VII. Zaqseane Haverton

12.8K 1.6K 150
                                    

Sinar matahari pagi keemasan mengintip dari celah gorden memberikan nuansa hangat pada ruangan, cuaca yang seperti inilah yang sangat cocok untuk melakukan aktivitas diluar ruangan.

kemarin sore Arsel meminta pelayan untuk menyiapkan kereta untuk pergi ke pasar di ibukota. Dengan alasan 'membeli hadiah untuk ayah' katanya. jika beruntung ia mungkin akan bisa melihat Sean sebentar.

Arsel saat ini sedang duduk menopang pipinya menatap bosan. Terlihat dibelakangnya dari patulan cermin Rose dan Rika sedang berdebat tentang pakaian apa yang harus tuan muda kenakan. padahal hanya pergi keluar, tapi keduanya sudah ribut dari saat matahari belum muncul.

Arsel sudah mulai akrab dengan beberapa pelayan dan ksatria disini, walaupun dengan watak Arselion yang kadang suka meledak ledak, memang butuh usaha.

Yang akhirnya Arsel pergi memilih sendiri setelan kemeja sederhana dengan rompi coklat. Arsel tidak mau terlihat seperti lampu berlian berjalan disekitar warga kota, jadi ia hanya memakai setelan sederhana ini.

Arsel pergi keibukota dengan Rose, Rika dan beberapa kesatria tambahan, mereka bersama sama menyamar sebagai rakyat biasa untuk menghindari perhatian yang tidak perlu.

Waktu tempuh dari kediaman Cortten keibukota dengan kereta memakan waktu kurang lebih 2 jam, yah sedikit melelahkan memang. itulah salah satu kekurangan transmigrasi ke jaman kuno, yaitu transfortasi.

Rika seorang kesatria wanita sangat tinggi, ia ingin menopang Arsel tapi ditolak, jadi ia hanya bisa cemberut mengikuti dibelakang.

"Aku ingin itu, ingin itu juga, itu, itu, dan itu. kemas semua terus kirim barang dan tagihannya kekediaman Cortten, ehh sepertinya toko itu bagus deh ayo kesana!" Perintah Arsel sambil menunjuk beberapa toko, bahkan saat ia hanya melirik dan yang lainnya akan pergi ketoko selanjutnya.

Awalnya Banyak Pedagang kurang memperhatikan bocah sombong itu, walaupun pakaian yang dia kenakan tidak lusuh tapi mereka tidak yakin ia bisa membayar semua dagangan yang ia tunjuk, tapi saat mereka mendengar kata 'kediaman Cortten' mereka tidak berani ceroboh dan dengan sigap mengemas semua barang yang Arsel inginkan.

Arsel mengitari setiap kios, ia menemukan banyak barang menarik, tapi lama lama ia mulai menjadi bosan dan sedikit lelah. Arsel juga belum menemukan toko buku yang menjadi alasan utamanya untuk pergi keluar.

Rika menatap tuan muda lalu menyipitkan matanya ke atas kearah matahari yang terik, "Tuan muda sudah tegah hari, bagaimana jika istirahat di kedai itu dulu, biar aku saja yang pergi mencari toko buku" Ujar Rika menunjuk salah satu kedai yang tidak jauh dari sana.

Arsel mengangguk sambil menekuk alisnya "Rika kamu lupa, jangan panggil aku tuan muda disini"

"Baik tuan muda, oh arsel"

"Tunggu sebentar" Arsel kemudian menarik Rose kedalam kedai dan pergi memesan beberapa makanan penutup, rose yang ditarik hanya tersenyum mengikuti dibelakang Arsel, tak lama arsel keluar dengan bingkisan kecil ditangannya.

"Baiklah, bawa ini"

"baik tuan muda" Rika terpana lalu memandang bingkisan ditangannya, ia sangat terharu dengan hadiah kecil ini. Iyapun pergi mencari toko buku sambil tersenyum bahagia. Bahkan jika kamu memperhatikan terdengar nyanyian rendah darinya.

----

Dilain sisi

Arsel melihat makanan yang ada dimeja, ia sedikit sedih, walaupun ada beberapa hal yang tidak dimiliki didunianya Ahhhh tapi tidak ada yang bisa menggantikan macaron dan roti cotton chesecake Jepun kesukaannya

"Rose mengapa yang lainnya tidak makan?" Ujar Arsel sambil mengunyah kue yang mirip blueberry shortcake.

"Kami tidak lapar tuan muda" Arsel mengernyitkan alisnya, bagaimana bisa kamu tau yang lain juga tidak lapar? Aku memang anak-anak tapi aku bukan anak biasa.

[BL] RUN AWAY FROM THE PLOT!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang