Dira's pov
Dari awal memang sudah menaruh rasa curiga sama keputusan bunda yang meminta gw untuk pulang secara tiba-tiba.
Terjawab sudah kegelisahan gw belakangan ini ketika gw tiba di rumah. Terkejut? Jelas terkejut bukan main, berharap kedatangan gw di sambut pelukan hangat, ekh.. nyatanya malah di hujani puluhan kalimat yang sampai sekarang bikin gw serasa gila.
Ayah cerita kalau kemarin ada laki-laki yang datang ngelamar gw, dia sudah memiliki niat untuk menikahi gw sejak pertama kali kita bertemu.
Bentar, bentar! Pertama kali bertemu? Gw sama itu orang pernah ketemu? Bodo amat lah.
Pokok nya tentang siapa orang itu? Dimana pertemuan pertama kita? Gw juga gak tau jawabannya, yang jelas bukan itu masalahnya.
Masalahnya sekarang adalah, kenapa ayah sama bunda langsung nerima lamaran tu orang? sedangkan posisi gw saat itu masih di pesantren.
Ya lordd...
Flashback on
Mobil sport hitam memasuki pekarangan rumah keluarga Prawira. Exactly, itu adalah mobil Ahkam yang baru saja tiba setelah menjemput adiknya Dira dari pondok.
Sesampainya nya dirumah, salah satu penjaga langsung bergegas membukakan pintu mobil untuk Dira, dan penjaga yang lainya berinisiatif membuka pintu rumah tuannya.
Dira dan Ahkam langsung mengucap kan salam begitu sampai di ruang tengah rumahnya.
"Assalamualaikum bun, ayah" ucap keduanya tak lupa pula mencium tangan ayah bundanya satu persatu.
"Wa'alaikumussalam," jawab orang tuanya
"Bi.., saya minta tolong bawain tas Dira ke kamar nya yah!" lanjut bunda pada asisten rumah tangga nya.
"Baik bu..." jawab bu Inah.
"Sini sayang, duduk dulu kamu pasti capek kan?" ucap bunda pada putri semata wayangnya.
Sedangkan Ahkam sudah berlalu menuju sofa untuk merebahkan tubuhnya yang letih karna menyetir cukup lama."Ekhem, Dira.. Ayah mau bicara penting sama kamu.." ayah membuka suaranya
"Bicara penting apa yah?, Dira gk jadi di pesantren in yah? Dira setuju Yah pake banget klw itu.." balas Dira dengan wajah yang sumringah
"Dengerin dulu kalau orang tua ngomong tu dek, kebiasaan.." ucap Ahkam sambil meraup wajah adiknya dengan tangannya.
"Ishhh.." balas Dira dengan wajah cemberut
"Bukan, Ayah mau bilang kalau kemarin ada laki-laki yang dateng melamar kamu. Menurut ayah sama bunda dia cocok jadi suami kamu, dan kita juga yakin dia bisa bimbing kamu jadi wanita sholehah seperti harapan ayah sama bunda" beber Wira pada putrinya
Sedangkan Dira hanya merespon dengan wajah terkejut dan mulut terbukanya.
"Jadi gimana...? Kamu mau kan?.." tanya bunda pada putrinya yang masih meneruskan ekspresi jeleknya.
"Ehh,.." balas Dira sambil menggelengkan kepala nya guna menyadarkan bahwa dia tidak sedang mimpi
"Mau apa bunda..? Me.. Menikah maksudnya bun?" tanya Dira
"Iyahh, menikah. Mau kan?" jawab bunda
Sedangkan ayahnya hanya memperhatikan anak dan istrinya yang tengah berbincang."Enggak! Dira gk mau bund, Yah. Dira masih sekolah masa iya nikah, apa kata temen Dira?
Lagian juga Dira belom liat calon nya ntar kalau orang nya galak, kasar, apalagi tuaa.. Hiiii.., amit-ami. Pokoknya Dira gak mau bund, titik!" protes Dira kemudian melipat kedua tangan nya di depan dada menandakan bahwa dia sedang kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Yang Menentukan [On Going]
Fantasy⚠awas baper⚠... Takdir ku yang menentukan jalan hidupku, di usiaku yang baru menginjak 18 th mengharuskan ku untuk membangun dan menjalani bahtera rumah tangga dengan lelaki yang jauh lebih dewasa dariku. Ya, aku lah Adira Azzahra si wanita yang jau...