ia terkejut dengan itu jantungnya semakin terasa sakit nafasnya tak teratur, ia melepaskan pelukan Irfan.

"Iya ini gue"jawabnya singkat masih menahan sakit itu.

"Loe gak papa ada yang sakit?"tanya Irfan, Mila menggeleng lagi lagi ia berbohong tentang kondisi tubuhnya.

"Syukurlah, loe tadi tiba tiba pingsan kata dokter loe kecapek an"jelas Irfan, tatapannya lembut.

"Ah mungkin karna gue terlalu sibuk jadi lupa istirahat"jawab Mila, kemudian membelai lembut wajah Irfan.

"Hangat"ucapnya lirih, ia kembali terpejam rasa sakit itu tak bisa ia tahan. Sentak Irfan menyangga tubuh Mila yang hampir jatuh dari ranjangnya, dilihatnya infus yang terlepas dari tangan Mila. Irfan merebahkan kembali tubuh Mila yang tadinya dalam posisi duduk, nafas Mila tak teratur begitu pula dengan denyut nadinya. Irfan memanggil dokter untuk segera memeriksa keadaan Mila. Jantung Irfan berdetak 2 kali lebih cepat ia berharap tak terjadi hal buruk terhadap Mila.

Kedua kakak Mila terbangun karena suara tadi dilihatnya seorang dokter yang tengah memeriksa keadaan adiknya.

"Mila kenapa?"tanya Mega yang setengah mengantuk itu.

"Tadi Mila sempet sadar tapi dia pingsan lagi"jawab Irfan lirih. Mega dan Dion menghela nafas mereka tak menyangka kejadian ini akan menimpa adiknya.

"Dia tidak apa apa hanya perlu istirahat yang cukup saja"ucap dokter yang memeriksa keadaan Mila.

"Baik dok terimakasih"jawab Irfan.

"Kalau begitu saya permisi"ujar dokter itu kemudian berjalan keluar kamar pasien.

Irfan kembali duduk di samping ranjang Mila ia menggenggam erat tangan Mila, tangannya terasa dingin. Ia menundukkan kepalanya dalam dalam setetes demi setetes air matanya turun membasahi pipinya. Dion membelai punggung Irfan berusaha untuk tetap tegar menghadapinya.

Pagi yang cukup cerah, Mila mebuka matanya untuk kedua kalinya ia bangun dari tidurnya. Mega yang baru masuk setelah pergi beberapa saat melihat adiknya telah sadar sentak memeluknya, hatinya lega melihat adiknya telah sadar dan masih berada disisinya.

"Kak"ucap Mila lirih.

"Ya kenapa sayang"ucap Mega sembari membelai rambut adiknya.

"Udah berapa lama aku pingsan"tanyanya masih dengan suara lirih.

"Gak lama cuman semalem"jawab Mega sembari tersenyum.

Mila melihat ke arah Irfan yang masih terlelap sembari menggenggam tangannya.

"Irfan nungguin kamu semaleman dia cemas sama keadaanmu"jelas Mega. Mila mengangguk lirih.

"Kak gimana keadaan Nadia"tanyanya lagi.

Power Of Girls (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang