25. Ayah Arga?

410 32 7
                                    

"Eh, Kei

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eh, Kei. Apa Kakak boleh minta tolong antarkan roti ini pada bapak yang duduk di sebelah sana? Kakak ingin buang air kecil," ucap Gio sambil menahan pipis.

"Baiklah, Kak." Keina mengambil alih paper bag yang Gio pegang, lalu ia berikan pada orang yang Gio maksud.

"Permisi, Pak," sapa Keina membuat lelaki paruh baya itu menoleh.

"Ini pesanannya, Pak," ucap Keina sambil memberikan paper bag yang berisi lima buah roti.

"Oh, iya. Letakkan saja di situ, terima kasih."

Keina mengangguk. Dirinya pun hendak pergi, tetapi sapaan Irfan membuatnya menoleh.

"Kei," panggil Irfan tepat di sebelahnya.

"Iya, ada apa, Kak?" tanya Keina.

"Apa Arga tidak masuk kerja?" tanya Irfan membuat lelaki paruh baya itu menghentikan aktivitasnya, bahkan sebuah foto yang ia pegang sempat ia letakkan di atas meja saat mendengar nama anaknya disebut.

"Arga masuk, tetapi malam. Apa ia tidak bilang pada Kakak?" tanya Keina balik.

Apa gadis ini temannya Arga? Apa ia tahu, Arga berada di mana? batin lelaki yang berada di hadapan Keina.

"Malam, ya?" Irfan tampak berpikir, mungkin lebih tepatnya mencoba mengingat sesuatu.

"Ah, iya. Kakak baru ingat, dia sudah bilang pada Kakak, heheh. Ya sudah kalau begitu, Kakak duluan, ya. Mau antar pesanan lagi," ucapnya pamit.

"Baiklah, Kak." Gadis itu hendak pergi, tetapi lelaki paruh baya itu memanggilnya.

"Eh, Kamu."

"Iya, Pak? Apa ada yang bisa saya bantu?" tawar Keina dengan sopan.

"Apa saya bisa bicara denganmu sebentar?" tanya lelaki itu.

"Mau bicara apa, ya, Pak?"

"Tentang Arga."

Arga?

Keina pun duduk di hadapan lelaki itu.

"Sebelumnya perkenalkan, saya Pak Adi. Saya dengar, kalian berdua tadi menyebutkan seseorang yang bernama Arga, apa ia bekerja di sini?" tanya Pak Adi.

"Iya. Arga memang bekerja di sini. Maaf jika saya boleh tahu, Bapak ini siapanya Arga?" Sebuah pertanyaan yang membuat Pak Adi terdiam sebentar. Lidahnya bahkan kelu untuk mengucapkan sesuatu.

Dengan sedikit ragu, tetapi yakin lelaki itu berkata, "Saya adalah ... ayahnya."

•••

Setelah pulang kerja, gadis itu tidak langsung pulang ke rumah. Melainkan pergi ke rumah Bu Kokom untuk menyerahkan sisa utang orang tuanya kemarin.

ARGAKEINA✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang