Bismillahirrahmanirrahim
🍂
Selepas salat Isya di masjid, sepanjang jalan pulang, ia terus terbayang-bayang sepasang mata yang tak sengaja ditatapnya siang tadi.
Saat ia mengisi kajian tadi siang, matanya tak sengaja melirik gadis bercadar di barisan belakang khusus akhwat. Entah mengapa, memorinya terus berputar di ketidaksengajaan yang berlangsung kurang dari satu menit itu.
“Kayanya dia enggak asing. Tapi di mana ya?” dari gelagatnya jelas sekali jika ia tengah mengingat-ingat sesuatu. Hingga tak sadar sudah sampai—bahkan masuk ke dalam rumah.
“Salam, Bang, malah jalan sambil bengong.” Tegur sang ibunda yang tengah menonton televisi di ruang tengah.
Azam tersadar dari lamunannya. Ia lantas menghampiri Rita, “Assalamu'alaikum.” Kemudian ia menyalami tangan ibunya.
“Wa'alaikumsalam. Mikirin apa sih?”
Azam menggeleng, “Kia di mana, Bun?”
“Tuh, di kamarnya. Kalo enggak ada, mungkin dia loncat dari balkon.” Ujar Rita acuh tak acuh.
“Kenapa lagi emangnya?” tanya Azam. Sekeluarga pun tahu betul bagaimana Azkia jika sang bunda sudah bicara seperti itu.
“Ya lagian adekmu itu, Zam. Masa tiba-tiba dia izin mau ikut temannya ke Korea? Dia iri, temannya naik pesawat malam ini, mau ke Korea. Kamu tau sendiri-lah gimana Kia soal cowok-cowok Korea itu. Heran Bunda. Emangnya gampang ngurusin ini itunya, tiba-tiba gitu? Dia izin jam tujuh, berangkat jam setengah delapan, ngaco. Udah kaya yang lagi izin main depan rumah aja.” Jelas Rita dengan nada kesal.
Azam terkekeh, “Yaudah Azam ke atas dulu.”
“Iya udah sana.”
Kemudian Azam menaiki tangga yang menuntunnya menuju kamar. Setelah berganti pakaian, Azam berniat menemui Azkia.
Tanpa mengetuk, Azam langsung menerobos masuk. Kebetulan Azkia memang jarang mengunci pintu.
“Kia? Di kamar mandi?” ia mengetuk pintu toilet kala tak melihat Azkia di kamarnya.
“Wah, jangan-jangan dia beneran loncat, lagi?” ia segera membuka pintu kaca yang menjadi penghalang balkon dan kamar tidur.
Saat melihat Azkia yang tengah duduk seraya bermain ponsel di sana, ia menghela napas lega.
“Galau? Kasian, enggak diizinin.”
Azkia lantas menoleh terkejut, “Tiba-tiba banget lo datang cuma mau ngomong gitu?” matanya memicing kesal.
Berharap Azam menghampiri untuk menghibur? Salah besar! Azam datang kepada Azkia itu pasti ada maunya. Kali ini, ia ingin mengetahui gadis bercadar yang sudah dipastikan bahwa itu adalah teman adiknya.
“Udahlah Dek, emang bukan rejeki lo buat ke sana sekarang. Nanti kalo udah giliran lo, pasti bakalan ke sana juga kok.”
Azkia menghela napas, “Enggak usah bahas, udah lupa.” Ia membalasnya dengan ketus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masya Allah Zaujati || Cinta Dalam Doa [ END ] REPUBLISH
Random⭕ Tahap revisi❗ ****** Bagaimana rasanya, saat dijodohkan dengan orang yang selama lima tahun terakhir kita labuhkan dalam doa? Dan bagaimana pula, rasanya mencintai seseorang yang bahkan kita sendiri...