5. Masih tidak baik-baik saja

3 2 0
                                    

"Kalau ditanya akhirnya gimana? Aku juga nggak tau. Aku ngga tau sampai kapan rasa sakit ini akan berakhir dan bagaimana caranya diri ini menemukan sesetik bahagia di akhir ceritanya. Terkadanag selucu itu takdir mempermainkan kita."

Natara Aqasha

***

Hari kedua hubungan Nata dan Cleo istirahat. Sampai saat ini Nata terus tersakiti melihat Cleo yang dimana-mana selalu bersama Grasia. Bahkan, Grasia kini sudah seperti layaknya pacar Cleo. Dari mulai bergandengan tangan, membelikan Cleo minuman, membuatkan Cleo bekal, dan banyak perhatian kecil darinya. Mungkin Nata tidak akan merasa sesakit ini jika saja Cleo menolak semua perhatian itu. Nyatanya, Cleo malah senang hati menerimanya. 

Nata menghembuskan nafasnya lelah melihat Grasia yang terus bergelayut manja di lengan Cleo. Dari arah yang berlawanan, Cleo dan Grasia hendak melewati Nata begitu saja. Namun, sebuah tangan mencekal tangan Cleo sehingga pergerakan mereka terhenti. Dari arah yang berbeda Gemana datang menggenggam pergelangan Nata yang mencekal tangan Cleo.

"Lepasin!" ujar Cleo tegas dengan sorot mata tajam. 

Melihat kemarahan di mata Cleo, Nata mulai menurunkan tangannya yang mencekal tangan Cleo dengan perlahan. 

Cleo yang hendak pergi sesaat berheti lagi saat ucapan Nata menyadarkan dirinya "Mau sampai kapan Leo? Kita bukan putus, namun kenapa kamu buat aku sakit terus. Leo, gimana aku mau memikirkan kembali hubungan kita jika sumber utamanya membuat isi kepala aku berantakan"

"Sikapmu mengatakan bahwa aku sudah hilang,"

Cleo berjalan tanpa peduli, meski hatinya merasa sakit mendengar suara Nata yang menahan tangis. Lagi-lagi dirinya menyakiti gadis itu, semakin jauh hubungan mereka, semakin jatuh sakit pula gadisnya. Memang seharusnya seperti ini, hubungan dengan cintanya yang kini entah untuk siapa. Terkadang untuk Nata, terkadang Grasia, dan terkadang sama rata. 

Nata berjongkok di tempatnya, mencoba menyembunyikan tangis meski siapa saja yang melihatnya akan tau bahwa dia sedang menangis. Beruntung ini adalah koridor yang jarang dilalui orang. Meski beberapa orang yang beralu lalang menatap Nata yang masih menangis.

"Nat? Ada gue," ujar Gemana menenangkan.

"Sakit Gema, sakittt banget." Nata sontak memeluk Gemana erat.

Gerakan yang tiba-tiba yang dilakukan Nata tentu saja membuat Gemana kaget sementara, lalu tak berselang lama Gemana turut membalas pelukan itu.

"Iya, gue tahu. Tenangin diri lo,"

Gemana masih terus mengelus rambut Nata lembut. 

"Maaf Nat," pernyataan yang tiba-tiba sekaligus ambigu bagi Nata.

"Untuk?"

"Untuk salah gue yang berniat buat lo sakit, padahal gue tau rasanya gimana. Namun, gue terlalu pengecut buat terluka sendirian. Mulai sekarang tenang aja, gue akan jagain lo."

"Marah sama gue Nat, itu lebih baik. Maaf," ujar Gemana tulus.

Melihat tangis Nata yang begitu rapuh akhirnya Gemana mengerti, bahwa membuat gadis ini terluka lagi maka gadis ini akan hancur. Entah seberapa banyak rasa sakit yang Nata punya sehingga dia bisa bertahan selama ini. Gemana rasa Nata bukan hanya sakit melihat prilaku Cleo padanya, namun luka lain juga turut serta di dalam kesedihannya. Gemana tau pasti itu, dia merasakannya. 

Sekarang sudah jam pulang, sebelum pulang gemana tiba-tiba mengajaknya bertemu di kafe terdekat. Nata pun pergi menuju tempat tujuan. Sesampainya di sana, Nata mengedarkan matanya mencari keberadaan Gemana. Gemana yang melihat Nata melihatnya juga melambaikan tangannya ke atas. Nata menghampiri meja tersebut, lalu dengan segera Gemana menyodorkan segelas vanilla latte pada Nata.

NataraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang