Bagian 5

71 14 0
                                    

"beda apanya?" tanya Dira masih dengan wajah datar dan malas.

"Suasananya" jawab Ahkam.

***

Sarapan pun kini telah usai, itu berarti waktu nya mereka berangkat menuju sekolah baru Dira. Kini mereka berempat sudah berada di mobil MPV berwarna putih yang siap melaju kapanpun.

Disepanjang perjalanan Dira sama sekali tidak mengeluarkan suara, ia hanya melamun sambil memperhatikan sudut kota dari kaca mobil yang sengaja dia buka.

"Dir, kok kamu ngelamun terus sih?" tanya Rasita

"Muka nya jangan di sedih - sedihin gitu dong!" sahut papa nya sambil terkekeh

"Ck, papa ikh.." jawab Dira dengan ruat wajah kesal

"Udaah, kamu gk usah manja! Bentar lagi kita tuh" balas papanya lagi

"Pah, emang aku mau sekolah di mana sih? Kok bawa koper segala?" tanya Dira

"Owh, atau jangan - jangan papa mau bawa aku ke pesantren ya?" tebak Dira

"Yap, exactly" sahut papa

"What? Oh my god. Dad, come on! Papa kan tau aku orang nya kaya apa, aku gak suka dengan ilmu agama, aku gak suka mengaji,aku gak pernah sholat, dan aku gak akan mau menutup aurat. Tapi kenapa papa bawa aku ke sanaaaa?" beber Dira diakhiri dengan kalimat memelas.

"Ucapan kamu itu adalah jawaban papa." jawab papanya

"Hadeuhhhh...." geram Dira

"Udah dong Dir, disana itu gk seburuk yang kamu kira kok." ucap Rasita mencoba Menenangkan putrinya

"Kok bunda bisa ngomong kek gitu? Emng bunda pernah apa mondok?" tanya Dira dengan nada sedikit meledek

"Eits.., jangan salah. Justru papa ketemu bunda di sana loh" jawab papa nya bangga

"Ummmm.." respon Dira sambil mengangguk-anggukan kepalanya

Tak terasa, kini mobil keluarga Dira sudah memasuki gerbang pesantren Nurul iman. Wira langsung memarkirkan mobil nya tepat di pekarangan rumah pemilik pesantren tersebut. Wira dan Rasita langsung turun di ikuti oleh Dira yang tengah menampilkan wajah masam nya.

Tak lama kemudian, mobil yang di kendarai oleh Ahkam pun tiba. Ahkam langsung turun dan menghampiri keluarganya. Ahkam sengaja mengendarai mobil sendiri, karna sepulang dari sini dia langsung pergi ke kantor.
Dihalaman rumah terlihat Ahmad dan Maryam istrinya sedang menunggu kedatangan keluarga Dira.

"Assalamu'allaikum" ucap Wira sambil menyodorkan tangan nya ke arah Ahmad

"Wa'allaikusalam.." jawab Ahmad dan Maryam serempak

"Mashaallah, gimana kabar mu Wir?" tanya Ahmad

"Alhamdulillah, saya baik. Kamu sekeluarga gimana Mad, sehat kan?" balas Wira

"Alhamdulillah... seperti yang kamu lihat, saya dan keluarga sehat" ucap Ahmad yang sesekali di selingin tawa bahagia karna akhirnya bisa bertemu kembali dengan sahabat karibnya.

"Kita lanjut ngobrol nya di dalam saja yuk!" ajak Maryam

"Astagfirullah, saking senangnya saya sampe lupa ngajak kamu masuk Wir." ucap Ahmad sambil terkekeh

"mari silahkan masuk" lanjutnya di sertai dengan senyum yang merekah di bibirnya.
"Ayo nak!" ajak Maryam pada Dira sambil merangkul pundak Dira dengan kedua tangan nya bermaksud untuk mengajak Dira untuk segera masuk ke dalam rumahnya.

"Baik tan" jawab Dira

"Kalau di sini gak ada yang panggil saya tante sayang, panggil saja umi!" titah Maryam pada Dira yang di sertai dengan senyuman ramah nya

Takdir Yang Menentukan [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang