Tempat Pulang

13 1 2
                                    

Quest 9 : Pertemukan tokoh utama dengan seseorang yang selalu bisa menenangkannya jika sedang menghadapi konflil keluarga. Pemberian nama bab terserah dan jangan lupa ketentuan yang berlaku.

Malam semakin larut tapi Raina masih membuka matanya. Enggan untuk tertidur dikala waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 malam.

"Gue gak bisa tidur. Gue mau cari angin aja deh!" ucap Raina sembari bergegas bersiap dengan hoddie berwarna hitam, rok hitam dan kerudung hitam ditambah sepatu kets warna hitam yang ia jinjing.

Perlahan ia mulai membuka pintu utama dan ditangan kanannya ia membawa helm beserta kunci motor. Setelah berhasil keluar Rania langsung menggunakan sepatu dan berjalan kearah motor yang terparkir digarasi.

Perlahan Rania mulai mendorong motor matic berwarna hitam itu menuju gerbang utama dan setelahnya ia membuka gerbang itu dan kembali mendorong hingga sampai ke persimpangan jalan. Barulah ia mulai menjalankan motor itu hinggga ia sampai di sebuah tempat yang sangat menyejukan.

Sebuah gubuk yang sengaja dibangun oleh Ayah dan orang tua kedua sahabatnya dilahan milik keluarga Raina.

Perlahan Raina mulai menaiki setiap unduk anak tangga supaya ia bisa segera membuka pintu gubuk itu. Gubuk itu dibangun diantara dahan-dahan pohon yang besar. Jika malam Raina bisa melihat pemandangan bintang-bintang dan rembulan yang bersinar terang. Jika pagi dan sore ia bisa melihat burung-burung yang berkicau dan tentunya sunset juga sunrise.

Setelah berhasil membuka pintu gubuk itu, Raina segera menghidupkan lilin yang sengaja ia bawa tadi.

Tanpa Raina ketahui, seseorang tengah duduk dipojok sebelah kanan yang sangat jauh dari pencahayaan rembulan.

"Nyaman...," ucap Rania sembari mulai merebahkan tubuhnya dilantai-lantai gubuk itu.

"Gimana gak nyaman orang sepi juga," ucap seseorang dari arah belakang.

"Kaya ada yang ngomong. Hello who are you? Ehh emang hantu bisa bahasa inggris?"

"Gue human bukan hantu," ucap bayangan hitam itu.

"Tuh kan. Lo siapa? Hantu dari mana?" balas Raina.

"Hantu, hantu ini gue!" sanggah bayanga hitam itu kembali.

"Gue tuh siapa? Lo punya namakan? Kuntilanak aja punya nama masa lo kagak!" balas Raina asal.

Pletak

Dengan sengaja ia melempar Raina dengan bola basket yang ada disana.

"Sakit ihhh...," ucap Raina.

"Lagi lo kek gak tahu siapa gue! Malah bawa-bawa hantu," balasnya.

"Maaf Ran, lagian lo ngapain disini?" jawab Raina.

"Terserah gue dong, lo yang ngapain ke sini? Lo lagi ada masalah ya?" tanya Randy.

"Ran, gue minjem bahu lo dong!" ucap Raina.

Tanpa dikomando Raina langsung menyenderkan kepalanya pada bahu tegap Randy. Kini posisi mereka tengah menghadap kearah luar dimana dilangit sana ada berjuta bintang yang tengah bersinar dengan cahaya yang mulai meredup.

"Bahu lo selalu nyaman Ran. Gue tahu lagi mau kemana kalau gue lagi ada masalah selain bersandar dibahu lo dan semedi di rumah pohon ini," jelas Raina dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Nangis aja Ran. Gue siap kok balik dengan bahu penuh ingus," canda Randy.

"Ran, kenapa semuanya sesakit ini? Gue capek Ran? Gue capek pura-pura bahagia dan tegar. Tapi gue gak mau jadi wanita lemah. Topeng gue harus bisa jadi semangat gue," lirih Raina dengan tangis yang mulai mengalir.

Perlahan tangan Randy mulai mengelus bahu kiri Raina dengan tangan kanannya.

"Gue capek Ran. Gue mau kaya mereka. Gue capek, hiks hiks. Kenapa? Kenapa harus gue?" tanya Raina kembali.

Tangis Raina semakin pilu dan Randy tak hentinya selalu mengelus bahu Raina.

"Lo bisa, gue bantu ya!" ucap Randy pada akhirnya.

Dalam hati Randy mulai merasa bersalah. Ia merasa bahwa kini ia tengah mengibarkan bendera perang dengan Kendra tapi Raina membutuhkannya.

"Ran, andai gue bisa milih dan andai waktu bisa diulang. Maka gue akan nolak jadi sahabat lo supaya gue bisa leluasa ngerebut lo dari Kendra. Lo gak bahagia bareng dia Ran. Tapi hati lo berkata lain. Gue bisa apa Ran? Di sini cuma gue yang merasa paling bego. Lo gak tahu sesakit apa hati gue. Tapi gue harus selalu bisa jadi tempat lo pulang dikala rumah utama lo gak berguna."

Mencintai sama artinya dengan melukai. Siap menerima segala resiko tanpa adanya persetujuan untuk mau menjadi korban keganasan perasaan.

Luka dan bahagai selalu datang diwaktu yang tak terduga. Siapkah kita untuk kecewa?
.
.
.
To Be Continue

644 Kata
Rin_Blueberry
wga_academy

2 AMIN 1 KEPASTIAN (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang