"Bisakah ku menolak takdir?"
***
"Hallo?"
Tidak ada jawaban, Nata masih menunggu suara seseorang di seberang sana dengan sabar.
"Cleo lagi sibuk," ujar seorang gadis dari seberang sana.
Nata terdiam, mulutnya bungkam. Meski sering terjadi, rasanya sama saja. Sakit. Dia seberusaha mungkin menahan rasa sesak di dadanya, lalu menarik nafas dalam kemudian menghembuskannya.
"Bisa bicara sebentar dengan Cleo?" ujarnya.
Lalu tiba-tiba terdengar suara panik dari seseorang di seberang sana "Lo lagi nelpon siapa pake handphone gue?"
"Ini..." belum sempat Grasia menjelaskan handphone itu sudah beralih tangan.
Grasia - gadis yang mengangkat panggilan Nata sedang cemberut di tempatnya.
"Halo Nat," ujar Cleo setelah melihat nama yang tertera di handphonenya.
Nata menghembuskan nafas kasar, sekali lagi Cleo tak menepati janjinya. Nata hanya tak suka Cleo selalu berbohong padanya. Nata tak suka menunggu seseorang tanpa kepastian seperti sekarang.
"Nat?" panggil Cleo lagi.
"Eh, iya" jawab Nata saat tersadar dari lamunan.
"Ada apa?" tanya Cleo.
Dia lupa janjinya, selalu seperti itu.
"Kamu lupa mau jemput aku hari ini?" ujar Nata dengan nada lelah.
"Ah iya, maaf ya sayang aku bener-bener lupa. Mau aku jemput sekarang?"
Maaf
Dia sudah mengatakan kata maaf ribuan kali, sampai aku sendiri sudah muak mendengarnya. Sampai kapan dia akan terus mengatakan kata maaf itu? Sedangkan dia selalu melakukan kesalahan yang sama.
"Nggak usah Leo, aku pesan taksi aja. Kamu sama dia aja dulu, aku udah biasa kok."
"Eh, ada taksi mau lewat nih. Udah dulu ya byeee."
Tutt
Nata mematikan telpon sepihak, lalu menghembuskan nafas kasar. Handphone di tangannya sudah dia remas kuat, pandangannya mengarah pada ujung sepatu putihnya, seolah itu sangat menarik untuk di lihat. Cleo yang terus menelponnya tak lagi dia pedulikan, sudah terlanjur sakit hati. Dia tak lagi menangis, entah sejak kapan air mata itu telah lelah menampakkan dirinya. Sedang, senyum palsu itu selalu muncul seolah menertawakan nasibnya.
Nata berbohong, tak ada taksi lewat di sini. Lebih tepatnya, tidak akan ada taksi yang lewat. Nata memutuskan berjalan-jalan guna menghirup udara malam ini. Dingin sudah dari tadi menusuk-nusuk kulitnya. Tapi, rasa sakit di hatinya lebih dominan. Rasanya hati Nata kini seperti di hujam belati ribuan kali, kenapa rasanya begitu sakit?
Nata selalu mencoba untuk melarikan diri dari takdir, tapi kebaikan yang Cleo berikan membuatnya sulit untuk melepasnya. Dari Cleo menembaknya, sampai perhatian kecil maupun besar yang selalu Cleo berikan padanya.
"Aku bodoh ya?"
Secara perlahan hati Nata yang rapuh terus bergantung pada Cleo. Sampai dia dilukai seperti sekarang pun, hati Nata tetap memilih menetap pada Cleo. Meski sekarang status pacar yang dimiliki Nata tidak cukup untuk membuat Cleo benar-benar menjadi miliknya. Tapi, akankah Nata sanggup selalu di nomor duakan? Apa nanti Nata akan tetap sabar pada garis bernama menunggu yang tak pernah dia lewati?
KAMU SEDANG MEMBACA
Natara
Short StoryNata artinya pelindung Nama panggilan itu benar-benar cocok padanya karena dia selalu melindungi perasaan orang lain Tapi dia tak pernah benar-benar bisa melindungi dirinya sendiri Hubungan cintanya selalu membuatnya terluka Entah itu dengan pacarny...