6. The end

3 2 0
                                    

"Kenapa aku harus menjadiNata si pelindung? Padahal, aku saja tidak bisa melindungi diriku sendiri." 

~Natara~

***

"Kalian bohong, nggak mungkin papa pergi secepat itu. Manusia tak semudah itu untuk mati!!!"

"Nat?" Cleo hendak mendekati Nata, namun Nata semakin jauh menghindari mereka.

"Nat?" Gemana juga ikut ingin mendekatinya, namun Nata terus menerus mundur ke belakang.

Grasia juga ikut ingin menenangkan, namun tak ada satupun yang bisa menyentuh Nata. Saat kita semakin mendekat, dia semakin menjauh. Lalu, Nata berlari ke kamar Bundanya ingin memastikan bahwa ini semua bohong. Ingin mendapatkan pelukan menenangkan bunda dan mendengar suara merdurnya.

Nata mengetuk pintu itu berulang-kali dengan keras berharap dengan itu Bundanya terbangun dari tidurnya. Namun, tak ada sahutan dari dalam. Nata tak menyerah sampai-sampai tangannya sudah memerah dan perlahan mulai memunculkan luka-luka kecil. Melihat itu, Gemana langsung mengunci pergerakan tangan Nata.

"Cukup, tenang Nat"

Nata menggelengkan kepalanya "Perasaan gue nggak enak Gema, Gue takut." ujar Nata gemetaran.

Gemana memeluk Nata disusul Cleo dan juga Grasia. Setelah agak tenang, Gemana bertanya dengan nada pelan.

"Ada kunci cadangan?" Tanya Gemana.

Nata mengangguk lalu mengambil kunci cadangan kamar bundanya dikamarnya. Lalu memberikannya pada Gemana. Gemana tersenyum, lalu membuka pintu itu. Pintu itu terbuka, namun bau amis darah menyeruak di dalamnya. Nata terduduk lemas, air matanya kembali menetes, dia membisu, seketika saja pikirannya menjadi kosong. 

Nata melihat bundanya telah tewas dengan pergelangan tangan bundanya yang masih meneteskan darahnya. Darah itu telah meyebar di sekitar tempat bundanya terduduk. Entah berapa lama bundanya melakukan itu, sebab darah-darah yang terlihat sudah tampak mengering.  

"Grasia, gue lagi mimpi kan?" tanya Nata dengan tatapan tidak percayanya.

Grasia hanya diam sembari mengusap punggung Nata lembut. 

"BIlang ini semua cuma mimpi Sia, bilang sama gue!"

Namun Grasia tetap diam, dia sendiri masih shock. Dirinya saja sudah shock apalagi Nata. 

Gemana langsung menelpon rumah sakit untuk membawa jenazah bundanya Nata.

Sedang Cleo turut menangis melihat Nata sudah seperti tidak di sini lagi. Raganya ada namun pikirannya entah kemana, hatinya kini hancur dan dia terlihat sangat berantakan. Katakan, siapa yang tak terpukul dengan kejadian seperti ini? Rasa bersalah muncul dalam benak Cleo, kilasan-kilasan sikapnya yang jahat pada Nata terus berputar di kepalaya bagai kaset rusak.

Nata, gadis yang melindungi hati setiap orang kini telah hancur. Hatinya benar-benar sudah mati. Hanya dalam sehari, atau bahkan hanya dalam hitungan jam hidup Nata berubah total. 

Nata yang masih shock dan tidak mengakui kenyataan membuat dirinya seketika tidak sadarkan diri. Dia pun  juga dilarikan ke rumah sakit bersama bundanya.

Pukul 21.00 WIB Nata terbangun, mengerjapkan matanya perlahan. 

"Apa tadi itu mimpi?" Pikirnya.

Melihat Nata yang sudah bergerak dengan mata yang sibuk melihat sekeliling itu membuat Gemana langsung memanggil dokter untuk melihat keadaannya. Gemana juga memberitahu Grasia dan Cleo yang sudah ia suruh pulang. Kenapa tidak Cleo yang menajaga Nata? Alasannya simple, Cleo terlalu banyak membuat luka pada Nata sehingga dia merasa tidak berhak untuk berada lebih lama di dekat Nata. Rasa bersalah yang Cleo dan Grasia rasakan membuat mereka memilih untuk mengikuti perkataan Gemana yang menyuruh mereka untuk pulang.

NataraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang