"Bismillah, inshaallah saya siap tan untuk menjadi guru privat sekaligus membimbing Dira" ucap Azzam jelas, tak lupa pula dengan bulan sabit yang bertengger di wajahnya.***
Sang surya sudah beranjak yang tadi nya di sebelah timur kini sudah berada tepat diatas kepala. Itu menandakan bahwa hari sudah siang, dan nampakkan hari ini sang surya tengah berbahagia, itu terbukti dari semangat nya dia dalam memancarkan cahaya untuk buminya.
Kini sudah pukul 11.52 siang, dan sebentar lagi adzan dzuhur berkumandang
"5 menit lagi adzan dzuhur, lebih baik kita menuju masjid sekarang" Ahmad membuka suara dan kemudian di setujui oleh mereka semua kecuali Dira.
"Akh iya... Kebiasaan kalau sudah ngobr suka lupa waktu" balas Wira dengan kekehan sambil melihat jarum jam ditangan nya.
"Ya sudah kalau gitu, yang laki-laki mari kita ke masjid pesantren, sedangkan yang perempuan sholat di rumah saja ya!" titah Ahmad pada semua orang
Semua orang kini sudah beranjak dari ruang tamu tersebut, yang laki-laki kini sudah di ambang pintu untuk pergi ke masjid, tersisa Rasita, Dira dan Maryam.
Dira's Pov
"Ya sudah kalau gitu, yang laki-laki mari kita ke masjid pesantren, sedangkan yang perempuan sholat di rumah saja ya!" titah Ahmad pada semua orang
Ucapan Abi sungguh terngiang-ngiang di kepala ku, saat abi Ahmad menyuruh kami semua melaksanakan sholat aku bingung, karna sudah lama aku tak melakukan nya. Aku bingung bukan karna lupa akan bacaan nya, melainkan aku malu dengan-Nya karna sudah terlalu lama mengabaikan nya.
Oww astagaaa, baru hitungan jam aku berada di lingkup area ini. Tapi, itu sudah mencairkan hati ku yang tadi nya membeku. Tempat ini sedikit-sedikit ingin menghancurkan kesombongan yang tertulis di hatiku.
Ya tuhan harus kah aku menerima hukuman ini?
Sebenarnya aku tidak terlalu khawatir menjalani hukuman ini, tapi yang ku khawatirkan adalah aku tak bisa hidup jauh dari kedua orang tuaku. Senakal-nakal nya diriku, aku belom pernah hidup berpisah atau jauh dari orang tuaku."Mari jeng ikut saya ke belakang untuk mengambil wudhu" ajak Umi kepada Bunda.
Note: ( baca jeng nya gk lebay ya!!, sebenarnya author bingung nama panggilan nya apa😅)Terdengar suara umi yang mengajak bunda untuk berwudhu, berbeda dengan ku. Aku masih hanyut dalam pikiran ku.
"Dira!, kok masih berdiri disitu? Cepat ambil wudhu sana! " suara bunda mengagetkan ku.
"Ekh.., a..akh iya bun, Dira wudhu dulu" jawabku
Setelah aku selesai berwudhu, aku memasuki ruangan yang cukup luas dan lengang, kosong tanpa ada barang apapun kecuali lemari yang berisi alat-alat sholat serta kitab-kitab. Setelah beberapa saat baru ku mengerti, ternyata ini ruangan yang memang sengaja di buat untuk tempat sholat para penghuni ndalem khususnya para perempuan.
Allahu akbar...
Terdengar suara umi yang sudah mengucapkan takbir pertanda sholat nya sudah dimulai.
Entah kenapa ada sedikit getaran yang menerpa kalbu ku, sesaat setelah umi mengucap takbir. Bahkan rasa nya seperti ada bulir bening yang memaksa untuk terjun bebas di kedua pipiku. Namun, sebisa mungkin aku menahannya agar dia tidak lolos dari pelupuk mata ku.Setelah sholat selesai, umi melafalkan doa-doa, sedangkan aku dan bunda meng aamiin kan nya.
"Ya tuhaaan, apa yang terjadi dengan diriku? Kenapa aku merasa ada getaran dahsyat yang menerpa jiwaku? Apa maksud dari semua ini?" batinku yang tengah bertanya-tanya tentang kegundahan hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Yang Menentukan [On Going]
Fantasía⚠awas baper⚠... Takdir ku yang menentukan jalan hidupku, di usiaku yang baru menginjak 18 th mengharuskan ku untuk membangun dan menjalani bahtera rumah tangga dengan lelaki yang jauh lebih dewasa dariku. Ya, aku lah Adira Azzahra si wanita yang jau...