🍁Lili Kuning🍁

1 1 0
                                    

.
.
.

"Lu akan dapat balasan karena sudah menyakiti Echa. Ingat ini"

Perkataan Jefri yang masih membekas di dalam ingatan Andre membuatnya selalu melamun. Tidak ada siapapun yang mengerti isi hati Andre yang sebenarnya, ia juga tidak ingin meninggalkan Echa begitu saja tetapi keadaan lah yang sangat memaksanya. Selama liburan sekolah pun ia hanya berdiam diri di rumah dan tak berniat untuk pergi kemanapun.

Lain halnya dengan Echa. Setelah Jefri memberitahu keluarganya bahwa ia melayangkan pukulan kepada Andre, Echa menjadi sedikit ceria karena Anis yang selalu berada disisinya dan keluarganya yang selalu memberikan semangat.

Sepeti sekarang ini, Echa dan Anis pergi ke taman bermain tetapi ternyata Anis memberikan peluang kepada Gilang. Anis yang beralasan bahwa ia harus membantu Mamanya membuat roti, menyerahkan tempatnya kepada Gilang.

Gilang dan Echa menaiki wahana yang sangat menyenangkan sehingga Echa lupa dengan kesedihannya dan Gilang pun selalu membuat Echa tertawa.

--

Libur sekolah telah selesai, sekarang Echa sudah berada di kelas 12. Sebagaimana biasanya kelas 12, Echa dan teman-temannya mulai sibuk mempersiapkan diri untuk menghadapi berbagai ujian nanti.

Echa yang sudah berada di ruang kelas terus merasa gugup karena ia akan bertemu dengan Andre. Setelah dua minggu lamanya ia tidak bertemu Andre, Echa merasakan gugup yang luar biasa karena takut ia akan jatuh hati lagi kepada Andre.

Benar saja, kehadiran Andre membuat Echa berdebar kencang dan merasa sedikit sakit karena Andre datang dengan wajah yang sangat murung seakan Andre tidak bisa tersenyum.

Pelajaran olahraga pun dimulai dengan pemanasan berlari keliling lapangan sebanyak sepuluh putaran. Anis yang memang suka dengan olahraga, berlari dengan semangat dan meninggalkan Echa yang tertinggal jauh di belakang.

Anis yang sudah menyelesaikan pemanasannya langsung disuruh oleh Pak Juki untuk mengambil bola basket di ruang olahraga sedangkan Echa yang baru saja selesai, langsung memilih untuk merebahkan dirinya di lapangan.

Echa tidak perduli dengan yang lainnya yang ia pikirkan hanya ia terlalu lemah untuk berdiri bahkan untuk berbicara.

Setelah lima menit ia beristirahat, datanglah Gilang dengan membawa air mineral untuk Echa. Echa pun menyambut dengan gembira kedatangan air tersebut.

"Cha, minum ini" ucap Gilang sambil memberikan air mineral tadi.

"Terimakasih, Gilang" ucap Echa dengan ceria.

"Anis kemana, Cha?" tanya Gilang sambil melihat sekelilingnya.

"Echa tidak tahu. Tapi tadi, Anis bicara dengan Pak Juki" ucap Echa.

Tiba-tiba saja, mereka berdua mendengar suara teriakan Anis. Benar saja, Anis dan Hani sedang berkelahi di pinggir lapangan.

Echa dan Gilang yang melihat hal tersebut langsung berlari menghampiri Anis.

"Anis lepasin, nis" ucap Echa sambil meraih tangan Anis yang berada dirambut Hani.

Echa dan Gilang terus berusaha memisahkan mereka sampai akhirnya Echa terdorong kebelakang menyentuh dada Andre. Andre yang terkejut, sontak menaruh tangannya di pundak Echa agar Echa dan dirinya tidak jatuh ke tanah.

"Heuh" ucap Echa yang terkejut.

"Echa tidak apa-apa, cha?" tanya Andre yang berada di belakang Echa.

"Heuh?" Echa hanya bisa diam.

Andre langsung menghampiri Hani dan meraih tangan Hani yang masih menjambak rambut Anis dengan paksa lalu menarik tangan Hani untuk segera mengikutinya.

Ternyata tindakan Andre bisa menghentikan perkelahian tersebut. Echa yang melihatnya langsung kehilangan fokus dan langsung mendudukkan dirinya ke tanah.

Setelah kejadian tersebut selesai, ketua kelas mereka menghampiri kerumunan tersebut dan mengatakan kalau Pak Juki tidak bisa melanjutkan pelajaran dan jam pelajaran menjadi kosong.

Karena jam pelajaran kosong, Echa dan Gilang membawa Anis untuk berbicara di bangku pinggir lapangan.

"Nis. Anis kenapa? Hani bicara apa, Nis?" tanya Echa.

Anis tidak menjawab dan hanya larut dalam pikirannya.

"Nis. Lu kenapa?" kali ini giliran Gilang yang bertanya.

Anis sontak melihat Gilang dan langsung pergi dengan keadaan menangis. Echa yang melihat itu langsung bergegas menghampiri Hani.

Setelah Echa mencari dimana keberadaan Hani, akhirnya ia menemukan Hani dan Andre yang sedang berada di taman belakang.

"Hani" ucap Echa dengan emosi yang tidak terkontrol.

"Hani bicara apa dengan Anis sampai kalian bertengkar tadi?" tanya Echa.

"Gua hanya bilang kalau Anis itu anak Papanya Gilang" ucap Hani yang membuat Echa tidak mengerti dan tidak percaya akan ucapan tersebut.

"Kenapa Hani bisa bicara seperti itu?" tanya Echa yang masih tidak percaya.

"Mama gua cerita kalau Anis itu anak Papanya Gilang. Gua tidak salah dong"
ucapan Hani semakin membuat Echa emosi dan menjambak rambut Hani.

Hani yang tidak terima langsung mendorong paksa Echa hingga terjatuh ke tanah dan mendapatkan luka ditangan Echa.

Andre yang melihat hal tersebut langsung menarik paksa Hani lagi dan meninggalkan Echa di sana sendiri.

Echa masih tidak percaya dengan ucapan Hani dan segera ia pergi ke uks karena merasakan perih ditangannya.

Sesampainya Echa di uks, ia langsung meminta Rafli untuk mengobati tangannya yang terluka. Rafli sempat panik karena Echa datang dengan keadaan bingung dan tangannya berdarah.

"Ka, tangan Echa berdarah. Tolong obati ya" pinta Echa kepada Rafli.

"Kenapa bisa seperti ini, Cha?" tanya Rafli khawatir.

"Echa tadi bertengkar dengan Hani" ucap Echa.

"Ada masalah apa memangnya?" tanya Rafli sambil mengobati tangan Echa.

"Hani bilang kalau Anis itu anak Papanya Gilang, ka" ucap Echa yang membuat Rafli berhenti mengobati tangannya.

"Apa maksudnya, Cha? Tidak masuk diakal sekali pernyataan itu" ucap Rafli yang juga sama terkejutnya dengan Echa.

"Echa juga tidak tahu, ka" ucap Echa dengan murung.

"Coba Echa tanya Mama. Mungkin saja Mama tahu tentang hal tersebut" saran Rafli yang langsung diikuti oleh Echa.

Echa langsung mengeluarkan ponselnya yang berada di saku celananya dan langsung menekan tombol panggilan kepada Mama. Tidak lama berdering, panggilan Echa langsung dijawab oleh Mama.

'Kenapa sayang?' tanya Mama.

"Ma, Echa mau tanya" ucap Echa dengan lemah.

'Iya, Echa mau tanya apa?'

"Apa benar kalau Anis itu anak Papanya Gilang?" tanya Echa yang sedikit ragu.

'Hah? Siapa yang berbicara seperti itu, Cha?' tanya Mama yang juga sama terkejutnya.

"Tadi Anis dan Hani bertengkar, Ma. Lalu Echa tanya Hani dan dia bicara seperti itu, Ma" ucap Echa.

'Tidak, sayang. Itu tidak benar. Echa tenangkan Anis ya, Mama akan bicarakan hal ini kepada Mamanya Anis' ucap Mama.

"Iya, Ma"

Panggilan tersebut pun berakhir dan Echa segera pergi ke kelasnya. Tapi, sesampainya di kelas, Echa tidak melihat Anis dan ia langsung mencari Anis, menelusuri setiap ruang yang ada di sekolah.

Ternyata, Anis berada di rumah karena ia tidak sanggup untuk berpikir yang baik tentang Mamanya. Sesampainya Anis di rumah, ia melihat ada Mama Echa sedang berbicara dengan Mamanya.

Mama Anis yang sudah mendengar cerita tersebut dan melihat Anis pulang, langsung menghampiri anaknya dan berniat untuk menjelaskan hal tersebut tapi Anis langsung menepis tangan Mamanya dan segera masuk ke dalam kamarnya.

***

Love is Not OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang