02. Rutinitas & Rival

102 34 37
                                    

Haiiiii

Apa kabar?

Jangan lupa vote dan commentnya ya♡-!!!!

Happy reading guys❤❤

Pukul dua pagi, Arunika terbangun dari tidur lelapnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul dua pagi, Arunika terbangun dari tidur lelapnya. Gadis cantik itu segera beranjak, berjalan ke meja belajarnya untuk mengerjalan perkerjaan rumahnya. Sudah menjadi kebiasaannya mengerjakan pr dan belajar di waktu dini hari begini, alasannya karena  menurutnya belajar di jam-jam segini sangat menenangkan dan lebih mudah menyerap pelajaraan.

Menuliskan rangkaian huruf dan angka, sesekali mengatukan pensil pada kepala ketika menemukan soal yang menurutnya sulit. Pukul tiga pagi dirinya bergegas kedapur, seperti biasanya bergelut dengan telur, tepung, gula dan bahan-bahan lain untuk membuat kue.

Arunika bukan gadis dari keluaraga kaya, bisa bersekolah di SMA Lentera Bangsa---salah satu Sekolah elite itu karena kecerdasam otaknya membuatnya memperoleh beasiswa disana. Alasan dirinya berkerja juga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ayah entah dimana Arunika juga sudah tak perduli akan itu yang Arunika utamakan adalah Sang Ibu yang kini sakit parah, ibu nya orang yang paling dia sayangi.

" Nika? "

" Eh ibu kenapa? "

" Sini ibu bantuin " Nirmala Sekar Sari---sang Ibu berjalan mendekat.

Arunika menggeleng " Ibu istriahat lagi aja ya " ucapnya dengan lembut.

" Runi "

" Udah bu ga papa kok " Arunika menggeleng pelan menuntun sang ibu untuk kembali kekamarnya.

Arunika kembali bergelut dengan peralatan dapur. Gadis itu mengikat asal rambutnya, menggulung lengan bajunya kemudian fokus dengan apa yang dia kerjakan. Pukul lima pagi dia bergegas untuk mandi kemudian melaksanakan kewajibannya. Pukul setengah enam dia membuat sarapan dan sebuah bekal yang akan dia berikan pada sosok pemuda pujaan hatinya. Lembayung.

" Ibu ayo sarapan " Arunika membuka kamar sang Ibu dengan sebuah nampan ditangannya.

Dengan telaten Arunika menyuapi sang ibu, membantunya meminum obat kemudian berpamitan untuk berangkat kesekolah. Lamgkahnya menyusuri jalanan kemudian berhenti diwarung-warung untuk menitipkan rotinya. " Aduh Arunika banyak banget loh yang minat, katanya roti buatan kamu enak "

" Hehe bisa aja si ibu "

" Ini hasil penjualan kemarin, laku keras! " Bu Tari pemilik warung itu menyerahkan dua lembar uang berwarna biru dan satu lembar berwarna hijau.

" Makasih ya Bu! " Arunika tersenyum ramah.

Bu Tari mengangguk, menarik tas  Arunika " Eh eh ini buat ongkos "

HEY LEMBAYUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang