3. Break

4 2 0
                                    

"Salahkah rasa kita? Kenapa rasa yang dimulai dengan baik malah sakit parah seperti sekarang"

Natara

***

Pembelajaran hari ini berakhir, "Baiklah anak-anak, sekian pembelajaran kita hari ini. Tugas yang sudah ibu berikan jangan lupa dikerjakan. Sekian, Wassalamu'alaikum warahmatullah wabarakatu."

"Wa'alaikumsalam ibu," ujar kompak kami sekelas.

Ibu Feni yang mengampu mata pelajaran Matematika itu mengangguk lalu mulai meninggalkan kelas. Setelah benar-benar pergi, semua murid juga mulai keluar. Sedang Nata masih menunggu keadaan sedikit sepi karena tak suka harus pulang dengan cara berdesak-desakan. Saatnya Nata keluar dari kelas, dirinya berjalan dengan santai menuju pintu keluar. Saat sudah keluar, Nata menoleh ke arah samping, tempat di mana biasanya Cleo menunggunya untuk pulang bersama.

Seorang murid yang sekelas dengan Cleo lewat di depan Nata, Nata menghentikan langkah orang itu.

"Tunggu,"

"Kalau boleh tau lo ada liat Cleo? Dia udah pulang belum?"

Dia menghadap Nata, "Cleo langsung pulang saat bell baru di bunyikan."

"Dia sendiri?"

Semoga sendiri, aku harap kamu tak lagi mengecewakanku Cleo. Aku harap kamu mengerti sedikit saja perasaanku tanpa harus aku bilang. Namun, gelengan dari orang tersebut membuat harapannya pupus.

"Dia pulang bareng Grasia,"

Deg!

"Makasih ya,"

"Iya, gue pamit," Nata hanya membalsnya dengan anggukan kepalanya.

"Selalu seperti itu, kenapa harus selalu aku yang mengalah, harus aku yang mengerti, aku juga capek Cleo." 

Nata berjalan menuju gerbang dengan wajah murung, dan dari arah kejauhan Gemana menyaksikan itu. 

"Terluka itu pilihan, tapi mengapa kita memilih untuk terus terluka?"

Nata pulang dengan ojol, beberapa menit lalu dia telah memesannya. Dia masih menunggu ojol itu datang dengan berdiri di depan gerbang. Dia yang asik melamun memikirkan hubungannya dengan Cleo tak menyadari sudah ada seseorang yang berada di belakangnya. Orang tersebut menepuk bahu Nata dan seketika lamunan nata buyar.

"Gemana?"

Gemana menyodorkan sebuah es krim rasa coklat pada Nata, "Buat lo,"

"Buat gue?"

Gemana mengangguk, "Sekarang panas, moga aja bisa mengurangi rasa panasnya."

Nata megambil es krim itu dengan senang hati, "Asyik! Terima kasih tuan Gemana,"

Gemana mengangguk lalu beranjak pergi, "Lain kali teraktir gue rasa Vanilla ya, gue lebih suka itu soalnya!" ujar Nata berteriak.

Gemana yang mendengar itu membalikkan badannya lalu mengangguk. Nata tersemyum, entah pertanda apakah itu. Secara tak sengaja Nata bertemu dengannya lalu dia bersikap baik seperti itu. Padahal jika dilihat-lihat, Gemana itu tipikal cowo yang dingin. Namun mengapa dia tiba-tiba baik dengan seorang Nata yang baru saja bertemu dengannya? Itu menjadi pertanyaan besar di otak Nata.

☔☔☔

Nata memasuki rumahnya, sepi. Bunda seperti biasa berada di kamarnya, sedang ayah selalu lembur di kantornya. Nata miris melihat keluarganya seperti ini, kapan semuanya akan membaik?

NataraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang