Ch. 12

342 24 4
                                    

Happy reading ARMY
.
.
.
"Aku dengar kau boleh pulang hari ini ya." Kata Yoon Hae sambil mengupas apel untuk Jimin.

"Iya, lagi pula aku tidak terluka parah." Balas Jimin.

"Chagiya, tentang Yoongi Hyung bilang waktu itu..." -Jimin.

"Tak perlu khawatir, fokuslah dengan kesehatanmu." Yoo Hae memberikan potongan apel.

Jimin menahan lengan Yoon Hae dan tak bicara apapun selama beberapa detik.

"Kumohon jangan pergi, aku janji tidak akan membuatmu menderita lagi." Isak Jimin.

Yoon Hae hanya terdiam dan berusaha melepas genggaman Jimin dan merapikan pakaian Jimin untuk dibawa pulang.

Setibanya di rumah Yoon Hae mengajak Jimin duduk di ruang tamu yang sudah ada Yoongi dan Seokjin di sana.

"Jimin-ah bagaimana keadaanmu?" Tanya Seokjin.

"Aku merasa sangat baik Hyung." Balas Jimin.

"Baguslah, ada hal yang kami bicarakan padamu." Sahut Yoongi.

"Apa ini ada hubungannya dengan perkataanmu tempo hari Hyung?" -Jimin.

"Begini Jimin-ah kami sudah mempertimbangkan hal ini, untuk saat ini kalian akan berpisah sampai Yoon Hae benar benar bisa memutuskan dia ingin tetap tinggal denganmu atau bercerai." Jelas Seokjin.

"Hah? Ta-tapi anakku?" -Jimin.

"Kami tidak melarang kalian bertemu, hanya saja kalian tidak tinggal 1 rumah. Tapi kalau sampai 3 bulan tidak ada jawaban dari Yoon Hae, secara paksa Yoongi akan membawanya ke Amerika." Jelas Seokjin.

"Ini bukan hanya demi Yoon Hae tapi juga padamu Jimin, kami hanya ingin kalian berdua mendapat hidup yang lebih baik." Tambah Yoongi.

"Apa kau menyutujui nya Chagi?" Tanya Jimin.

"Iya lagi pula Oppa benar, aku tidak mau membuatmu terus terusan merasa bersalah dan aku butuh waktu untuk memutuskannya, tenang saja Jimin." Jelas Yoon Hae.

"Nggak! Perasaan yang aku berikan kepadamu adalah Cinta bukan rasa bersalah, sampai kapanpun aku tidak pernah merubah perasaan itu." -Jimin.

"Aku tahu, karena itulah aku butuh waktu untuk diriku sendiri. Sudah ku bilang kan kalau semua akan baik baik saja, percayalah padaku." -Yoon Hae.

"Baiklah, mungkin memang ini cara yang terbaik." -Jimin.
.
.
Sementara itu di kepolisian sendiri detektif Jae masih meneruskan penyelidikan. Pelaku penculikan Yoon Hae adalah 6 pelajar SMA namun mereka sampai saat ini tidak jelas motif mereka. Detektif Jae pun meminta bantuan Kim Namjoon, dia adalah seorang detektif sekaligus jurnalis swasta yang dikenal sangat jenius. Terkadang saat kepolisian kesulitan, mereka akan meminta bantuan Namjoon untuk menyelesaikan kasus kasus sulit.

"Ini memang masalah negara yang paling susah dihilangkan, yaitu para anak remaja. Mereka merasa karena hukum melindungi mereka, mereka bisa meremehkan dan memanfaatkannya." Kata Namjoon.

"Jadi apa kau pikir ini hanya iseng belaka?" Detektif Jae.

"Kalau hanya iseng belaka bagaimana mereka mendapatkan kapal motor outo pilot? Bahkan mereka repot repot sampai meneror berminggu minggu dan menyamar menjadi polisi. Bukankah ini terlalu berat untuk anak SMA?" Namjoon.

"Benar, kami sudah menyelidiki koneksi mereka dan mendapatkan bukti kalau mereka hanya kaki tangan seseorang saja." Detektif Jae.

"Orang itu pintar, dia memanfaatkan anak SMA yang dilindungi oleh hukum dan membuat seolah olah akan hilang seiring berjalannya waktu." Namjoon.

"Tolong anda lihat ini." Detektif Jae memberikan beberapa foto TKP.

"Hmm... Mereka tidak pernah bertemu dengan orang yang menyuruh mereka. Coba putar rekaman saat kalian menginterogasi mereka." Namjoon melihat dengan seksama rekaman introgasi mereka.

"Yaaa... mereka tidak mengatakan apapun tentang bos mereka ya. Oh! Apa kau sepemikiran denganku? Mereka bukan anak berandalan dan mereka terlihat bukan teman dekat, apa kau sudah menyelidiki latar belakang mereka?" Namjoon.

"Ya, aku sudah mencari latar belakang mereka, mereka memiliki kesamaan yang ku pikir ini bukan kebetulan. Mereka bersekolah di sekolah yang berbeda dan tidak pernah bertemu sebelumnya namun mereka adalah anak anak yang memiliki kerabat yang dirawat di rumah sakit yang sama." Jelas detektif Jae.

"Oh! Kalau sudah mendapatkan clue sejelas itu mengapa memanggil ku?" Tanya Namjoon.

"Tadi malam para remaja itu tiba tiba berkelahi sampai berusaha saling membunuh satu sama lain, para penjaga pun mengamankan mereka namun saat mereka dipindahkan ke sel yang terpisah dan saat para penjaga tidak memperhatikan mereka yang di kurung secara individual, mereka menggigit lidah mereka dan mereka kehilangan banyak darah. 4 diantara mereka mati dan 2 masih kritis." Jelas detektif Jae.

"Kurasa ini akan menjadi perjalanan yang sangat panjang." Namjoon.
.
.
.
.
.
.
.
"Wah selamat atas lagu barumu Yoon Hae PD nim, maaf aku terlambat datang." Ucap Jimin sambil memeluk istrinya.

"Gomawo, gwenchana Jimin-ah aku tahu kau sibuk." -Yoon Hae.

"Cobalah untuk datang lebih awal, ini sudah jam tidur Yoon Hae kan kau harusnya tahu sebagai suaminya, dia mengandung anakmu." Kata Seokjin.

"Maaf Hyung, tidurlah Chagi aku akan menemanimu sampai tidur." Kata Jimin.

Sudah hampir 3 bulan sejak perjanjian itu namun sampai saat ini Yoon Hae masih belum memberi jawaban. Yoon Hae masih bimbang dengan perasaan nya kepada Jimin, ia selalu berpikir bahwa perasaan nya kepada Jimin hanya sebatas teman dan ayah dari anaknya namun sebenarnya Yoon Hae hanya tidak sadar bahwa yang ia rasa kepada Jimin adalah cinta. Seokjin dan Yoongi yang sudah sadar akan hal itu berusaha menyadarkan Yoon Hae dengan perasaannya sendiri.

"Jimin-ah apa kau tidak lelah menemaniku tidur setiap malam dan pulang larut?" Yoon Hae.

"Aku malah sangat bersemangat saat bertemu denganmu, tidak terasa ini sudah memasuki bulan ke 5 kandungan mu." Jimin mengusap perut buncit Yoon Hae.

"Meski kita setiap malam bertemu, entah kenapa aku masih sangat rindu denganmu. Apa ini keinginan anak didalam perut ku yang sangat rindu dengan ayahnya?" Yoon Hae.

"Eoh aegi Appa kangen Appa? Appa juga kangen sama aegi, baik baik Ya di perut eomma, jangan buat eomma sakit dan selalu nurut kata eomma arasso? Cup!" Jimin mencium perut Yoon Hae.

"Ne Appa!" Balas Yoon Hae sambil menurunkan nada anak kecil.

"Cup!" Jimin mengecup bibir Yoon Hae ringan.

"Aku malah lebih kangen dengan eomma si aegi, cup." Jimin membelai wajah Yoon Hae dan menciumnya lagi, dan Yoon Hae menerima ciuman itu.

"Ehem! Ini sudah waktunya Jimin pulang, haduh kalau kalian ingin melakukannya jangan di rumahku dan lagi seharusnya kalian tahu kan kalau Yoon Hae sedang mengandung! Dasar!" Omel Yoongi.

"Ah maaf Hyung, aku pulang dulu chagi!" Jimin bergegas pulang dan menahan malu, bagitu pula dengan Yoon Hae yang menutup wajahnya dengan selimut.

Setelah Jimin keluar, Yoongi dan Seokjin mengajak Yoon Hae mengobrol.

"Yoon Hae-ya 2 hari lagi sudah tepat tiga bulan sejak hari itu dan kau belum memberi jawaban apapun. Dari yang kami lihat sejak 3 bulan terakhir kurasa ini sudah cukup membuat mu sadar dan segera mengambil keputusan." Kata Yoongi.

"Oppa aku sudah memberi jawabanku berkali kali kan, aku menganggap Jimin sebagai teman dan ayah dari anakku." Tegas Yoon Hae.

"Itu bukan jawaban Yoon Hae-ya, tapi kalau jawabanmu itu aku anggap kau setuju ikut dengan Yoongi ke Amerika." Tambah Seokjin.

"Lalu bagaimana dengan anakku ini juga anak Jimin, kalian kenapa sangat tega memisahkannya?" Yoon Hae.

"Yang tega adalah kamu sendiri Yoon Hae, cobalah untuk jujur pada dirimu sendiri tapi kalau kamu belum memberi jawaban juga terpaksa kalian memang harus berpisah." Jelas Yoongi.
.
.
.
TBC

seven complex -Park Jimin (BTS FF 18+) [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang