Bagian 1

93 21 8
                                    

Hari ini adalah hari pertama Dira bersekolah kembali setelah libur akhir semester I. Ya, kini Dira duduk di kelas 12 Teknik Elektronika semester II, Rara memiliki 4 orang teman yaitu Dimas Prayoga, Sinta Aulia, Bayu Permana, dan Mahendra Dika yang sudah ia kenal sejak kelas 2 SMP. Jadi, sudah tidak diragukan lagi pasal kekompakan dan chemistry nya.

Dira dikenal sebagai anggota paling pintar di antara mereka berlima, mulai dari pelajaran Matematika, sastra, B.Indonesia, sampai olahraga. Tapi tidak dengan pelajaran agama, itu sungguh membosankan katanya.

Pagi ini Dira sedang memoles wajah cantiknya di depan cermin yang terpasang di kamarnya, tidak terlalu menor hanya sekedar bedak bayi dan sedikit lipbalm di bibir mungilnya. Cocoklah untuk standar make up anak sekolah. Biarpun dia anak yang di kenal berandal, tapi dia tidak terlalu suka dengan make up yang terlalu tebal.
Sedang dari luar kamar terdengar suara derap langkah kaki seseorang, dan tiba-tiba langkah itu terhenti tepat didepan pintu kamarnya.

Tok tok tok...

"Dira sayang, ayo cepet dandan nya nanti keburu telat loh.Ini udah jam 06.15 nak, kamu harus sarapan dulu sebelum berangkat sekolah, takut maag nya kambuh lagi sayang.." Ucap Rasita yang tak lain adalah ibunda Dira.

Bunda Dira memang sangat perhatian terhadap anak perempuan semata wayang ini, ya walaupun anak nya ini lumyan cukup bandel. Tapi Rasita percaya suatu saat nanti anak nya bisa berubah menjadi lebih baik, tinggal tunggu waktunya saja.

"Bentar bun, Dira pake sepatu dulu..." teriak Dira dari dalam kamarnya.

"Yaudah sayang, bunda tunggu di meja makan ya, cepetan gak pake lama, papa kamu udah mau berangkat.." balas Rasita.

Rasita kembali turun ke bawah menuju ruang makan untuk melayani suaminya sarapan dan menyelesaikan sarapan nya yang sempat tertunda.

Tak lama terdengar suara langkah kaki seseorang menuruni anak tangga dan muncul lah seorang gadis cantik berpenampilan anak sekolah dengan rok span berwarna abu yang panjang nya semata kaki, tas slinbag, dan rambut lurus sebahu yang di biarkan tergerai. Sungguh cantik gadis itu tapi lebih cantik lagi kalau dia mengenakan hijabnya.

"Selamat pagi semuaaa.." teriak Dira di barengi dengan senyuman yang terukir di bibir nya, dan sontak membuat semua orang yang ada di ruangan tersebut menutup telinga nya karna saking melengking nya suara yang di keluarkan oleh Dira.

"Astagfirullah Dira! Ini masih pagi, kamu maen teriak-teriak aja. Emang ini di hutan apa!" ucap Ahkam kesal.

" Hehehe... maaf kak, aku kan lagi seneng. Soalnya sebentar lagi bisa ketemu sama temen-temen aku, uuhh kangen bnget rasanya." Ucap Dira dengan senyuman yang mengembang di bibirnya dan tangan yang di tangkupkan di depan dada serta pandangan mata bahagia yang melirik ke atas membayang kan kebahagiaan yang ia khayalkan. Karna sebentar lagi dia akan bertemu sahabat yang sangat diridukan nya sebab selama ± 2 minggu kemarin tidak sempat berkumpul, itu karena Dira dan keluarganya mengisi waktu liburan di rumah kakek neneknya yang ada di Surabaya sambil menemani papa dan kakaknya mengurusi urusan kantor cabang milik mereka yang ada disana, Sekalian buat refreshing juga.

"Apaan, Cuma temen berandal kaya gitu aja di kangenin." Balas Ahkam dengan nada sinisnya.

" Ih, apaan si kak, pagi-pagi udah ngajak berantem." Balas Dira yang tidak kalah sinis nya.

Baru saja Ahkam hendak membuka mulutnya untuk membalas perkataan adiknya, papa mereka langsung membuka suara.

"Ahkam, Dira.. tidak baik bertengkar di depan meja makan seperti ini!" ucap Prawira, papa mereka dengan nada nasehatnya namun terdengar tegas.

"Maaf pah.." ucap Ahkam sambil menghembuskan nafas gusarnnya, untuk meredam kesal terhadap adiknya.

Sedangkan Dira menampilkan wajah datarnya sambil memakan pisang yang ada di tangan nya tanpa merasa bersalah sedikit pun pada papa nya atau kakanya itu.

Takdir Yang Menentukan [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang