sunrise

447 15 9
                                    

Aku merasa lemas karena menghabiskan tenaga dengan menangis. Dalam diriku terlalu banyak kemungkinan yang bermunculan bagaimana itu terjadi. Semakin aku memikirkannya, didalam diriku semakin sakit.  Aku lemas sekarang. Mungkin jika aku tidak sendiri maka aku akan meminta orang lain untuk menyetir. Aku sudah terlalu lama ditempat yang aku tak ketahui ini. Dan ini sudah hampir tengah malam. Lebih baik aku pulang dan melanjuti meratapi diri sendiri. Aku sempat berpikir bagaimana jika aku memberitahu ini kepada orangtuaku. Dalam bayanganku mereka pasti akan marah besar pada adikku itu. Jadi niat pertama itu tak akan aku lakukan. Lebih baik menyimpan ini sendiri sampai aku mati.

Ntah kenapa semakin jauh perjalanan menuju apartemenku ini, tangisan yang tadi baru saja terhenti mulai berlanjut lagi. Aku hanya mengutuk dalam hati bahwa mereka berdua adalah orang ter-brengsek yang pernah aku kenal. Astaga, mereka tanpa sehelai benang pun di atas kasur yang nantinya menjadi kasur aku dan dylan. Aku menyeka air mata dengan punggung tanganku. Dan merasa tenggelam jauh kedalam kekecewaanku.

    ***

"Kau pulang jam berapa semalam ?" Tanya Carla mengagetkan ku.

"Ntah. Aku tidak memerhatikan jam semalam. Tapi mungkin hampir tengah malam" sahutku pelan. Aku melihatnya mengangguk ragu.

Astaga. Aku benar benar tidak ingin membicarakannya sekarang. Aku tidak ingin menangis lagi setelah menangis semalaman. bahkan, menurutku semalam tadi lebih menguras dibanding olahraga betulan.

Dan juga, aku tidak mau mendengarkan luapan kemarahan Carla atas apa yang terjadi padaku. Percayalah, dia akan sangat,sangat murka jika mengetahuinya. Mengetahui bahwa kami yang sudah bertunangan, bahkan sudah berpacaran ketika kami masih remaja ingusan dan harus berakhir dengan aku melihat ia tidur dengan adikku sendiri. Aku yakin mereka berdua tidak akan dilepaskan begitu saja oleh Carla.

" bagaimana hubunganmu dengan Mike ? " tanyaku sambil menatap sayuran yang akanku potong. Melakukan kegiatan yang bisa melupakan sesuatu yang tak ingin kau pikirkan.

" oh, ntahlah. Aku pikir kami mempunyai awal yang menyenangkan "

" hei, berhati-hatilah. Awal yang menyenangkan kadang tak begitu pada akhirnya "

" jangan begitu sarkasme, Terresa. Terakhir kami bertemu, ia mengajakku ke jenjang yang serius. Ntahlah, sebetulnya aku pun belum siap untuk ini. Tapi usia kita sudah memasuki usia menikah. "

" dan ngomong ngomong, matamu hari ini seperti membesar. Apa pertemuan kemarin malam tidak lancar ? " tanyanya. Aku tahu dia memancing. Bagaimana tidak, aku hampir tidak bisa membuka mataku besar besar karena bengkak. Aku hanya terdiam sambil melanjutkn kegiatanku

" kau selalu seperti ini Terresa. Pulang sore atau malam, lalu pagi-paginya matamu sudah bengkak. seperti sekarang. Dan aku tahu kau tidak akan membicarakannya denganku. Dan aku mulai frustasi sekarang. " astaga, ia berbicara tanpa jeda dan cepat. itu sangat menjelaskan, dia betul-betul frustasi.

aku hanya terdiam. menghela nafas. aku juga sama sama frustasi seperti dirimu, Carla. ini sangat sulit untukku, sangat membuat frustasi.

" baiklah jika kau memang tidak ingin membicarakannya. katakan jika kau siap. oke ? aku akan selalu setia mendengarkan " katanya sambil memelukku. aku tersenyum sambil mengangguk.

" aku pergi dulu " katanya lagi setelah membawa burger buatanku. aku pun mendengar suara pintu tertutup.

maafkan aku Carla. aku akan menceritakan semuanya padamu. semua kejadian itu. semua rasa sakit yang aku rasakan. nanti.

                            ***

hari ini aku terus menyibukkan diri. dengan setumpuk berkas dikiri untuk di revisi. setumpuk dikanan yang sudah aku kerjakan. ntah memang kebetulan bosku berbaik hati meberiku setumpuk pekerjaan agar aku lupa dengan masalahku, atau ini hanyalah bentuk dendamnya padaku karena aku tetap memperjuangkan naskah yang menurutku bagus tetapi di tolak mentah-mentah olehnya dengan seribu alasan. lalu seseorang memanggilku.

My Lovely SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang