"Kenapa masih bertahan? Simple, seperti itulah orang yang mencintai. Terkadang mereka menganggap semuanya baik-baik saja, padahal diri mereka tau bahwa hati mereka tengah terluka. Aku adalah mereka, yang bertahan meski tau raga dan hatiku berduka"
~ Natara Aqasha ~
***
Nata telah siap untuk pergi ke sekolah, lalu Nata menuruni satu per satu anak tangga menuju meja makan. Oiya, fyi kamar Nata ada di lantai dua. Kamar yang cukup luas dengan warna pastel menambah suasana yang begitu nyaman, di tambah dengan balkon membuat kamarnya benar-benar sempurna. Nata duduk di salah satu kursi, kemudian melahap makanan dalam diam. Hari ini sarapan nasi goreng, Bunda sudah membuatnya begitu enak dengan resep rahasia andalannya. Kepulan asap nasi goreng itu pasti akan membuat hidung siapa saja yang menciumnnya akan merasakan lapar. Tapi sayang, nasi yang masih hangat dan lezat ini hanya aku nikmati sendiri. Bunda pasti setelah memasak pergi ke kamarnya lagi. Sedang ayah pasti sudah berangkat berkerja ke kantor jam 6 pagi tadi. Mereka berdua sama-sama menghindar, sama-sama bersembunyi dan membuat sebuah pembatas yang tidak dilewati keduanya.
Nata masih terus melahap makanannya, mengunyahnya dengan tenang meskipun Cleo sudah memencet klaksonnya berkali-kali sejak semenit yang lalu. Nata yang mendengarnya memilih tidak peduli, Nata masih memakan dengan tenang makanannya yang tersisa dua suap itu. Tak cukup hanya dengan mengklakson, Cleo nekat memanjat pagar rumahnya dan langsung menghampiri pintu depan lalu mengetuknya sedikit keras.
Tok! Tok! Tok!
Ceklek!
Aku membuka pintu, tampaklah wajah seseorang yang membuat pagiku seketika buruk. Aku memandangnya datar, sedangkan yang di tatap hanya menampilakn senyumnya.
"Nih," Cleo menyodorkan sebuah snanck kesukaan Nata.
Nata hanya diam, seolah dirinya tidak menginginkan snack itu padahal jiwanya sudah memberontak agar mengambil snack yang begitu lezat di matanya. Cleo lagi-lagi tersenyum menatap tingkah Nata. Dia tau Nata bukannya tidak mau, hanya saja Nata mengandalkan egonya saat ini. Jika itu tak cukup maka cara satu-satunya harus dia lakukankan.
"Nggak mau?"
Nata masih dengan tatapan datarnya, masih mempertahan ego untuk tidak mengambil snack yang menggugah itu.
"Yakin nggak mau?"
"Kalo nggak mau aku kasih Grasia aja kali ya,"
"Grasia nggak suka itu, itu snack kesukaanku."
Cleo tertawa, membuat Nata bergumam marah dalam hati "Nggak lucu!"
Cleo lalu membalikkan tanpa izin tubuh Nata dan langsung memasukkan snack tadi ke dalam tas gendong gadis itu.
"Maaf ya soal kemarin, aku janji akan lebih perhatiin kamu lagi,"
Aku yang mendengar kata-kata Cleo hanya mengangguk dengan posisi masih membelakangi Cleo. Lagi-lagi hati rapuhku menyerah untuk marah, menyerah untuk egois. Dalam waktu yang bersamaan Nata merasa benci dan suka.
Cleo menggenggam tangan Nata, menuntun gadis itu untuk naik ke motornya. Nata hanya diam, tetap diam sampai-sampai Cleo harus memasangkan helm pada gadis itu. Nata meskipun sudah memaafkan prilaku Cleo, namun tetap saja masih ada rasa jengkel di hatinya. Sebab itu Nata bersikap seperti merajuk itu. Bukannya, turut marah Cleo malah gemas sendiri melihat pacarnya ketika merajuk seperti sekarang. Bagi Cleo, Nata adalah gadis paling imut saat dia cemberut.
"Naik ayok, atau mau di gedong dulu?" ujar Cleo usil.
Tanpa berkata sepatah katapun, Nata menaiki motor itu. Tak lama kemudian motor mereka sudah berjalan membelah jalanan kota. Sepanjang perjalanan itu, Nata dan Cleo dilanda keheningan. Meski Cleo sudah bersusah payah untuk mengembalikan Nata yang cerewet kini menyerah. Kali ini entah mengapa amarah Nata lebih besar, Nata merasa sudah sangat salah memberikan kesempatan terus menerus pada Cleo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Natara
Короткий рассказNata artinya pelindung Nama panggilan itu benar-benar cocok padanya karena dia selalu melindungi perasaan orang lain Tapi dia tak pernah benar-benar bisa melindungi dirinya sendiri Hubungan cintanya selalu membuatnya terluka Entah itu dengan pacarny...